Dampak Microsoft Down Akibat CrowdStrike Bikin 8,5 juta Perangkat Jadi Layar Biru
21 July 2024 |
10:06 WIB
Sistem komputer yang memakai layanan Microsoft sempat mengalami down di seluruh dunia beberapa waktu yang lalu. Masalah teknis ini tak hanya menganggu sistem operasional dari Microsoft, tetapi meluas karena sejumlah bisnis menjadi tidak bisa beroperasi dengan optimal.
Microsoft mengungkapkan gangguan ini terjadi karena proses pembaruan perangkat lunak atau update software yang dilakukan oleh perusahaan keamanan siber, CrowdStrike. Akibat hal itu, sistem Microsoft tumbang secara berjamaah.
Baca juga: Kenalan dengan CrowdStrike, Biang Kerok di Balik Microsoft Down
Wakil Presiden Keamanan Perusahaan dan OS Microsoft David Weston mengatakan meski ini bukan insiden dari perusahannya, pihaknya selama masa krisis berkomitmen untuk mengumpulkan informasi dan mempercepat solusi.
Sebab, pihaknya memahami bahwa sistem yang down di layanan mereka akan memiliki dampak yang sangat luas. Untuk itu, penanganan masalah ini pun mesti dilakukan dengan cepat.
David menyebut Crowdside telah mengembangkan solusi untuk diskalakan dalam membantu infrastruktur Azure miliknya, serta memperbaiki pembaruan CrowdStrike yang salah. Pihaknya juga bekerja sama dengan AWS dan GCP untuk pendekatan yang lebih efektif.
Menurutnya, pembaruan perangkat lunak yang dapat menyebabkan gangguan, seperti yang terjadi kemarin, merupakan insiden yang jarang terjadi. Walaupun demikian, efeknya memang cukup besar.
David menyadari gangguan yang ditimbulkan dari masalah ini berdampak pada bisnis dan rutinitas harian banyak orang. Meskipun persentasenya kecil, dampak ekonomi dan sosial yang luas mencerminkan penggunaan CrowdStrike oleh perusahaan yang menjalankan banyak layanan penting.
“Saat ini kami memperkirakan bahwa pembaruan CrowdStrike memengaruhi 8,5 juta perangkat Windows, atau kurang dari satu persen dari semua mesin Windows,” tulis David dalam keterangan resmi Microsoft, dikutip Hypeabis.id, Minggu (21/7/2024).
Akibat kendala down dan ‘layar biru’ pada Microsofit, diketahui pengoperasian berbagai lini bisnis memang terganggu. Situs web DownDectector sempat melacak kasus yang dilaporkan akibat sistem down sangat beragam.
Dari peningkatan kendala pada layanan Visa, keamanan ADT, hingga Amazon. Gangguan ini juga membuat beberapa bandara di Eropa melaporkan masalah teknis, seperti matinya layar yang menampilkan informasi keberangkatan.
Tak hanya itu, masalah ini juga melebar hingga ke layanan publik lain, seperti transportasi kereta api, hingga stasiun televisi di sejumlah negara. Menurut David, insiden ini menunjukkan sifat saling terhubung ekosistem siber masyarakat dunia.
Baginya, ini adalah pengingat betapa pentingnya bagi setiap pihak di seluruh ekosistem teknologi untuk memprioritaskan pengoperasian dengan penerapan yang aman dan pemulihan bencana menggunakan mekanisme yang ada.
“Seperti yang telah kita lihat selama dua hari terakhir, kita belajar, memulihkan, dan bergerak maju dengan paling efektif saat kita berkolaborasi dan bekerja bersama,” imbuhnya.
Sementara itu, Pendiri dan CEO CrowdStrike George Kurtz telah meminta maaf atas gangguan yang terjadi di seluruh dunia. Pihaknya menyadari betapa serius dan berdampaknya situasi ini.
Baca juga: Microsoft Down, Layanan Bandara di Indonesia Terganggu?
Menurut mereka, gangguan ini disebabkan oleh cacat yang ditemukan dalam pembaruan konten Falcon untuk host Windows. Host Mac dan Linux tidak terpengaruh. Pihaknya memastikan ini bukan serangan siber.
Editor: Fajar Sidik
Microsoft mengungkapkan gangguan ini terjadi karena proses pembaruan perangkat lunak atau update software yang dilakukan oleh perusahaan keamanan siber, CrowdStrike. Akibat hal itu, sistem Microsoft tumbang secara berjamaah.
Baca juga: Kenalan dengan CrowdStrike, Biang Kerok di Balik Microsoft Down
Wakil Presiden Keamanan Perusahaan dan OS Microsoft David Weston mengatakan meski ini bukan insiden dari perusahannya, pihaknya selama masa krisis berkomitmen untuk mengumpulkan informasi dan mempercepat solusi.
Sebab, pihaknya memahami bahwa sistem yang down di layanan mereka akan memiliki dampak yang sangat luas. Untuk itu, penanganan masalah ini pun mesti dilakukan dengan cepat.
David menyebut Crowdside telah mengembangkan solusi untuk diskalakan dalam membantu infrastruktur Azure miliknya, serta memperbaiki pembaruan CrowdStrike yang salah. Pihaknya juga bekerja sama dengan AWS dan GCP untuk pendekatan yang lebih efektif.
Menurutnya, pembaruan perangkat lunak yang dapat menyebabkan gangguan, seperti yang terjadi kemarin, merupakan insiden yang jarang terjadi. Walaupun demikian, efeknya memang cukup besar.
Ilustrasi laptop terkena blue screen (Sumber gambar: Unsplash/Clint Patterson)
David menyadari gangguan yang ditimbulkan dari masalah ini berdampak pada bisnis dan rutinitas harian banyak orang. Meskipun persentasenya kecil, dampak ekonomi dan sosial yang luas mencerminkan penggunaan CrowdStrike oleh perusahaan yang menjalankan banyak layanan penting.
“Saat ini kami memperkirakan bahwa pembaruan CrowdStrike memengaruhi 8,5 juta perangkat Windows, atau kurang dari satu persen dari semua mesin Windows,” tulis David dalam keterangan resmi Microsoft, dikutip Hypeabis.id, Minggu (21/7/2024).
Akibat kendala down dan ‘layar biru’ pada Microsofit, diketahui pengoperasian berbagai lini bisnis memang terganggu. Situs web DownDectector sempat melacak kasus yang dilaporkan akibat sistem down sangat beragam.
Dari peningkatan kendala pada layanan Visa, keamanan ADT, hingga Amazon. Gangguan ini juga membuat beberapa bandara di Eropa melaporkan masalah teknis, seperti matinya layar yang menampilkan informasi keberangkatan.
Tak hanya itu, masalah ini juga melebar hingga ke layanan publik lain, seperti transportasi kereta api, hingga stasiun televisi di sejumlah negara. Menurut David, insiden ini menunjukkan sifat saling terhubung ekosistem siber masyarakat dunia.
Baginya, ini adalah pengingat betapa pentingnya bagi setiap pihak di seluruh ekosistem teknologi untuk memprioritaskan pengoperasian dengan penerapan yang aman dan pemulihan bencana menggunakan mekanisme yang ada.
“Seperti yang telah kita lihat selama dua hari terakhir, kita belajar, memulihkan, dan bergerak maju dengan paling efektif saat kita berkolaborasi dan bekerja bersama,” imbuhnya.
Sementara itu, Pendiri dan CEO CrowdStrike George Kurtz telah meminta maaf atas gangguan yang terjadi di seluruh dunia. Pihaknya menyadari betapa serius dan berdampaknya situasi ini.
Baca juga: Microsoft Down, Layanan Bandara di Indonesia Terganggu?
Menurut mereka, gangguan ini disebabkan oleh cacat yang ditemukan dalam pembaruan konten Falcon untuk host Windows. Host Mac dan Linux tidak terpengaruh. Pihaknya memastikan ini bukan serangan siber.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.