Eksklusif: Dana Maulana, Kreatif di Balik Desain dan Pelopor Streetwear Danjyo Hiyoji
Gaya streetwear telah menjadi ikon mode masa kini yang mampu bertahan lama di industri fashion lokal maupun global. Berakar dari era 90-an, streetwear pertama kali muncul sebagai pengaruh dari pergerakan budaya yang mencakup fashion, musik, film, dan seni, kini konsep pakaian bergaya urban tersebut telah berkembang menjadi bagian dari mode mewah.
Berbagai jenama fesyen mewah dunia mulai menghadirkan koleksi streetwear premium, mulai dari sneakers, hoodie, hingga t-shirt, yang menggabungkan kenyamanan dengan gaya trendi dan inovatif. Salah satu jenama fesyen streetwear papan atas Indonesia yang namanya tak pernah absen dalam setiap perhelatan fashion show adalah Danjyo Hiyoji.
Baca juga: Eksklusif Inda C. Noerhadi: Lebih dari Sekadar Menyediakan Ruang Pameran Bagi Seniman
Jenama yang berkiblat pada fashion Harajuku tersebut secara aktif dan konsisten memperkenalkan karya-karyanya ke panggung mode internasional untuk memikat perhatian masyarakat dunia, serta menunjukkan keunggulan fashion Indonesia. mereka berkesempatan untuk menampilkan karyanya di Amazon Fashion Week Tokyo pada Maret 2019 membawakan koleksi Autumn Winter 2019.
Nah Genhype, melalui wawancara eksklusif bersama Hypeabis.id, mari mengenal lebih dekat Dana Maulana yang merupakan sosok di balik kesuksesan Danjyo Hiyoji. Sejak dirintis pada 2009, dia telah membawa brand ini mencapai kesuksesan luar biasa sampai bisa seperti yang kita kenal sekarang.
Bagaimana Awal Mulanya Anda Terjun ke Dunia Fashion?
Sejak kecil, aku memang sudah tertarik dengan fashion. Namun, sayangnya, orang tua tidak mengizinkan untuk mengejar karier di bidang kreatif seperti menjadi fashion desainer. Aku pun memilih kuliah di jurusan teknik industri, sambil menekuni hobi fashion.
Aku suka bikin pakaian sendiri dan belanja di pasar Tanah Abang. Setiap ada event besar di kampus, selalu bikin desain baju sendiri, akhirnya teman-teman tertarik dan banyak yang pesan untuk dibuatkan baju. Padahal waktu itu sama sekali enggak ada skill di bidang fesyen
Bagaimana Awal Ceritanya Bisa Mendirikan Label Danjyo Hiyoji?
Danjyo Hiyoji ini bukan label yang sejak berdiri langsung sukses besar. Jauh sebelum itu, aku pernah membuat label DOS+ degan konsep streetwear yang menjual jaket bomber dan kemeja hawai unisex. Tapi sayangnya enggak berhasil, mungkin karena waktu itu aku belum terlalu yakin untuk mendirikan brand, apalagi lokasi workshopnya juga enggak strategis.
Setelah belajar dari kegagalan, aku pun bikin workshop di tempat yang strategis yakni di Cililin, Kebayoran Baru. Kebetulan di sana dekat dengan sekolah, jadi banyak terima pesanan kaos-kaos dan jaket seragam. Beberapa tahun kemudian, aku dipertemukan dengan sahabatku dari SMP, Liza Masitha yang sama-sama punya passion di bidang mode akhirnya kami berkolaborasi mendirikan brand. Pada 2009 kami menambahkan nama Hiyoji, pada label Danjyo Hiyoji.
Seperti Apa DNA Desain dari Danjyo Hiyoji?
Danjyo Hiyoji berasal dari bahasa Jepang. Danjyo yang artinya unisex, sementara kata Hiyoji memiliki arti hip, young dan crazy yang akhirnya menjadi DNA label ini. Selain itu, dulu memang lagi trennya media cetak, banyak majalah fesyen luar negeri yang masuk ke Indonesia salah satunya dari Jepang.
Akhirnya aku bikin desain yang terinspirasi dari gaya anak muda di Tokyo, Jepang yaitu Harajuku style. Gaya ini dulu sempat populer di Indonesia. Tapi, seiring waktu tak hanya Harajuku saja, kita mulai menjajal konsep fesyen streetwear yang terkenal di kota-kota besar Asia seperti Bangkok, Singapura, Tokyo. Anak-anak muda di Jakarta pun mulai menunjukan minat pada gaya streetwear, ini menunjukan bahwa ternyata mereka terbuka terhadap berbagai tren dan gaya baru.
Bagaimana Anda mengadaptasi tren streetwear dalam desain Danjyo Hiyoji?
Danjyo Hiyoji sangat memperhatikan tren yang sedang berkembang di kalangan anak muda. Misalnya, kalau dulu orang-orang suka celana pensil yang bagian bawahnya kecil, kini trennya mulai beralih ke celana longgar atau oversized. Kami selalu mengikuti apa yang sedang populer di kalangan anak muda dan mengadaptasi ide-ide tersebut dalam setiap desainnya.
Danjyo Hiyoji punya koleksi premium, apa bedanya dengan koleksi lainnya?
Kami punya Danjyo Hiyoji Alpha untuk streetwear premium dan Danjyo Hiyoji Ready to Wear. Perbedaan utamanya terletak pada harga dan kompleksitas. Danjyo Hiyoji Alpha adalah lini high-end kami yang dibuat dengan bahan, treatment, dan desain yang lebih rumit sehingga harganya puun lebih mahal. Proses produksinya juga terbatas kurang dari ratusan.
Sementara itu, Danjyo Hiyoji Ready to Wear memiliki desain dan treatment yang lebih sederhana. Beda dengan koleksi premium kami, di mana sebuah pakaian bisa melalui 5-10 treatment yang berbeda.
Adakah momen yang menjadi titik balik kesuksesan Danjyo Hiyoji?
Pada 2009, Danjyo Hiyoji diajak untuk ikut kompetisi Jakarta Fashion Week. Ternyata kami menang penghargaan The Most Inovatif Local Brand karena desainnya yang eksperimental, yakni koleksi ready to wear dengan twist yang unik dan inovatif.
Kunci utama kesuksesan Danjyo Hiyoji adalah kolaborasi. Tahun ini, kami telah bekerja sama dengan empat brand. Bahkan saat pandemi, kolaborasi dengan industri fesyen membantu kami tetap bertahan dan berkembang.
Bagaimana persiapan Danjyo Hiyoji untuk ikut fashion show tahun ini?
Kami akan menampilkan sekitar 35 looks untuk koleksi spring-summer di JF3, 30 looks di Plaza Indonesia Men's Fashion Week, khusus untuk menswear, dan di Jakarta Fashion Week kami juga akan menampilkan 30 looks, nanti ada juga Surabaya Fashion Parade. Akhir tahun ini kegiatannya padat sekali.
Selain itu, di JFW kami akan berkolaborasi dengan salah satu industri retail pakaian besar yang berbasis di Malang. Tahun kemarin Danjyo Hiyoji berkolaborasi dengan Kedutaan Besar Australia dan Pemerintah Victoria yang membawa dua label mode mewah Wa-ring karya Annette Sax dan Yanggurdi karya Cassie Leatham yang berbasis di Melbourne.
Danjyo Hiyoji di JFW 2024 Tahun lalu (Sumber Foto: JFW 2024)
Apa rencana Danjyo Hiyoji di industri fashion kedepannya?
Ke depannya, aku ingin Danjyo Hiyoji semakin memperluas saluran distribusinya misalnya dengan membuka toko-toko offline. Kami juga berencana untuk mengadakan show tunggal dan berkolaborasi dengan industri fesyen lokal, serta pihak-pihak lainnya.
Untuk mewujudkan show tunggal, kami harus menyelesaikan semua koleksi yang akan dipresentasikan di event fashion week akhir tahun ini terlebih dahulu. Sampai saat ini sudah banyak tawaran kerjasama, namun tetap butuh persiapan mental yang khusus.
Sebenarnya, mengadakan show tunggal dan berpartisipasi di event Fashion Week butuh effort yang sama besarnya. Ibaratnya lebih baik show tunggal sekali atau ikut 4-5 event Fashion Week setahun. Untuk menggelar show tunggal kira-kira butuh sebanyak 50-100 set pakaian, sedangkan jika ikut Fashion Week 4-5 kali setahun, juga harus membawakan 30-35 set pakaian untuk masing-masing event.
Seperti apa Rencana Danjyo Hiyoji untuk membawa koleksinya ke luar negeri?
Kami pernah membawakan koleksi Autumn/Winter di Amazon Fashion Week Tokyo pada Maret 2019, lalu 2011 tampil di Asia Fashion Exchange (AFX) di zona Blueprint, Singapura menampilkan 10 looks bertemakan Neo Folk.
Ada juga kolaborasi 3Second x Danjyo Hiyoji menampilkan koleksi Heeji di Paris Fashion Show yang penyelenggaraannya berbarengan dengan Paris Fashion Week 2022. Selain itu kita juga beberapa kali menggelar exhibition di Hongkong dan Singapura. Ke depannya, Danjyo Hiyoji sebagai brand fesyen lokal akan terus menampilkan koleksi-koleksinya ke mancanegara.
Baca juga: Eksklusif Arsitek Jacob Gatot Surarjo: Menghidupkan Bangunan, Komunitas & Kreativitas
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.