6 Rekomendasi film tentang olimpiade. (Sumber foto: Highlight film 'Munich'/Collider)

6 Rekomendasi Film yang Mengabadikan Kisah Atlet Olimpiade

01 August 2024   |   15:30 WIB
Image
Wildan Adil Hilba Mahasiswa Universitas Budi Luhur Jakarta

Saat ini, perhatian dunia tertuju pada Olimpiade Paris 2024. Negara-negara peserta dipastikan mengirimkan kontingen terbaik mereka untuk berkompetisi dalam ajang empat tahunan ini. Para atlet yang berlomba di Olimpiade Paris telah menjalani pelatihan intensif dan terbaik guna mempersiapkan diri mereka untuk memenangkan pertandingan.

Ada banyak film yang diadaptasi dari kisah nyata yang menceritakan perjalanan para atlet Olimpiade. Film-film ini menggambarkan berbagai aspek dari kehidupan para atlet, mulai dari perjuangan mereka untuk bisa ikut Olimpiade, upaya keras untuk meraih medali emas, hingga tantangan yang mereka hadapi setelah mencapai puncak kejayaan. 

Baca juga: Jejak Prestasi Bulu Tangkis Indonesia di 5 Olimpiade Terakhir

Beberapa film ini mengisahkan tentang atlet-atlet sejati yang telah mencurahkan seluruh tenaga, keringat, dan air mata mereka untuk mewujudkan impian Olimpiade. Mengtip dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa film terbaik yang diangkat dari kisah nyata para atlet Olimpiade. 


1. Top Spin (2014)

Ada begitu banyak film dokumenter olahraga, tapi sangat sedikit yang membahas olahraga tenis meja. Film yang disutradarai oleh Sara Newens dan Mina T. Son ini menceritakan pada tiga remaja, Michael Landers, Ariel Hsing, dan Lily Zhang, dan kehebatan mereka dalam mendayung di panggung Olimpiade.

Ariel dan Lily merupakan dua sahabat yang sama-sama menyukai olahraga tenis meja, mereka berkompetisi dengan sehat untuk memperebutkan medali emas di olimpiade. Karena rasa kecintaan mereka satu sama lain, mereka tak membiarkan kompetisi sebagai pemutus persahabatan.


2. Race (2016)

Film yang disutradarai oleh Stephen Hopkins ini mengisahkan Jesse Owens, atlet kulit hitam yang menjadi salah satu yang paling terkenal sepanjang masa. Owens menghadapi diskriminasi dari rekan-rekannya, namun seorang pelatih Olimpiade yang melihat potensinya memutuskan untuk bekerja sama dengan Owens. Bersama-sama, mereka berusaha untuk berkompetisi di Olimpiade 1936 di Berlin.


3. Chariots of Fire (1981)

Film ini diadaptasi dari kisah nyata seorang pelari pria asal Skotlandia yang sangat taat terhadap agamanya. Eric Liddell (diperankan oleh Ian Charleson) selalu menolak untuk berlari dalam lomba 100 meter karena selalu diadakan pada hari Minggu. Akhirnya, Liddell bertukar lomba dengan temannya dan mengikuti lomba 400 meter.

Chariots of Fire mengisahkan tentang tekad seorang atlet yang terus bertahan dan bangkit dalam setiap kesempatan demi olahraga. Itulah yang dilakukan oleh Eric Liddell, yang berhasil mengalahkan pelari Amerika yang sangat difavoritkan dan membawa pulang medali emas untuk Inggris.


4. I, Tonya (2018)

I, Tonya, disutradarai oleh Craig Gillespie, menceritakan kehidupan sulit atlet seluncur es, Tonya Harding. Film ini menyoroti masa kecil Tonya yang kelam dan hubungannya dengan ibunya yang dingin. Meskipun berhasil mencatatkan dirinya sebagai juara seluncur es, Tonya menjadi sorotan media ketika suaminya menyewa seorang pria untuk mematahkan lutut saingannya, Nancy Kerrigan.


5. Munich (2005)

Dahulu, olimpiade merupakan lahan basah bagi para teroris untuk melancarkan aksinya. Salah satu serangan paling terkenal terjadi di Olimpiade Musim Panas 1972 di Munich, di mana organisasi militan Black September melancarkan serangan mematikan terhadap tim Olimpiade Israel dan menewaskan 11 atlet. Film yang disutradarai oleh Steven Spielberg ini mengangkat kisah nyata yang kelam dari olimpiade yang diselenggarakan di Munich, film ini dirilis pada 2005 .
 

6. Olympia (1938)

Olympia menjadi film yang sangat kontroversial karena beberapa alasan. Pertama, film ini dimaksudkan untuk memamerkan kehebatan Jerman dan digunakan sebagai propaganda oleh Partai Nazi selama Olimpiade 1936 di Berlin. Kedua, film ini memperkenalkan teknik-teknik sinematik baru yang belum pernah digunakan sebelumnya dalam film dokumenter, seperti gerakan lambat, pengambilan gambar di bawah air, dan teknik pelacakan.

Selain itu, sang sutradara Leni Riefenstahl hanya diizinkan menggunakan enam kamera untuk merekam pertandingan, tetapi ia sangat kreatif dalam penggunaannya, termasuk memasang perangkat untuk teknik pelacakan di tribun penonton.

Baca juga: Hasil Tim Indonesia di Bulu Tangkis Olimpiade Paris 2024, Hanya Sisakan 2 Wakil

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Pamor Piringan Hitam Belum Habis, Koleksi Vinyl Menjadi Sumber Cuan

BERIKUTNYA

Indonesian Heritage Agency Berlakukan Tarif Baru untuk Tiket Museum, Cek Harganya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: