Dampak Cedera ACL yang Menghentikan Langkah Atlet Bulu Tangkis Carolina Marin di Olimpiade Paris 2024
05 August 2024 |
14:09 WIB
Pebulutangkis asal Spanyol Carolina Marin, harus mengakhiri kiprahnya di Olimpiade Paris 2024 lebih awal karena cedera pada lutut kanannya. Meski hal ini sangat menguntungkan buat pebulutangkis Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung, yang otomatis mendapatkan medali Perunggu di Olimpiade Paris 2024.
Cedera yang dialami oleh Marin terjadi saat pertandingan semifinal melawan He Bingjiao dari China di Porte de La Chapelle Arena, Paris, pada Minggu (4/8/2024). Marin sempat unggul setelah memenangkan set pertama dengan skor 21-14, dan memimpin set kedua 10-8 sebelum cedera membuatnya harus keluar dari pertandingan.
Baca juga: Atroskopi, Bedah Minim Invansif Atasi Cedera Sendi Bahu & Lutut Lebih Cepat
Diketahui bahwa, Marin sebelumnya juga pernah mengalami cedera anterior cruciate ligament (ACL) pada 2019 di final Indonesia Masters dan menjelang Olimpiade Tokyo 2021. ACL merupakan cedera lutut yang paling sering dialami oleh atlet. Tak sedikit dari mereka harus mengakhiri kariernya akibat cedera yang juga sering disebut sebagai career ending injury ini.
Orang yang mengalami cedera ACL masih bisa pulih dan kembali bermain olahraga, tetapi proses pemulihannya memerlukan waktu yang cukup lama. Mereka harus mengikuti dengan rehabilitasi, serta terapi fisik yang tepat untuk memastikan lutut bisa berfungsi dengan baik lagi.
Untuk cedera ACL yang parah bisa melakukan rekonstruksi ligamen atau pembedahan untuk memperbaiki atau mengganti ligamen yang rusak. Prosedur ini melibatkan penggantian ligamen yang rusak dengan bagian dari tendon atau ligamen lain dari tubuh pasien. Setelah pembedahan, periode pemulihan melibatkan terapi fisik untuk memastikan lutut dapat kembali berfungsi dengan baik.
Melansir dari National Institutes of Health setelah operasi rekonstruksi ACL, penelitian tersebut menulis ada lima fase rehabilitasi mulai dari Perlindungan Maksimal (12 minggu), Perlindungan Sedang (24 minggu), Perlindungan Minimal (48 minggu), Kembali Beraktivitas (60 minggu), dan Aktivitas serta Pemeliharaan.
Perlindungan Maksimal: Dimulai dengan periode penyembuhan dini di mana tidak ada gerakan yang diizinkan untuk mencegah gangguan pada jahitan. Selanjutnya, ada periode gerakan terkendali, di mana gerakan diperbolehkan tetapi harus dikendalikan untuk melindungi ligamen yang sembuh.
Perlindungan Sedang: Berfokus pada mengurangi penggunaan kruk dan memulai berjalan. Latihan dirancang untuk memperkuat otot tanpa memberi tekanan berlebihan pada ACL yang baru sembuh.
Perlindungan Minimal: Meliputi aktivitas terlindungi dan aktivitas ringan, dengan pembatasan seperti tidak boleh berlari atau melompat, dan penggunaan penyangga sepanjang waktu.
Kembali Beraktivitas: Dimulai sembilan hingga 12 bulan setelah operasi, dengan rehabilitasi lanjutan untuk meningkatkan kekuatan, koordinasi, dan daya tahan, serta periode berlari saat kekuatan kaki sudah hampir normal.
Aktivitas dan Pemeliharaan: berfokus pada kembali berolahraga secara bertahap dan menjaga kekuatan dengan sesi latihan rutin serta penggunaan penyangga selama berolahraga.
Program rehabilitasi ini dirancang secara menyeluruh untuk memastikan bahwa pemulihan dari cedera ACL berlangsung dengan efektif dan aman, dengan langkah-langkah yang melibatkan berbagai fase rehabilitasi yang sistematis. Mulai dari perlindungan maksimal hingga kembali beraktivitas, serta pemeliharaan jangka panjang, sehingga memungkinkan pasien untuk mengembalikan fungsi lutut mereka secara optimal dan meminimalkan risiko komplikasi di masa depan.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Cedera yang dialami oleh Marin terjadi saat pertandingan semifinal melawan He Bingjiao dari China di Porte de La Chapelle Arena, Paris, pada Minggu (4/8/2024). Marin sempat unggul setelah memenangkan set pertama dengan skor 21-14, dan memimpin set kedua 10-8 sebelum cedera membuatnya harus keluar dari pertandingan.
Baca juga: Atroskopi, Bedah Minim Invansif Atasi Cedera Sendi Bahu & Lutut Lebih Cepat
Diketahui bahwa, Marin sebelumnya juga pernah mengalami cedera anterior cruciate ligament (ACL) pada 2019 di final Indonesia Masters dan menjelang Olimpiade Tokyo 2021. ACL merupakan cedera lutut yang paling sering dialami oleh atlet. Tak sedikit dari mereka harus mengakhiri kariernya akibat cedera yang juga sering disebut sebagai career ending injury ini.
Orang yang mengalami cedera ACL masih bisa pulih dan kembali bermain olahraga, tetapi proses pemulihannya memerlukan waktu yang cukup lama. Mereka harus mengikuti dengan rehabilitasi, serta terapi fisik yang tepat untuk memastikan lutut bisa berfungsi dengan baik lagi.
Untuk cedera ACL yang parah bisa melakukan rekonstruksi ligamen atau pembedahan untuk memperbaiki atau mengganti ligamen yang rusak. Prosedur ini melibatkan penggantian ligamen yang rusak dengan bagian dari tendon atau ligamen lain dari tubuh pasien. Setelah pembedahan, periode pemulihan melibatkan terapi fisik untuk memastikan lutut dapat kembali berfungsi dengan baik.
Lima Fase Rehabilitasi
Melansir dari National Institutes of Health setelah operasi rekonstruksi ACL, penelitian tersebut menulis ada lima fase rehabilitasi mulai dari Perlindungan Maksimal (12 minggu), Perlindungan Sedang (24 minggu), Perlindungan Minimal (48 minggu), Kembali Beraktivitas (60 minggu), dan Aktivitas serta Pemeliharaan. Perlindungan Maksimal: Dimulai dengan periode penyembuhan dini di mana tidak ada gerakan yang diizinkan untuk mencegah gangguan pada jahitan. Selanjutnya, ada periode gerakan terkendali, di mana gerakan diperbolehkan tetapi harus dikendalikan untuk melindungi ligamen yang sembuh.
Perlindungan Sedang: Berfokus pada mengurangi penggunaan kruk dan memulai berjalan. Latihan dirancang untuk memperkuat otot tanpa memberi tekanan berlebihan pada ACL yang baru sembuh.
Perlindungan Minimal: Meliputi aktivitas terlindungi dan aktivitas ringan, dengan pembatasan seperti tidak boleh berlari atau melompat, dan penggunaan penyangga sepanjang waktu.
Kembali Beraktivitas: Dimulai sembilan hingga 12 bulan setelah operasi, dengan rehabilitasi lanjutan untuk meningkatkan kekuatan, koordinasi, dan daya tahan, serta periode berlari saat kekuatan kaki sudah hampir normal.
Aktivitas dan Pemeliharaan: berfokus pada kembali berolahraga secara bertahap dan menjaga kekuatan dengan sesi latihan rutin serta penggunaan penyangga selama berolahraga.
Program rehabilitasi ini dirancang secara menyeluruh untuk memastikan bahwa pemulihan dari cedera ACL berlangsung dengan efektif dan aman, dengan langkah-langkah yang melibatkan berbagai fase rehabilitasi yang sistematis. Mulai dari perlindungan maksimal hingga kembali beraktivitas, serta pemeliharaan jangka panjang, sehingga memungkinkan pasien untuk mengembalikan fungsi lutut mereka secara optimal dan meminimalkan risiko komplikasi di masa depan.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.