Ladang Cuan Seni Digital
23 July 2024 |
15:18 WIB
Seiring perkembangan dalam dunia seni, beberapa waktu belakangan muncul banyak eksperimen-eksperimen seni yang melibatkan teknologi, seperti seni digital. Pasar untuk seni digital (digital art) di Indonesia juga sudah mulai menjamur.
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pasar seni kekinian yang digelar di beberapa kota besar. Sebut saja Comifuro, P-Land, OMO!Market, dan masih banyak lagi pasar seni besar di Indonesia yang rutin diadakan setiap tahun dengan melibatkan digital artist.
Baca juga: Kiat Pengusaha Muda Mendulang Sukses di Industri Fesyen
Firsty, seniman digital asal Bandung ini memiliki cukup banyak pengalaman di bidang seni digital dan sering mengikuti pasar seni di Indonesia, bahkan di luar negeri. Suatu saat dia mendapatkan kesempatan untuk mengisi booth di salah satu pasar seni terbesar Indonesia, COMIFURO 2020, bersama teman-temannya, dengan modal sekitar Rp1 juta.
Usahanya kemudian melejit pada 2021, di mana Firsty mulai menggunakan nama Sushihoshii untuk brandya. Brand ini cukup aktif beroperasi di sosial media seperti Instagram dan X, sambil memanfaatkan platform online shopping untuk kegiatan jual-beli.
Tak hanya itu, Firsty juga menitipkan dagangannya ke stockist seperti Find Mine Fine Mind di Bandung, Artlix Store di Yogyakarta dan Palette Store di Jakarta. Total omzet yang dia dapatkan dari penjualan di stockist berkisar Rp1 juta—Rp2 juta.
“Sebenarnya, untuk omzet itu sesuai dengan besar kecilnya event, sih. Untuk event kecil biasanya totalnya Rp4 juta sampai Rp6 juta. Sedangkan, event besar seperti COMIFURO atau P-LAND bisa mencapai lebih dari Rp10 juta,” tutur Firsty.
Di tengah maraknya pertumbuhan bisnis merchandise buatan fans (fanmade), Firsty menarik target pasarnya dengan mengubah idola K-Pop menjadi karakter hewan yang unik, lengkap dengan pernak-pernik khas mereka.
Desain produk Sushihoshii memerlukan lebih dari 1 minggu untuk pengerjaan, belum termasuk proses pencetakan. Sushihoshii tidak hanya memiliki pasar di Indonesia, tetapi juga pernah mengikuti dua pasar seni di Singapura dan melayani pesanan hingga ke luar negeri.
Seniman digital lainnya yang sudah cukup berhasil dalam mengembangkan usahanya adalah Nadya. Berawal dari lay off dan keinginannya untuk melanju kan pendidikan S2, Nadya mulai membuka usahanya pada 2022 dengan modal awal Rp1 juta.
Nadya juga menitipkan dagangannya ke stockist dengan rata-rata omzet sekitar Rp500.000. Tak hanya itu, dia juga kerap kali mengisi booth di pasar seni. Dengan modal Rp7 juta–Rp10 juta, Nadya dapat meraup total omzet hingga Rp9 juta–Rp11 juta.
Namun, Nadya tidak hanya mengandalkan pasar seni atau toko pernak-pernik, dia juga membuka pre order di sosial medianya. Bahkan, total keuntungannya dari pre order bisa mencapai sekitar Rp13 juta.
Meskipun usahanya baru berusia 2 tahun, Nadya sudah merilis lebih dari 50 jenis produk yang pernah dipasarkan. Dia memiliki produk unggulan berupa tote bag dengan desain Nanami, salah satu karakter anime populer Jujutsu Kaisen, yang dia gambar sendiri dan terjual sebanyak 200 hingga 300 pcs.
“Yang membuat produk aku beda, mungkin gaya artistiknya ya. Banyak banget pesan dari orang-orang yang bilang kalau art style-ku cukup unik,” tutur Nadya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pasar seni kekinian yang digelar di beberapa kota besar. Sebut saja Comifuro, P-Land, OMO!Market, dan masih banyak lagi pasar seni besar di Indonesia yang rutin diadakan setiap tahun dengan melibatkan digital artist.
Baca juga: Kiat Pengusaha Muda Mendulang Sukses di Industri Fesyen
Firsty, seniman digital asal Bandung ini memiliki cukup banyak pengalaman di bidang seni digital dan sering mengikuti pasar seni di Indonesia, bahkan di luar negeri. Suatu saat dia mendapatkan kesempatan untuk mengisi booth di salah satu pasar seni terbesar Indonesia, COMIFURO 2020, bersama teman-temannya, dengan modal sekitar Rp1 juta.
Usahanya kemudian melejit pada 2021, di mana Firsty mulai menggunakan nama Sushihoshii untuk brandya. Brand ini cukup aktif beroperasi di sosial media seperti Instagram dan X, sambil memanfaatkan platform online shopping untuk kegiatan jual-beli.
Tak hanya itu, Firsty juga menitipkan dagangannya ke stockist seperti Find Mine Fine Mind di Bandung, Artlix Store di Yogyakarta dan Palette Store di Jakarta. Total omzet yang dia dapatkan dari penjualan di stockist berkisar Rp1 juta—Rp2 juta.
“Sebenarnya, untuk omzet itu sesuai dengan besar kecilnya event, sih. Untuk event kecil biasanya totalnya Rp4 juta sampai Rp6 juta. Sedangkan, event besar seperti COMIFURO atau P-LAND bisa mencapai lebih dari Rp10 juta,” tutur Firsty.
Di tengah maraknya pertumbuhan bisnis merchandise buatan fans (fanmade), Firsty menarik target pasarnya dengan mengubah idola K-Pop menjadi karakter hewan yang unik, lengkap dengan pernak-pernik khas mereka.
Desain produk Sushihoshii memerlukan lebih dari 1 minggu untuk pengerjaan, belum termasuk proses pencetakan. Sushihoshii tidak hanya memiliki pasar di Indonesia, tetapi juga pernah mengikuti dua pasar seni di Singapura dan melayani pesanan hingga ke luar negeri.
Seniman digital lainnya yang sudah cukup berhasil dalam mengembangkan usahanya adalah Nadya. Berawal dari lay off dan keinginannya untuk melanju kan pendidikan S2, Nadya mulai membuka usahanya pada 2022 dengan modal awal Rp1 juta.
Nadya juga menitipkan dagangannya ke stockist dengan rata-rata omzet sekitar Rp500.000. Tak hanya itu, dia juga kerap kali mengisi booth di pasar seni. Dengan modal Rp7 juta–Rp10 juta, Nadya dapat meraup total omzet hingga Rp9 juta–Rp11 juta.
Namun, Nadya tidak hanya mengandalkan pasar seni atau toko pernak-pernik, dia juga membuka pre order di sosial medianya. Bahkan, total keuntungannya dari pre order bisa mencapai sekitar Rp13 juta.
Meskipun usahanya baru berusia 2 tahun, Nadya sudah merilis lebih dari 50 jenis produk yang pernah dipasarkan. Dia memiliki produk unggulan berupa tote bag dengan desain Nanami, salah satu karakter anime populer Jujutsu Kaisen, yang dia gambar sendiri dan terjual sebanyak 200 hingga 300 pcs.
“Yang membuat produk aku beda, mungkin gaya artistiknya ya. Banyak banget pesan dari orang-orang yang bilang kalau art style-ku cukup unik,” tutur Nadya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.