Ini Alasan Belum Banyak Film Anak di Indonesia Hadir di Bioskop
04 July 2024 |
08:57 WIB
Berbeda dengan tentang remaja atau dewasa, film anak masih jarang di Indonesia lantaran belum banyak sineas yang memproduksinya. Kondisi ini dapat terjadi lantaran banyak hal, seperti belum menjanjikan dapat balik modal. Mira Lesmana, CEO dan Pendiri Miles Film, mengatakan bahwa film anak menjadi kebutuhan bagi semua orang lantaran dapat memotret keluarga Indonesia pada saat ini, selain bisa dinikmati oleh orang tua bersama anak.
“Memang betul [belum banyak]. Film anak belum menjanjikan kembali modal,” katanya dalam acara diskusi bertajuk Dari Ruang Keluarga ke Lembar Skenario di ajang pameran buku Patjar Merah.
Baca juga: Sinopsis Film Sekawan Limo & Janji Darah yang Tayang di Bioskop Hari Ini
Dia mengungkapkan, sejumlah film anak yang dibuat oleh para sineas memang telah mencetak box office, seperti Petualangan Sherina atau Laskar Pelangi. Namun, beberapa film anak juga memiliki jumlah penonton yang membuatnya tidak masuk box office.
Menurutnya, salah satu film yang dapat dikatakan tidak berhasil di pasar Indonesia adalah Kulari Ke Pantai karena tidak mendapatkan jumlah penonton seperti Petualangan Sherina dan Laskar Pelangi.
Dia mengungkapkan, sineas kerap memikirkan banyak hal agar film anak yang dibuat berhasil mendapatkan banyak penonton. Salah satu di antaranya adalah menayangkannya pada saat libur anak sekolah.
“Ternyata pilihannya [saat libur] bukan menonton film,” ujarnya.
Selain itu, dia mengungkapkan bahwa ada kecenderungan memilih menonton film anak di layar kaca dengan ada platform digital digital pada saat ini.
Dia menuturkan, Miles Film mencoba untuk konsisten membuat film anak. Namun, dengan berbagai faktor dan pertimbangan, rumah produksi tidak bisa hanya fokus kepada film anak-anak.
Dia mengungkapkan, beberapa produser pada saat ini sedang mencoba membuat film anak dengan bentuk animasi walaupun sejumlah film animasi Indonesia yang pernah tayang di bioskop tidak mencetak box office.
Sebelumnya, Mira mengungkapkan bahwa pembuatan film anak tidak murah. Sineas film perlu memikirkan banyak hal ketika hendak mengajak anak-anak menjadi bagian dalam karya yang akan diproduksi.
Pembuat film harus ekstra hati-hati ketika syuting dengan anak-anak. Mereka harus berpikir tentang waktu yang tepat untuk melakukan syuting dan aturan ethic yang baik saat membuat film yang melibatkan anak, sehingga ada kemungkinan jam kerja harus dibatasi.
Editor: Fajar Sidik
“Memang betul [belum banyak]. Film anak belum menjanjikan kembali modal,” katanya dalam acara diskusi bertajuk Dari Ruang Keluarga ke Lembar Skenario di ajang pameran buku Patjar Merah.
Baca juga: Sinopsis Film Sekawan Limo & Janji Darah yang Tayang di Bioskop Hari Ini
Dia mengungkapkan, sejumlah film anak yang dibuat oleh para sineas memang telah mencetak box office, seperti Petualangan Sherina atau Laskar Pelangi. Namun, beberapa film anak juga memiliki jumlah penonton yang membuatnya tidak masuk box office.
Menurutnya, salah satu film yang dapat dikatakan tidak berhasil di pasar Indonesia adalah Kulari Ke Pantai karena tidak mendapatkan jumlah penonton seperti Petualangan Sherina dan Laskar Pelangi.
Dia mengungkapkan, sineas kerap memikirkan banyak hal agar film anak yang dibuat berhasil mendapatkan banyak penonton. Salah satu di antaranya adalah menayangkannya pada saat libur anak sekolah.
“Ternyata pilihannya [saat libur] bukan menonton film,” ujarnya.
Selain itu, dia mengungkapkan bahwa ada kecenderungan memilih menonton film anak di layar kaca dengan ada platform digital digital pada saat ini.
Dia menuturkan, Miles Film mencoba untuk konsisten membuat film anak. Namun, dengan berbagai faktor dan pertimbangan, rumah produksi tidak bisa hanya fokus kepada film anak-anak.
Dia mengungkapkan, beberapa produser pada saat ini sedang mencoba membuat film anak dengan bentuk animasi walaupun sejumlah film animasi Indonesia yang pernah tayang di bioskop tidak mencetak box office.
Sebelumnya, Mira mengungkapkan bahwa pembuatan film anak tidak murah. Sineas film perlu memikirkan banyak hal ketika hendak mengajak anak-anak menjadi bagian dalam karya yang akan diproduksi.
Pembuat film harus ekstra hati-hati ketika syuting dengan anak-anak. Mereka harus berpikir tentang waktu yang tepat untuk melakukan syuting dan aturan ethic yang baik saat membuat film yang melibatkan anak, sehingga ada kemungkinan jam kerja harus dibatasi.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.