Melestarikan budaya Indonesia melalui produk fesyen berkelanjutan. (Sumber: Hypeabis.id/Alya Hafilah Salsabila)

Ladang Cuan di Balik Usaha Fesyen Berkelanjutan

05 August 2024   |   19:10 WIB
Image
Alya Hafilah Salsabila Mahasiswi Universitas Padjadjaran

Fenomena fast fashion yang berdampak buruk bagi lingkungan mendorong sebagian orang untuk menghadirkan fesyen berkelanjutan. Produk yang dihasilkan tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memberikan nilai tambah pada tradisi lokal.

Setidaknya, itulah yang mendorong Genesia Ng (32) bersama dengan dua rekannya, Felicia Ng dan Silvy Prajogo mendirikan jenama Rajoet pada 2019. Ide membangun merek itu tercetus ketika mereka mengunjungi Yogyakarta.

Baca juga: Berawal dari Koleksi Menjadi Rezeki

Kala itu melihat sepinya pembeli untuk model tas-tas anyaman rotan yang dijual. Didorong rasa simpati terhadap pengrajin tas-tas anyaman tersebut, mereka mulai bertekad untuk membuat tas anyaman yang simpel, tapi tetap elegan dan trendi.

“Rajoet ini punya misi untuk membantu pengrajin kita. Jadi, tetap ada nilai moral yang harus dibayar juga. Selain itu, bahan yang kita pakai juga lebih tebal dan banyak juga pelanggan yang suka sama bahan kita,” tutur Genesia.

Selain itu, mereka juga berkomitmen untuk membuat tas ramah lingkungan. Oleh karena itu, bahan utama dalam produk tas anyaman Rajoet adalah plastik dengan jenis LDPE. Mereka memilih Madiun sebagai tempat untuk membuat produk-produk tas mereka secara handmade.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Rajoet® (@rajoet.id)


Rajoet memiliki misi pemberdayaan ibu rumah tangga yang sehari-hari bekerja di ladang sembari mengurus anaknya. Rajoet menyediakan wadah bagi ibu-ibu tersebut untuk bekerja sambil mengurus anaknya. Bahkan, beberapa keluarga pekerja seperti remaja dan bapak-bapak terkadang juga tertarik untuk terlibat dalam pembuatan produk Rajoet.

Saat ini terdapat 50 pekerja yang 95?alah ibu rumah tangga. Tujuan dari pemberdayaan ini untuk membantu para ibu rumah tangga dalam menambah penghasilan untuk keluarganya namun tetap bisa mengurus anaknya. Dengan modal awal Rp15 juta, kini Rajoet dapat meraih keun-tungan mencapai Rp1,5 miliar hingga Rp1,8 miliar per tahun-nya.

Tak hanya melayani pelang-gan dalam negeri, Rajoet juga menjual produknya ke beberapa negara seperti Singapura, Dubai, dan lainnya. Saat ini, Rajoet memiliki beberapa koleksi dengan harga kisaran Rp300.000—Rp2,7 juta. Untuk promosi, Rajoet bebera-pa kali mengikuti fashion show dan kompetisi di bidang fesyen.

Rajoet juga sering berkolaborasi dengan desainer-desainer Indonesia, salah satuya Ayu Dyah Andari, serta beberapa brand fesyen lokal, seperti Noesa.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Kurantaka (@__kurantaka)


Inisiatif serupa juga dilakukan oleh Candisa Azzahra (23), bersama keempat temannya, Rifani, Ajeng, Alika, dan Azlia. Mereka mendirikan jenama dengan nama Kurantaka. Awalnya, mereka tergabung dalam klub mode di Universitas Indonesia.

Saat itu, mereka diharuskan untuk membuat project fashion entrepreneurship dengan 18 anggota.Setelah menamatkan studinya di bangku kuliah, muncul ketertarikan untuk melanjutkan proyek tersebut bersama empat orang lainnya.

Ketika Kurantaka masih berdiri sebagai project club mode UI, mereka diberikan modal sebesar Rp15 juta. Dari modal tersebut, mereka dapat mengumpulkan omzet mencapai Rp15 juta hingga Rp30 juta setiap bulannya.

“Kurantaka mencoba menjadi brand yang berada di tengah masyarakat sebagai platform yang bisa menyuarakan makna yang ingin kita bawa, yaitu melestarikan batik. Bukan cuma batik yang ingin kita lestarikan, tetapi gimana caranya agar produk kami tetap relevan dan ramah lingkungan,” kata Candisa.

Dia juga mengatakan bahwa Kurantaka memilih branding sebagai Indonesian cultural influence fashion brand yang menggunakan cap kertas dengan motif yang kontemporer. Mereka menargetkan generasi Z dan milenial serta orang-orang yang sudah memiliki penghasilan sendiri sebagai target pasarnya.

Kurantaka melakukan promosi dengan cara berkolaborasi dengan beberapa influencer untuk menarik target pasarnya. Adapun produk-produk Kurantaka dibandrol dengan kisaran harga Rp300.000 hingga Rp500.000. Dalam lima tahun ke depan, Kurantaka memiliki keinginan untuk diingat masyarakat sebagai brand batik relevan dengan desain yang kekinian.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Tom Cruise Siap Skydiving dari Puncak Stadion Stade de France di Penutupan Olimpiade 2024

BERIKUTNYA

Selain Kabut Berduri, Ini 3 Rekomendasi Film Garapan Sutradara Edwin di Netflix

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: