Ilustrasi konser musik. (Sumber gambar: Wendywei/Pexels)

Menengok Harga Rata-rata Tiket Konser yang Kian Mahal, Apa Sebabnya?

29 July 2024   |   17:28 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Wacana tiket konser musik masuk dalam ekstensifikasi cukai menjadi perbincangan hangat di media sosial, terutama di kalangan pencinta konser. Wacana ini pertama kali mengemuka dalam kuliah umum di sebuah kampus kedinasan. Tujuannya, untuk perluasan/penambahan jenis barang yang akan dikenakan cukai.

Merespons perbincangan yang bergulir di kalangan masyarakat, Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyampaikan bahwa isu kebijakan ekstensifikasi cukai tersebut belum masuk kajian. Wacana tersebut masih sebatas menjadi bahasan dalam kuliah umum di ruang lingkup akademik.

Baca juga: Begini Tanggapan Pengamat Musik Soal Wacana Tiket Konser Kena Cukai

Meski baru mengemuka di lingkungan institusi akademik, wacana ini sudah kadung menjadi isu yang disorot publik terutama di media sosial. Usulan ini dinilai dapat berdampak pada banyak hal, di antaranya kenaikan harga tiket konser hingga berpotensi mengurangi minat dan daya beli masyarakat untuk menonton konser.

Termasuk, potensi mengalami pengurangan keuntungan dari sisi promotor lantaran tidak bisa menyalurkan beban cukai sepenuhnya kepada penonton melalui harga tiket, hingga mengurangi skala konser yang bisa berdampak pada peluang kerja bagi banyak orang yang terlibat dalam industri ini.

Usulan itu pun menimbulkan kekhawatiran terutama di kalangan masyarakat akan naiknya harga tiket konser. Padahal, selama ini, harga tiket konser terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, yang membuat orang-orang harus merogoh kocek yang dalam untuk membeli tiket pertunjukan musik. Plus, mereka juga harus membayar biaya lainnya di luar tiket seperti pajak, biaya admin, hingga biaya platform.

Menurut publikasi perdagangan musik live Pollstar, harga tiket rata-rata dari 100 tur musik teratas tahun 2023 yakni US$122,84 atau sekitar Rp2 juta. Angka tersebut mengalami kenaikan yang melampaui inflasi dengan selisih yang cukup besar, di mana pada 2019, harga tiketnya berkisar US$91,86 atau sekitar Rp1,4 juta. Untuk 10 tur terlaris pada 2023, harga rata-rata tiketnya bahkan lebih tinggi yakni mencapai US$152,97 atau sekitar Rp2,5 juta.

Selain itu, sebuah studi dari firma konsultan Prancis, PMP Strategy, menemukan bahwa harga konser naik hampir dua kali lipat dari tingkat inflasi sejak 2019, dan dalam beberapa kasus naik hingga 22 persen. Sebagai contoh, tiket Glastonbury  yang tahun ini dibanderol 355 Pounds atau sekitar Rp7,4 juta, mengalami kenaikan dari Rp4,2 juta pada 2023 dan Rp2,1 juta pada 2003.

Dengan kondisi tersebut ditambah beban biaya hidup yang kian naik, banyak orang khususnya kalangan anak muda tidak mampu untuk pergi ke konser. Sebuah survei yang dilakukan YouGov menemukan bahwa sebanyak 51 persen warga Inggris mengatakan harga tiket telah mencegah mereka menghadiri konser setidaknya sekali dalam 5 tahun terakhir, dan lebih memilih mengeluarkan uang untuk kebutuhan pokok lainnya.

Hal ini juga senada dengan hasil riset Jakpat. Dalam laporan bertajuk Music Concert Trends 2023, ditemukan bahwa harga tiket menjadi hal utama yang menjadi pertimbangan dalam menonton konser sebagaimana diakui oleh 66 persen responden. Faktor lainnya diikuti oleh musisi (65 persen), waktu (56 persen), dan lokasi (50 persen).

Di samping itu, laporan itu juga menemukan bahwa tidak adanya dana menjadi alasan utama masyarakat tidak suka atau tidak pernah menonton konser sebagaimana disebut oleh 39 persen responden. Faktor lainnya termasuk ingin menghindari kerumunan (33 persen) dan tidak ada kesempatan (27 persen).

Begitupun data lainnya dari Populix yang menunjukkan harga tiket menjadi hal utama kedua yang dipertimbangkan oleh masyarakat untuk menonton konser sebagaimana diakui oleh 57 persen responden. Faktor-faktor lainnya termasuk karena penyanyi/band favorit (84 persen) dan promotor dengan reputasi yang baik (38 persen).


Penyebab Biaya Tiket Konser Mahal

Meskipun ada sejumlah faktor yang terlibat dalam kenaikan harga tiket konser termasuk biaya tinggi yang mencapai rata-rata 27 persen dari total biaya tiket, penyebab utamanya ialah permintaan yang besar di kalangan masyarakat sebagaimana disampaikan dalam laporan Kantor Akuntabilitas Pemerintah (GAO) pada 2018.

Orang-orang di seluruh dunia tak segan berbondong-bondong untuk pergi ke beberapa konser artis populer untuk menyaksikan langsung idolanya. Live Nation melaporkan bahwa 145 juta orang menghadiri salah satu pertunjukannya pada 2023. Jumlah penonton ini meningkat dari 98 juta pada 2019.

Kondisi ini juga tampaknya tidak melambat, dengan penjualan tiket pada kuartal pertama 2024 lebih tinggi daripada tahun lalu pada waktu yang sama, menurut laporan Live Nation.

Antusias serupa juga terjadi di Indonesia. Dalam hasil survei yang dilakukan Populix pada Januari 2024, ditemukan bahwa sebanyak 80 persen masyarakat mengaku tertarik untuk menonton konser, dan 40 persen dari mereka telah menonton konser dalam satu tahun terakhir. Lebih diperinci, rata-rata masyarakat Indonesia menonton 1-3 konser dalam setahun sebagaimana diakui oleh 68 persen responden. 

Laporan bertajuk A Study of Indonesian Concert-Goers Behavior itu juga menunjukkan bahwa bujet masyarakat Indonesia untuk menonton konser yakni, kurang dari Rp1 juta sebagaimana diakui oleh 51 persen responden. Adapun, bujet tersebut utamanya bersumber dari tabungan sebagaimana disebut oleh 82 persen responden.

Dosen Industri Musik dan Radio di Birmingham City University, Matt Grimes, mengatakan tingginya harga tiket juga dilatarbelakangi dampak pandemi Covid-19 yang masih memengaruhi industri musik. 

"Ketika Covid menghentikan tur, banyak profesional di industri ini terpaksa mencari pekerjaan baru, dan tidak semuanya kembali saat karantina dicabut. Hal ini menyebabkan kekurangan personel di industri tur dan mereka yang tersisa dapat mengenakan biaya lebih untuk layanan mereka," katanya dikutip dari Cosmopolitan.

Di sisi lain, banyak musisi juga menyalahkan Brexit yang turut menyebabkan biaya tiket konser melonjak. Sebuah survei oleh badan industri UK Music menemukan 82 persen artis Inggris telah kehilangan pendapatan sejak Inggris meninggalkan Uni Eropa.

Biaya dokumen perjalanan yang mahal dan peraturan baru membuat tur Eropa terlalu mahal untuk artis yang lebih kecil, sehingga mereka mungkin ingin mengganti pendapatan yang hilang dengan mengenakan biaya lebih untuk tiket pertunjukan  musik mereka.

Selain itu, biaya bahan bakar yang naik setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 2022 juga membuat harga gas dan listrik turut melonjak, yang berpengaruh pada biaya produksi pertunjukan musik. Simon Eaton, kepala musik live di Troxy London timur, mengatakan bahwa tagihan listrik mereka pada 2022 lebih tinggi sebesar 12 kali lipat.

Baca juga: 9 Agenda Konser K-Pop & Fan Meeting Agustus 2024 di Jakarta, Ada aespa hingga Kim Ji Won

Meski demikian, Eaton menuturkan terlepas dari biayanya, pengalaman kolektif penggemar yang berkumpul dan menikmati musik adalah sesuatu yang tidak akan hilang. "Harga tiket konser atau tur mungkin tidak murah, tetapi penggemar akan selalu menemukan cara untuk menikmati musik, berapa pun anggarannya," katanya.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Berikut Link dan Cara Pendaftaran KIP Kuliah 2024

BERIKUTNYA

Hasil Kontingen Indonesia di Olimpiade 2024: La Memo Masuk Final & Fajar/Rian ke Semifinal

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: