Patjarmerah Kecil (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Menilik Tantangan Cerita Anak Berkembang di Indonesia

07 July 2024   |   17:50 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Kehadiran buku cerita anak masih terbilang minim jika dibandingkan dengan buku-buku bergenre fiksi yang lebih populer. Kondisi ini dapat terjadi lantaran banyak hal, tetapi yang kerap diperbincangkan ialah perihal ekosistem yang belum terlalu matang.

Namun, kalau melihat dari kacamata yang lebih luas, minimnya cerita anak tak hanya terjadi di dunia buku saja. Di medium hiburan lain, seperti film, cerita tentang anak juga masih terbilang jarang diproduksi oleh para sineas.

Produser film sekaligus President of Kids & Family Visinema, Anggia Kharisma, mengatakan kondisi cerita anak di dunia konten, termasuk perfilman, memang masih minim. Padahal, kebutuhan tontonan ramah anak untuk tumbuh kembang si kecil itu terus ada.

“Saat ini koleksi konten layak tayang untuk anak-anak di Indonesia itu kurang dari satu persen. Memang ini terdengar cukup menyedihkan,” ungkap Anggia dalam Diskusi Membaca Arah Regenerasi Cerita dalam Dunia Anak, Remaja, dan Keluarga di Patjarmerah Kecil, Pos Bloc Jakarta, Minggu (7/7/2024). 

Baca juga: Produser Mira Lesmana Bicara Film Keluarga yang Relate di Patjarmerah Kecil
 

Patjar Merah Kecil (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Patjar Merah Kecil (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Menurut Anggia, ada beberapa hal yang menyebabkan cerita anak masih kurang berkembang. Salah satunya mungkin karena orang dewasa lupa bahwa mereka juga harus membuat konten tentang anak-anak. Tak sekadar dibuat, konten anak juga mesti dibangun dengan komitmen dan keseriusan.

Pasalnya, meski bertema anak-anak, bukan berarti proses kreatif yang dilakukannya asal. Justru karena cerita ini diciptakan untuk anak-anak, prosesnya menjadi lebih hati-hati. Hal ini karena konten di dalamnya maupun gambar-gambar yang ditampilkan mesti dibuat sesuai dengan rentang umur mereka.

“Hak anak untuk mendapatkan sebuah entertainment itu mesti baik dan menarik. Core memory baiknya mesti dihadirkan dari situ,” imbuhnya.

Dengan demikian, tak hanya sebagai sebuah hiburan. Tontonan tentang anak juga bisa jadi pemicu kebersamaan, ketika anak kemudian mengobrol dengan orang tua tentang apa yang mereka lihat. Hal ini juga pada ujungnya akan memicu sisi kritis dan daya kreatif anak.

Sementara itu, Founder Bintang Kecil, Melia Lustojoputro, mengatakan kondisi tak jauh berbeda ada di dunia musik. Menurutnya, sekarang ini makin sulit menemui lagu yang diciptakan untuk anak-anak.

Bagi Melia, ekosistem memang belum terbentuk dengan baik. Para kreator cerita tentang anak di berbagai medium kesenian masih berjalan sendiri-sendiri. Hal ini kemudian membuat lagu-lagu tentang anak kurang bergaung.

“Lagu tentang anak sekarang tentu masih ada, tetapi kurang muncul ke permukaan. Jadi, distribusinya seolah tidak sampai,” ucapnya.

Pada akhirnya, lagu-lagu anak hanya beredar di kalangan yang terbatas. Sementara itu, anak-anak lain justru lebih terpapar oleh musik-musik pop dewasa.

Peneliti buku anak Herdiana Hakim mengatakan ekosistem literasi anak memang perlu menjadi sorotan bersama. Meski makin tahun kondisinya tentu menjadi lebih baik, termasuk dengan adanya Patjar Merah Kecil ini, tetapi perlu masih ada upaya lebih.

Dalam beberapa studinya, Herdiana mengatakan cerita anak tak bisa dilihat dari satu sisi saja. Dimulai dari kebutuhan anak terhadap bacaan mereka, proses regenerasi penulis, cara distribusi, hingga kolaborasi untuk menghubungkan mereka.

Menurutnya, masih ada gap untuk kemudian seluruh stakeholder bersatu. Hal ini yang menjadikan buku anak belum terlalu bergaung. Meskipun buku anak ada, ruang untuk bertemu pembacanya masih belum sepopuler jenis buku lain.

“Jadi, tantangannya lebih akses dan pengarsipan. Saat ini susah sekali cari data primer, kayak berapa buku yang diterbitkan, bagaimana anak membaca buku, hingga buku lawas yang terbit itu susah dicari,” tuturnya.

Herdiana berharap ke depan masing-masing elemen penting dalam ekosistem bisa lebih terhubung. Baginya, kolaborasi adalah kunci untuk menghidupkan segmen cerita anak dan membuat lebih berkelanjutan, baik secara kekaryaan maupun komersial. 

Baca juga: Kenalan dengan Komunitas Ayo Dongeng Indonesia & Gulali Festival di Event Patjarmerah Kecil

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Ambil Latar Orba, Novel Anak-anak Gerhana Yusi Avianto Pareanom Siap Diterbitkan 

BERIKUTNYA

Hypeprofil Danar Widianto: Meramu Lirik Puitis Lewat Nada Kehidupan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: