Direktur dan pemilik Cemara 6 Galeri-Toeti Heraty Museum (Sumber gambar: Hypeabis.id/ Himawan L. Nugraha)

Eksklusif Inda C. Noerhadi: Lebih dari Sekadar Menyediakan Ruang Pameran Bagi Seniman

06 June 2024   |   20:00 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Berbicara tentang seni rupa, nama Cemara 6 Galeri-Toeti Heraty Museum tidak bisa dilepaskan di dalam negeri. Galeri-Museum yang berada di pusat ibu kota Jakarta ini sudah ada sejak 1993 atau atau lebih dari 30 tahun lalu dan terus eksis hingga saat ini.

Di tempat ini, berbagai karya dari old master dan juga pelukis ternama dapat dinikmati oleh para pencinta seni. Pelukis-pelukis itu seperti Basoeki Abdullah, S. Soedjojono, Srihadi Soedarsono, Popo Iskandar, Affandi, dan Mochtar Apin.

Tidak hanya itu, di tempat ini juga terdapat ruangan khusus yang berisi sekitar 50 lukisan Salim, seorang pelukis Indonesia yang sebagian besar hidupnya dihabiskan di Paris.

Baca Juga: Deretan Karya Seni Dunia yang Jadi Sasaran Protes Aktivis Perubahan Iklim

Selain itu, Cemara 6 Galeri-Toeti Heraty Museum juga menjadi tempat bagi banyak seniman untuk berpameran. Terbaru, seniman Ryan Luqman Hakim memajang karya-karyanya berjudul Reflectry_: So Far So Good.

Dalam pameran ini, dia memperlihatkan keindahan dan gambaran berbeda dari karat. Berpadu dengan warna-warna lain, sang seniman merekam bagian tidak diinginkan yang kerap menempel dalam besi itu menjadi karya seni yang memukau.

Selain Ryan, seniman lain yang pernah berpameran dalam beberapa waktu lalu adalah Syakieb Sungkar. Dengan bertajuk Dreams, Syakieb memamerkan karya yang menjadi perwujudan sikap dan pengetahuannya.

Jauh sebelum Ryan dan Syakieb, berbagai seniman telah melakukan pameran di galeri ini. Dengan kata lain, peran galeri dalam seni rupa Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Berdiri sejak 1993, Cemara 6 Galeri-Toeti Heraty Museum telah melewati banyak hal.

Tidak hanya itu, ketika berbicara Cemara 6 Galeri-Toeti Heraty Museum, ingatan para pencinta seni di dalam negeri akan langsung tertuju kepada Inda C. Noerhadi selain nama sang ibu, yakni Toeti Heraty N Roosseno.

Bersama dengan sang ibu, wanita kelahiran Amsterdam, Belanda, pada 16 Februari 1958 itu ikut menjadi bagian dalam mengelola dan membesarkan Cemara 6 Galeri-Toeti Heraty Museum sejak awal atau pada 1993.
 

Salah satu karya Eddie HARA. (Sumber: cemara6galerimuseum.com)

Salah satu karya Eddie HARA. (Sumber: cemara6galerimuseum.com)


Sejak 1993 hingga sekarang, Inda yang juga seorang seniman itu adalah direktur Cemara 6 Galeri-Museum di Jakarta, Indonesia. terkait dengan perjalanan Cemara 6 Galeri-Toeti Haraty Museum, Hypeabis.id memiliki kesempatan untuk berbincang dengannya.

Berikut petikan wawancaranya.

 

Bagaimana awal pendirian Cemara 6 Galeri-Toeti Heraty Museum?


Cemara 6 Galeri-Toeti Heraty Museum didirikan pada 1993. Jadi, galeri ini sudah berdiri lebih dari 30 tahun. Pendiriannya, sebenarnya, atas inisiatif dari almarhum pelukis Mochtar Apin dan juga Salim. Sebelum galeri berdiri, ibu Toeti pergi ke Paris, Prancis, sebagai anggota yayasan Pusat Kesenian Jakarta bertemu dengan pelukis Salim untuk pameran di Jakarta.

Pameran itu dalam rangka ulang tahun Taman Ismail Marzuki. Namun, salah satu bank swasta memutuskan untuk mundur sebagai sponsor. Kondisi itu membuat lukisan yang sudah masuk ke Jakarta harus diambil alih dan juga ditalangi.

Di sisi lain, ibu Toeti yang mendapatkan tawaran mobil mewah dari kantor memutuskan untuk meminta mentahnya saja lantaran bukan orang yang konsumtif. Uang yang diterimanya itu dibelikan koleksi lukisan karya Salim yang berjumlah puluhan itu.

Di antara sejumlah pihak, ibu Toeti menjadi yang paling banyak membeli karya yang sempat dipamerkan dari sang seniman lantaran merasa bersalah mengingat dirinya yang berangkat ke Paris untuk menemui pelukis Salim.

Pembelian lukisan karya seniman Salim membuat koleksi kian bertambah. Sebelumnya, ibu Toeti sudah memiliki banyak karya yang dikoleksi dari beberapa seniman. Seniman Mochtar Apin yang mengetahui kondisi tersebut mengusulkan untuk membuat sebuah galeri untuk memamerkan karya-karya yang ada.
 

Cemara 6 Galeri-Toeti Heraty Museum memiliki konsep menarik, selain galeri dan museum, juga ada kafe dan tempat penginapan. Dari mana ide itu datang?


Ide untuk menghadirkan galeri seni yang dipadukan dengan kafe atau membaca buku datang bersama-sama. Pada saat itu, ibu menyebutkan pengunjung yang datang ke galeri tidak harus membeli lukisan.

Mereka bisa menikmati kopi, minum di kafe, atau membaca buku. Di sisi lain, saya yang kuliah di Amerika Serikat selalu mengunjungi museum dan galeri.

Jadi, saya tahu tentang bookstore art shop yang melekat dengan kafe dan galeri. Dengan begitu, kami di Jakarta mengembangkan konsep art shop dan galeri. Tidak hanya itu saja, Cemara 6 Galeri-Toeti Heraty juga memiliki penginapan yang bisa disewa. Jadi, di Cemara 6 Galeri-Toeti Heraty Museum ada kafe, homestay, library, ruang pamer, dan juga ruang koleksi.

 

Bagaimana awal-awal pembukaan galeri dengan konsep itu?


Pada waktu itu, kami memiliki banyak program. Tidak hanya lukisan, berbagai kegiatan lintas bidang seni juga diadakan di Cemara 6 Galeri-Toeti Heraty Museum pada saat itu, dari musik, sastra, film, dan diskusi.

Mereka yang datang dan menggunakan ruang di galeri ini untuk berdiskusi tidak hanya dari Jakarta, tetapi dari Bandung, Yogyakarta, dan sebagainya. Mereka adalah para perupa. Kemudian, kegiatan yang paling penting pada waktu itu, yakni 1993-1994, kami sudah memamerkan karya perempuan perupa.

Semua itu dapat terjadi lantaran ibu Toeti yang sebagai seorang feminis dan juga patron seni, sehingga memberikan ruang seluas-luasnya untuk perempuan perupa. Berbagai pameran pun diikuti, seperti pameran kekerasan terhadap perempuan pada 1995.

 

Lukisan Soedjojono - Toeti, Migni dan Cyri - 89 x 98,5 cm - Acrylic on Canvas - 1971 (Sumber gambar: cemara6galerimuseum.com)

Lukisan Soedjojono - Toeti, Migni dan Cyri - 89 x 98,5 cm - Acrylic on Canvas - 1971 (Sumber gambar: cemara6galerimuseum.com)

 

Tantangan apa saja yang dihadapi oleh Cemara 6 Galeri-Toeti Heraty Museum dari awal berdiri sampai saat ini?


Tantangan yang dihadapi dari awal berdiri sampai saat ini adalah pendanaan. Dalam merancang dan membuat program, kami juga harus berpikir tentang anggarannya. Pada awalnya kami adalah galeri. Kemudian, juga museum sebagai bentuk rebranding beberapa waktu lalu.

Dengan begitu, kami memiliki fokus terhadap dua bentuk ini, yakni galeri dan museum. Kedua-keduanya memang tidak mudah. Namun, pengelolaan museum adalah yang paling berat. Kami harus memaintain dan memelihara koleksi yang biayanya tidak kecil.

Kami harus melakukan konservasi terhadap lukisan yang perlu melakukannya. Kedua adalah dari sisi program. Sebagai museum, kami juga harus memiliki banyak program edukasi yang juga membutuhkan pendanaan.

Kemudian, ada lagi marketing dan promosi yang harus dilakukan. Kalau pun kami menjual tiket masuk untuk museum, nilainya tidak seberapa dan tidak dapat menutupi biaya operasional. Selain itu, ada juga biaya listrik untuk lampu, pengatur suhu ruangan, dan sebagainya.

Sementara terkait galeri, kami bisa mengantisipasi dengan adanya sistem, seperti sewa ruangan. Namun, tidak semua seniman memiliki kemampuan sewa ruangan untuk pameran. Untuk itu, kami membuat solusi yang saling menguntungkan antara kedua pihak.

 

Bagaimana cara ibu mengatasi tantangan itu?


Saat ibu masih ada, kami juga mengandalkan ibu. Sekarang, saat sudah sudah tiada, ternyata ibu sudah menyiapkan semuanya. Salah satu di antaranya adalah Yayasan Cemara 6. Meskipun begitu, kami juga harus berpikir untuk bisa menjalankan semua program yang ada.

Di sisi lain, kompetisi juga semakin berat lantaran pada saat ini ada banyak sekali ruang alternatif untuk galeri. Sejumlah pihak juga menjadikan rumah tinggalnya sebagai tempat kegiatan pamerannya. Namun, yang paling menguntungkan buat kami adalah lokasi yang berada di Jakarta Pusat.

Cemara 6 Galeri-Toeti Heraty Museum berdekatan dengan Museum Nasional, Galeri Nasional, dan Istana Merdeka. Selain itu, letak Cemara 6 Galeri-Toeti Heraty Museum yang berada di Menteng dengan sejarahnya juga menjadi kelebihan.

Kami menawarkan kelebihan itu kepada mitra untuk berpameran. Selain itu, homestay yang ada di Cemara 6 Galeri-Toeti Heraty Museum juga kerap menjadi tempat tinggal para tamu, seperti budayawan, seniman, dan sebagainya.

 

Saat ini, ada berapa koleksi karya yang berada di Cemara 6 Galeri-Toeti Heraty Museum?


Secara keseluruhan, karya yang terdata di Cemara 6 Galeri-Toeti Heraty Museum ada sekitar 440 karya. Karya dari seniman Salim merupakan yang paling banyak dengan total 57 karya dengan tahun koleksi dari 1961.

Selain itu, Cemara 6 Galeri-Toeti Heraty Museum juga memiliki koleksi dari seniman Affandi, Mochtar Apin, Basuki Abdullah, dan sebagainya.

 

Apakah galeri menjual kembali karya yang diakusisi?


Tidak ada. karya yang telah diakusisi oleh Cemara 6 Galeri-Toeti Heraty Museum benar-benar buat koleksi. Jangan sampai saya menjual karya karena ini adalah amanah ibu Toeti. Karya ini merupakan bagian dari kehidupan ibu Toeti dan keluarga. 

Karya yang ada dalam Cemara 6 Galeri-Toeti Heraty Museum sudah terkumpul dari 1959 dan semuanya memiliki cerita. Pada waktu  melakukan rebranding, Cemara 6 Galeri-Toeti Heraty Museum tidak memasang semua koleksi. Pada saat itu, terasa kosong dan ada narasi yang terpotong. 
 

Double Potrait - 90 x 80 cm - Oil on Canvas- 1986 (Sumber gambar:cemara6galerimuseum.com)

Double Potrait - 90 x 80 cm - Oil on Canvas- 1986 (Sumber gambar:cemara6galerimuseum.com)

 

Terkait dengan seni Indonesia, bagaimana Ibu melihatnya?


Di satu sisi, saya sebenarnya bangga dengan seni Indonesia pada saat ini. Ada banyak seniman muda yang bermunculan dengan karya yang juga cukup bagus. Namun, di sisi lain, saya merasa prihatin karena lost control.

Tidak hanya itu, saya juga prihatin lantaran ada dari mereka yang tidak lagi bicara nilai bagus atau tidak dalam membuat karya. Mereka kerap membuat karya demi mengejar keuntungan semata. 

Selain itu, saat ini juga seni Indonesia tidak memiliki nilai standar harga lantaran tidak ada satu badan atau pihak yang bisa memutuskan itu. Karya pelukis muda bisa mempunyai harga yang sama dengan master. Ekosistem seni di dalam negeri juga belum harmonis lantaran kadang nasib seniman tidak diketahui dengan penjualan karyanya. 

Seni Indonesia juga kekurangan kritikus atau platform yang membahas suatu karya seni yang dibuat oleh seniman tentang banyak hal, seperti inovasi dalam karyanya atau nilai yang tinggi. Pada saat ini, semua orang seperti dapat melukis. 

Menurut saya, perlu ada satu lembaga yang bisa melihat kecenderungan seni rupa Indonesia mengarah ke mana dengan melakukan riset. sekarang ini, dari pertama, banyak pameran. kedua, banyak ruang publik yang menawarkan karya. Namun, semua tidak ada mekanisme atau sistemmya. 

 

Bagaimana ibu melihat rencana pembentukan Kementerian Kebudayaan dan seberapa penting kementerian itu perlu ada?


Keberadaan Kementerian Kebudayaan sangat penting karena usulan itu sebenarnya sudah ada sejak era 1940an. Pada saat ini, Kementerian Kebudayaan perlu diadakan lantaran kebudayaan selalu berada di bawah pendidikan. Padahal, kebudayaan seharusnya berdiri sendiri dan bisa fleksibel.

Kementerian Kebudayaan penting untuk dimiliki lantaran Indonesia memiliki begitu banyak provinsi dengan latar belakang budaya yang sangat kaya. Nantinya, Kementerian Kebudayaan memiliki peran yang sangat besar dan tidak sekadar mengelola aset fisik budaya. 

Kementerian itu terkait dengan pembentukan karakter bangsa, sehingga memiliki peran penting terhadap pembangunan manusia Indonesia, seperti mental, budi pekerti, dan sebagainya. Pada saat ini, terjai pembunuhan di banyak tempat, perundungan terhadap anak di sekolah, dan sebagainya. Dengan kata lain, tingkah dan perilaku manusia makin mengkhawatirkan. Individu yang berbudaya juga tidak akan mudah diprovokasi. 

 

Apakah ibu memiliki target atau mimpi yang masih akan dikejar?


Sebetulnya, yang saya ingin masih terwujud pameran Indonesia Women Artist 4 dan bienale perempuan. Tahun depan, saya ingin penyelenggaraan Indonesia Women Artist 4 tercapai meskipun inginnya dapat menyelenggarakan bienale perempuan.

Hanya saja, penyelenggaraan bienale perempuan memiliki persiapan dan pendanaan, sehingga untuk sementara pameran Indonesia Women Artist 4 terlebih dahulu. 

Baca Juga: Prosesi Tegak Tiang Tuo Tandai Pembangunan Museum KCBN Muarajambi

Editor: M. Taufikul Basari
 

SEBELUMNYA

Kim Yoo-jung dan Kim Young-dae akan Membintangi Drakor Terbaru Berjudul Dear X

BERIKUTNYA

Penulis Ratih Kumala Garap Film Satu Imam Dua Makmum, Dibintangi Fedi Nuril & Amanda Manopo

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: