Jutaan Perangkat Windows di Dunia Alami Gangguan Massal Gara-gara Crowdstrike
23 July 2024 |
08:05 WIB
Microsoft memperkirakan sebanyak 8,5 juta perangkat atau di bawah 1 persen dari total perangkat Windows di seluruh dunia terdampak gangguan IT global. Angka tersebut diumumkan oleh Vice President, Enterprise and OS Security, David Weston, dalam unggahan blog di situs perusahaan.
Gangguan ini menyebabkan perangkat Windows di seluruh dunia mengalami blue screen of death (BSOD) massal pada 19 Juli 2024. Penyebabnya diduga karena proses pembaruan perangkat lunak atau update software yang dilakukan oleh perusahaan keamanan siber Crowdstrike.
"Saat ini kami memperkirakan bahwa pembaruan CrowdStrike memengaruhi 8,5 juta perangkat Windows atau kurang dari satu persen dari seluruh mesin Windows," kata David Weston.
Baca juga: Kenalan dengan CrowdStrike, Biang Kerok di Balik Microsoft Down
Lebih lanjut Weston berujar, persentase perangkat yang terdampak memang kecil. Namun, dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan sangat luas, mengingat perusahaan yang menggunakan CrowdStrike menjalankan banyak layanan penting.
Kekacauan sistem komputer secara global tersebut berimbas pada layanan penerbangan, saluran televisi, hingga bank di berbagai negara. Adapun, layanan penerbangan disebut sudah mulai pulih pada besok harinya, yakni 20 Juli setelah menyebabkan ribuan penerbangan dibatalkan.
Weston memaparkan, meskipun gangguan IT ini bukan insiden yang disebabkan Microsoft, tapi perusahaan akan bekerja sama dengan CrowdStrike untuk menangani permasalahan ini. George Kurtz, CEO CrowdStrike juga telah menyampaikan permohonan maaf atas gangguan akses pada sejumlah layanan Microsoft.
"Kami meminta maaf atas dampak pemadaman di seluruh dunia yang disebabkan oleh pembaruan perangkat lunak yang dikeluarkan oleh perusahaan, sehingga mengganggu layanan kesehatan, perjalanan, dan penyiaran," kata Kurtz.
CrowdStrike membutuhkan waktu 5 hari untuk memperbaiki semua sistem yang telah rusak ini. Sampai saat ini, perusahaan masih berupaya mengatasinya dengan bekerjasama degan Microsoft. Mereka berjanji akan meningkatkan pengujian pada masa mendatang.
Microsoft dan CrowdStrike telah mengembangkan solusi yang membantu infrastruktur Azure Microsoft untuk mempercepat pemulihan sistem. Selain itu, Microsoft juga menggaet Amazon Web Services dan Google Cloud Platform. Meski begitu, pemulihan sistem akan berjalan lambat apabila setiap perangkat yang terpengaruh memerlukan perbaikan manual.
Perusahaan keamanan siber raksasa ini didirikan oleh George Kurtz, mantan karyawan McAfe pada 2012. Mereka menjalankan bisnisnya di seluruh dunia melalui penjualan perangkat lunak dan investigasi peretasan besar.
CrowdStrike banyak digunakan oleh perusahaan dan pelaku bisnis dari berbagai sektor di seluruh dunia untuk mengelola keamanan PC dan server Windows, termasuk Microsoft sebagai klien mereka. Layanan keamanan ini telah digunakan oleh banyak perusahaan Fortune 500, termasuk bank besar global, perusahaan layanan kesehatan, dan energi.
Crowdstrike juga membantu menjalankan investigasi keamanan siber untuk pemerintah AS. Mereka telah melacak peretas Korea Utara selama lebih dari satu dekade. Perusahaan ini juga ditugaskan untuk melacak kelompok hacker yang melakukan peretasan terhadap Sony Pictures pada 2014 lalu.
Baca juga: Ternyata Ini Penyebab Microsoft Down, Bikin Geger Banyak Negara
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Gangguan ini menyebabkan perangkat Windows di seluruh dunia mengalami blue screen of death (BSOD) massal pada 19 Juli 2024. Penyebabnya diduga karena proses pembaruan perangkat lunak atau update software yang dilakukan oleh perusahaan keamanan siber Crowdstrike.
"Saat ini kami memperkirakan bahwa pembaruan CrowdStrike memengaruhi 8,5 juta perangkat Windows atau kurang dari satu persen dari seluruh mesin Windows," kata David Weston.
Baca juga: Kenalan dengan CrowdStrike, Biang Kerok di Balik Microsoft Down
Lebih lanjut Weston berujar, persentase perangkat yang terdampak memang kecil. Namun, dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan sangat luas, mengingat perusahaan yang menggunakan CrowdStrike menjalankan banyak layanan penting.
Kekacauan sistem komputer secara global tersebut berimbas pada layanan penerbangan, saluran televisi, hingga bank di berbagai negara. Adapun, layanan penerbangan disebut sudah mulai pulih pada besok harinya, yakni 20 Juli setelah menyebabkan ribuan penerbangan dibatalkan.
Weston memaparkan, meskipun gangguan IT ini bukan insiden yang disebabkan Microsoft, tapi perusahaan akan bekerja sama dengan CrowdStrike untuk menangani permasalahan ini. George Kurtz, CEO CrowdStrike juga telah menyampaikan permohonan maaf atas gangguan akses pada sejumlah layanan Microsoft.
"Kami meminta maaf atas dampak pemadaman di seluruh dunia yang disebabkan oleh pembaruan perangkat lunak yang dikeluarkan oleh perusahaan, sehingga mengganggu layanan kesehatan, perjalanan, dan penyiaran," kata Kurtz.
CrowdStrike membutuhkan waktu 5 hari untuk memperbaiki semua sistem yang telah rusak ini. Sampai saat ini, perusahaan masih berupaya mengatasinya dengan bekerjasama degan Microsoft. Mereka berjanji akan meningkatkan pengujian pada masa mendatang.
Microsoft dan CrowdStrike telah mengembangkan solusi yang membantu infrastruktur Azure Microsoft untuk mempercepat pemulihan sistem. Selain itu, Microsoft juga menggaet Amazon Web Services dan Google Cloud Platform. Meski begitu, pemulihan sistem akan berjalan lambat apabila setiap perangkat yang terpengaruh memerlukan perbaikan manual.
Mengenal Crowdstrike
CrowdStrike merupakan perusahaan keamanan siber asal Amerika Serikat (AS) yang didirikan pada 2011 dan berbasis di Austin, Texas. Perusahaan ini menawarkan layanan keamanan untuk mengantisipasi ancaman dan memberikan perlindungan dari serangan siber.Perusahaan keamanan siber raksasa ini didirikan oleh George Kurtz, mantan karyawan McAfe pada 2012. Mereka menjalankan bisnisnya di seluruh dunia melalui penjualan perangkat lunak dan investigasi peretasan besar.
CrowdStrike banyak digunakan oleh perusahaan dan pelaku bisnis dari berbagai sektor di seluruh dunia untuk mengelola keamanan PC dan server Windows, termasuk Microsoft sebagai klien mereka. Layanan keamanan ini telah digunakan oleh banyak perusahaan Fortune 500, termasuk bank besar global, perusahaan layanan kesehatan, dan energi.
Crowdstrike juga membantu menjalankan investigasi keamanan siber untuk pemerintah AS. Mereka telah melacak peretas Korea Utara selama lebih dari satu dekade. Perusahaan ini juga ditugaskan untuk melacak kelompok hacker yang melakukan peretasan terhadap Sony Pictures pada 2014 lalu.
Baca juga: Ternyata Ini Penyebab Microsoft Down, Bikin Geger Banyak Negara
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.