Atroskopi, Bedah Minim Invansif Atasi Cedera Sendi Bahu & Lutut Lebih Cepat
29 February 2024 |
15:00 WIB
Artroskopi menjadi terobosan terbaik dalam bidang bedah ortopedi pada abad ini. Prosedur bedah minim invansif ini bisa mengatasi masalah pada bahu dan lutut dengan lebih tepat dan cepat Begitu pula dengan proses pemulihannya yang tidak memakan waktu lama.
Spesialis Ortopedi & Traumatologi Klinik Utama Dr. Indrajana dr. Liauw Roger menerangkan terdapat beberapa gangguan sendi yang dapat ditangani melalui Artroskopi, diantaranya fraktur pada tulang, robekan ligamen atau meniskus, infeksi sendi, radang lapisan sendi, hingga osteoarthritis atau pengapuran. Biasanya, cedera jenis ini terjadi pada saat pasein memutar lutut secara agresif.
“Bisa juga disebabkan oleh kondisi degeneratif lutut pada lansia. Beberapa gejala yang menyertai ragam cedera tersebut yakni timbulnya rasa nyeri, bengkak, dan kaku pada lutut,” ujarnya saat mengenalkan teknologi ini di Klinik Utama Dr. Indrajana, Jakarta, Kamis (29/2/2024).
Baca Juga: Risiko Cedera Lutut Saat Berlari, Begini Cara Mencegahnya
Roger menerangkan, penanganan pertama ketika terjadi cedera lulut bisa dengan pengobatan konservatif. Namun, jika tidak kunjung sembuh, maka akan diarahkan untuk melakukan tindakan Artroskopi sebelum gangguannya semakin serius.
“Untuk bagian bahu, gangguannya kerap kali disebabkan oleh kecelakaan dan penggunaan bahu yang berlebihan. Usia juga dapat menjadi faktor dari gangguan yang terjadi,” tambahnya.
Tak dipungkiri usia menjadi faktor terjadinya masalah pada lutut dan bahu. Wanita lebih rentan mengalaminya dibandingkan pria karena adanya perubahan hormonal, terutama bagi mereka yang sudah memasuki masa menopause.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kerusakan pada sendi lutut dan bahu adalah berat badan. Bila beban yang ditopang semakin berat, maka semakin mudah pula sendi rusak.
Sementara itu, atlet terbilang menjadi kelompok pekerjaan yang paling rentang mengalami kerusakan pada lutut dan bahu, terutama pada kategori intensitas tinggi seperti lari cepat, basket, dan sepakbola. “Orang yang bekerja di bidang militer seperti tentara dan polisi juga turut menjadi kelompok rentan,” tuturnya.
Roger menjelaskan dalam prosedur Artroskopi, pasien umumnya akan diminta untuk menjalankan puasa. Selain itu, pasien mungkin akan diminta untuk menghentikan atau mengonsumsi obat-obatan tertentu.
Ketika proses pembedahan dimulai, pasien akan diberikan anestesi terlebih dahulu dan kemudian beberapa sayatan kecil akan dibuat pada bagian lutut atau bahu. Selanjutnya, kamera fiber optik yang berukuran sangat kecil dimasukkan melalui salah satu sayatan yang telah dibuat.
Melalui kamera tersebut, gambaran mengenai kondisi sendi akan diproyeksikan melalui layar monitor. Di saat yang bersamaan, larutan salin dipompa ke area lutut melalui sayatan yang lain untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas lagi.
Jika ditemukan adanya masalah yang bisa ditangani saat itu juga, alat berukuran kecil akan dimasukkan melalui sayatan yang lain. Setelah tindakan selesai, larutan salin akan dikuras dan sayatannya akan dijahit. “Dengan sayatan yang minim, proses pemulihan pasien yang menjalani Artroskopi terhitung cepat,” tutur Roger.
Dia menyampaikan pada operasi konvensional, sayatan yang dibuat cenderung besar sehingga area sendi memiliki risiko terpapar infeksi yang lebih tinggi. Bekas operasi yang dihasilkan pun memerlukan perawatan yang intensif agar tidak menimbulkan komplikasi.
Selain itu, sebagian besar pasien memerlukan rawat inap pada saat proses penyembuhan karena rasa nyeri pasca operasi. Pada Artroskopi, sayatan yang dibuat hanya sekitar 1 cm saja dan bekas operasinya cenderung cepat sembuh.
Pasien hanya wajib melalui observasi saja dan bisa segera pulang sehingga biaya yang dikeluarkan lebih rendah. “Jika penyembuhannya cepat, pasien dapat memulai kembali aktivitasnya lebih cepat atau melakukan terapi pasca operasi apabila diperlukan,” kata Roger.
Direktur Utama Klinik Utama DR. Indrajana, dr. Mustafa Widjadja menyebut Artroskopi sebagai salah satu layanan yang dikembangkan di klinik yang terletak di kawasan Abdul Muis itu. Layanan Artroskopi menjadi bukti nyata dari upaya pihaknya dalam menyediakan solusi medis yang canggih, membawa dampak positif bagi kesehatan dan kualitas hidup pasein.
“Melalui layanan ini, pasien mendapatkan perawatan yang lebih efektif sehingga dapat sembuh secara lebih tepat,” tegasnya.
Baca Juga: Awas, Aktivitas Sehari-hari ini Bisa Bikin Cedera Lutut
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: M. Taufikul Basari
Spesialis Ortopedi & Traumatologi Klinik Utama Dr. Indrajana dr. Liauw Roger menerangkan terdapat beberapa gangguan sendi yang dapat ditangani melalui Artroskopi, diantaranya fraktur pada tulang, robekan ligamen atau meniskus, infeksi sendi, radang lapisan sendi, hingga osteoarthritis atau pengapuran. Biasanya, cedera jenis ini terjadi pada saat pasein memutar lutut secara agresif.
“Bisa juga disebabkan oleh kondisi degeneratif lutut pada lansia. Beberapa gejala yang menyertai ragam cedera tersebut yakni timbulnya rasa nyeri, bengkak, dan kaku pada lutut,” ujarnya saat mengenalkan teknologi ini di Klinik Utama Dr. Indrajana, Jakarta, Kamis (29/2/2024).
Baca Juga: Risiko Cedera Lutut Saat Berlari, Begini Cara Mencegahnya
Roger menerangkan, penanganan pertama ketika terjadi cedera lulut bisa dengan pengobatan konservatif. Namun, jika tidak kunjung sembuh, maka akan diarahkan untuk melakukan tindakan Artroskopi sebelum gangguannya semakin serius.
“Untuk bagian bahu, gangguannya kerap kali disebabkan oleh kecelakaan dan penggunaan bahu yang berlebihan. Usia juga dapat menjadi faktor dari gangguan yang terjadi,” tambahnya.
Tak dipungkiri usia menjadi faktor terjadinya masalah pada lutut dan bahu. Wanita lebih rentan mengalaminya dibandingkan pria karena adanya perubahan hormonal, terutama bagi mereka yang sudah memasuki masa menopause.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kerusakan pada sendi lutut dan bahu adalah berat badan. Bila beban yang ditopang semakin berat, maka semakin mudah pula sendi rusak.
Sementara itu, atlet terbilang menjadi kelompok pekerjaan yang paling rentang mengalami kerusakan pada lutut dan bahu, terutama pada kategori intensitas tinggi seperti lari cepat, basket, dan sepakbola. “Orang yang bekerja di bidang militer seperti tentara dan polisi juga turut menjadi kelompok rentan,” tuturnya.
Proses Artroskopi
Roger menjelaskan dalam prosedur Artroskopi, pasien umumnya akan diminta untuk menjalankan puasa. Selain itu, pasien mungkin akan diminta untuk menghentikan atau mengonsumsi obat-obatan tertentu.
Ketika proses pembedahan dimulai, pasien akan diberikan anestesi terlebih dahulu dan kemudian beberapa sayatan kecil akan dibuat pada bagian lutut atau bahu. Selanjutnya, kamera fiber optik yang berukuran sangat kecil dimasukkan melalui salah satu sayatan yang telah dibuat.
Melalui kamera tersebut, gambaran mengenai kondisi sendi akan diproyeksikan melalui layar monitor. Di saat yang bersamaan, larutan salin dipompa ke area lutut melalui sayatan yang lain untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas lagi.
Jika ditemukan adanya masalah yang bisa ditangani saat itu juga, alat berukuran kecil akan dimasukkan melalui sayatan yang lain. Setelah tindakan selesai, larutan salin akan dikuras dan sayatannya akan dijahit. “Dengan sayatan yang minim, proses pemulihan pasien yang menjalani Artroskopi terhitung cepat,” tutur Roger.
Dia menyampaikan pada operasi konvensional, sayatan yang dibuat cenderung besar sehingga area sendi memiliki risiko terpapar infeksi yang lebih tinggi. Bekas operasi yang dihasilkan pun memerlukan perawatan yang intensif agar tidak menimbulkan komplikasi.
Selain itu, sebagian besar pasien memerlukan rawat inap pada saat proses penyembuhan karena rasa nyeri pasca operasi. Pada Artroskopi, sayatan yang dibuat hanya sekitar 1 cm saja dan bekas operasinya cenderung cepat sembuh.
Pasien hanya wajib melalui observasi saja dan bisa segera pulang sehingga biaya yang dikeluarkan lebih rendah. “Jika penyembuhannya cepat, pasien dapat memulai kembali aktivitasnya lebih cepat atau melakukan terapi pasca operasi apabila diperlukan,” kata Roger.
Direktur Utama Klinik Utama DR. Indrajana, dr. Mustafa Widjadja menyebut Artroskopi sebagai salah satu layanan yang dikembangkan di klinik yang terletak di kawasan Abdul Muis itu. Layanan Artroskopi menjadi bukti nyata dari upaya pihaknya dalam menyediakan solusi medis yang canggih, membawa dampak positif bagi kesehatan dan kualitas hidup pasein.
“Melalui layanan ini, pasien mendapatkan perawatan yang lebih efektif sehingga dapat sembuh secara lebih tepat,” tegasnya.
Baca Juga: Awas, Aktivitas Sehari-hari ini Bisa Bikin Cedera Lutut
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: M. Taufikul Basari
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.