Berdasarkan data dari AMI, dalam dua tahun terakhir, jumlah lagu anak yang didaftarkan untuk AMI Awards mencapai 184 lagu pada 2023, dan tercatat sebanyak 168 lagu pada 2024. (Sumber gambar: Jason Rosewell/Unsplash)

Perlu Gotong Royong Mendorong Eksistensi & Popularitas Lagu-Lagu Anak

23 July 2024   |   08:51 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Lagu anak menjadi elemen penting dalam tumbuh kembang si kecil. Selain sebagai bentuk ekspresi dan hiburan, lagu-lagu anak biasanya menyimpan pesan dan pembelajaran yang baik bagi mereka. Namun, eksistensi lagu anak dalam beberapa tahun terakhir semakin meredup keberadaannya di industri musik Indonesia.

Pertanyaan “apa lagu anak Indonesia terbaru?” atau “siapa penyanyi anak yang saat ini populer?” seolah menjadi sangat sulit dijawab dalam beberapa waktu ke belakang.

Keberadaan lagu-lagu anak saat ini tak sepopuler dekade 90-an dan 2000-an awal. Seolah tak ada penerus sosok-sosok penyanyi anak ikonik seperti Joshua, Tasya, Sherina, Chikita Meidy, Trio Kwek Kwek, atau lebih lawas lagi Chicha Koeswoyo.

Namun, menurut catatan Anugerah Musik Indonesia (AMI), Indonesia bukan kekurangan lagu anak melainkan kehilangan momentum dalam merayakan lagu anak sebagai bagian dari keseharian. Berdasarkan data AMI, dalam dua tahun terakhir, jumlah lagu anak yang didaftarkan untuk AMI Awards mencapai 184 lagu pada 2023, dan tercatat sebanyak 168 lagu pada 2024.

Padahal, jika ditilik dari historisnya, perkembangan lagu anak di Tanah Air punya sejarah yang panjang. Mulai dari folksong anak atau nursery rhymes yang kerap dilagukan oleh orang tua atau kakek-nenek, sampai industri pop anak yang terbentuk sejak era 1970-an seiring menjamurnya rilisan musik format kaset yang terjangkau. Era itu bermunculan penyanyi anak seperti Adi Bing Slamet, Chicha Koeswoyo, Yoan Tanamal, juga band atau penyanyi dewasa yang banyak merilis lagu anak. 

Baca juga: Ini Alasan Belum Banyak Film Anak di Indonesia Hadir di Bioskop

Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir, masa keemasan itu kian meredup. Sesekali, usaha untuk membangkitkan popularitas lagu-lagu anak diupayakan oleh para musisi, seperti Titiek Puspa yang menggagas grup anak Duta Cinta, atau Erwin Gutawa yang pernah menggarap kolektif Di Atas Rata-Rata yang mengumpulkan anak-anak berbakat musik dari seluruh Indonesia.

Sayangnya, upaya-upaya ini mendapat banyak tantangan soal keberlanjutannya. Sering kali upaya menggelorakan kembali lagu anak tak bersambut popularitas dan sukses secara komersial. 

Pengamat musik David Tarigan berpendapat popularitas lagu anak sangat tergantung dari hook lagu, serta bagaimana membuat lagu itu dapat dijangkau anak-anak secara luas melalui mekanisme distribusi dan strategi pemasaran musik. 

Hook lagu adalah baris lirik pendek atau frasa melodi yang digunakan untuk menarik perhatian pendengar dan membuat lagu menjadi menarik. Hook biasanya dibuat untuk membuat lagu menjadi menarik dan mudah diingat. 

“Kalau ingin membuat lagu anak, sekali lagi penting membuat hook yang nyangkut di kepala anak. Hal yang mudah diingat. Jika memang sudah sesuai dan ada eksposur, bisa saja jadi populer. Tetapi, dalam masa sekarang apakah mungkin pebisnis atau pengusaha mengeluarkan modal atau investasi untuk lagu anak?” kata David.

David juga menilai untuk memantik kembali popularitas dan tren lagu anak dalam industri musik secara umum, diperlukan semangat kolektif dari berbagai pihak. Termasuk, musisi-musisi dewasa yang punya inisiatif merilis lagu anak.

“Untuk membuat industri lagu anak semarak lagi tidak bisa datang dari satu pihak saja, kalau ada inisiatif yang kolektif, ramai-ramai kembali menggaungkan lagu anak dengan disadari secara sengaja atau tidak, itu mungkin menarik,” ucapnya.
 

Ilustrasi menyanyi lagu anak (Sumber gambar: Pexels/Ketut Subiyanto)

Ilustrasi menyanyi lagu anak (Sumber gambar: Pexels/Ketut Subiyanto)

Di tengah tantangan tersebut, sejumlah musisi turut serta meramaikan dunia lagu anak antara lain Naif yang merilis album Bonbinben (2008), dan secara terpisah dalam momen-momen waktu berbeda lahir lagu anak dari grup musik Mocca, serta muncul gerakan “Save Lagu Anak” pada 2016 yang terdiri dari para mantan penyanyi cilik.

Terbaru, RAN juga menunjukkan kepeduliannya terhadap ranah ini. Trio yang digawangi Rayi, Asta, dan Nino itu akan merilis album anak berjudul RAN For Your Kids pada 23 Juli 2024. Album berisi delapan lagu ini terdiri dari empat lagu dan empat track voice over dari Kak Seto. Lagu ikonik “Macet Lagi” yang identik dengan karakter Si Komo pun turut dihidupkan kembali dengan konteks yang lebih relevan.

RAN tidak serta-merta merilis RAN For Your Kids sebagai album musik saja. Tetapi, mereka juga hadir lebih dekat ke dunia anak lewat karakter dalam video musik yang akan dirilis. Aktivasi lain juga akan dilakukan sebagai upaya RAN mengangkat kembali isu lagu anak, salah satunya dengan piknik di Urban Forest Cipete.  

Nino mengatakan penggarapan album RAN For Your Kids berangkat dari kegelisahan dia dan tim melihat banyaknya anak-anak yang menyanyikan lagu dengan muatan lirik dewasa. Hal itu menurutnya terjadi karena minimnya pilihan lagu anak-anak dalam beberapa tahun terakhir.

"Mengingat semboyan kami Ran For Your Life, kenapa tidak kita coba saja untuk mewadahi masalah itu. Sekaligus mengingatkan mereka bahwa RAN memang ingin hadir ke dalam setiap fase hidup pendengarnya. Dari mulai ABG, pacaran, nikah, bahkan sampai ke anak-anaknya,” kata Nino. 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by RAN (@ranforyourlife)


Selain itu, RAN juga memiliki lagu-lagu ramah anak yang sejalan dengan spirit menanamkan nilai-nilai positif pada anak. Rayi menuturkan album RAN For Your Kids dibuat sebagai bentuk sumbangsih untuk dunia musik anak-anak Indonesia.

“Kami concern dan kami ingin berbuat sesuatu, kami tidak ingin diam saja dan kami ingin memberi sumbangsih di dunia musik anak-anak Indonesia. Kami juga memiliki lagu-lagu yang cocok juga untuk didengarkan anak-anak seperti Selamat Pagi, Sepeda, dan Dekat di Hati," ujar Rayi.

Menurut David, upaya kolektif membangkitkan kembali semarak lagu anak menjadi tanggung jawab bersama, meski tidak bisa memaksa para pelaku industri dan musisi-musisi yang telah mapan untuk turut ambil peran dalam persoalan ini. Dia menilai persoalan perkembangan lagu anak perlu juga disikapi sebagai tanggung jawab moral, di samping tujuan komersial.
 
"Mendongkrak kembali semarak lagu anak tentu bukan pekerjaan mudah yang bisa diselesaikan satu atau dua pihak saja. Diperlukan peran kolektif untuk membuat lagu anak Indonesia kembali berjaya," terangnya.

Pada kesempatan terpisah, psikolog Anak Efnie Indriane mengatakan lagu anak bukan sekadar musik biasa. Lagu anak punya peranan besar terhadap tumbuh kembang anak. Anak-anak belum memiliki kesadaran penuh terhadap sebab-akibat dari sebuah perilaku, di situlah lagu anak melalui lirik yang memuat nilai-nilai kehidupan yang positif turut membimbing anak-anak. 

Efnie menjelaskan seringkali ketika seseorang menyanyikan lagu-lagu secara berulang, otomatis akan menyanyikan lagu-lagu tersebut secara refleks. Setelah refleks menyanyikan lagu, kata-kata dalam lagu itu pun akan terkunci di alam pra-sadar. Ketika kata-kata terkunci di alam pra-sadar, itu akan memengaruhi kondisi psikis seseorang.

"Itulah pentingnya lagu anak memiliki lirik yang baik, berisi motivasi, dan penanaman nilai-nilai yang positif. Karena ketika menanamkan nilai itu melalui lagu dan dinyanyikan secara berulang tanpa disadari, itu akan terserap di alam pra-sadar,” jelasnya. 

Baca juga: Menilik Tantangan Cerita Anak Berkembang di Indonesia

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Waspada, Polusi Berdampak Negatif pada Kesehatan Mental

BERIKUTNYA

Menyelisik Kolaborasi Manis Tiga Dara dalam Pameran Ad Maiora

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: