Kenalan dengan Komunitas Ayo Dongeng Indonesia & Gulali Festival di Event Patjarmerah Kecil
01 July 2024 |
22:47 WIB
Patjarmerah Kecil, festival literasi dan pasar buku keliling digelar sejak 29 Juni sampai 7 Juli 2024 di 2024 di Pos Bloc Jakarta. Ini merupakan agenda perdana yang digagas oleh Patjarmerah, yang utamanya diperuntukkan bagi anak-anak, remaja dan keluarga.
Pada acara ini, pengunjung dapat mengikuti berbagai kegiatan mulai dari membaca dan berbelanja buku, mendengarkan dan menulis dongeng, workshop penulisan, diskusi, hingga menonton pertunjukan. Salah satu acara menarik yang digelar pada hari kedua Patjarmerah Kecil, Minggu (30/6/2024) adalah Festival Nguping: Tukar Cerita Isi Dapur.
Baca juga: Patjarmerah Kecil 2024: Simak Rangkaian Acara hingga Cara Akses dengan Transportasi Umum
Sesi diskusi ini diisi oleh para pembicara yang di antaranya merupakan penulis sekaligus seniman Indonesia. Mereka adalah perwakilan dari Ayo Dongeng Indonesia dan Festival Gulali, TaCita, Flores Writers Festival, Sorowako Readers and Writers Festival, dan patjarmerah kecil. Para pembicara berbagi segala siasat kreatif, juga segala asa dan kesah di dapur.
Nguping Festival: Tukar Cerita Isi Dapur adalah sebuah ruang temu antarfestival. Audiens diajak untuk mendengar cerita dari dapur yang terus dijaga suluhnya oleh para pegiat festival dari berbagai latar belakang. Tak terkecuali Ayo Dongeng Indonesia dan Gulali Festival yang membongkar isi dapur mereka soal bagaimana caranya membuat festival menarik yang melibatkan anak-anak.
Ayo Dongeng Indonesia (AyoDI) merupakan sebuah komunitas dongeng berbasis kerelawanan yang didirikan pada 2011. AyoDI melestarikan dongeng atau cerita rakyat Indonesia serta menghidupkan kembali kegiatan penuturan cerita atau mendongeng di dalam lingkup keluarga, kelas-kelas belajar, dan juga komunitas di Indonesia.
"Kami ingin sekali mengenalkan dongeng yang didalamnya terdapat cerita rakyat Indonesia kepada semua anak di seluruh dunia," kata Pratiwi Soetarto atau Tiwi, di sesi diskusi Patjarmerah Kecil, Minggu (30/6/2024).
Latar belakang didirikannya komunitas ini adalah untuk membiasakan kegiatan mendongeng sejak dini pada anak. Selain itu juga untuk mengenalkan cerita rakyat Indonesia. Mendongeng memang dinilai sebagai salah satu cara yang paling bagus untuk mengajarkan nilai-nilai positif kepada anak sejak kecil.
Sayangnya, anak-anak zaman sekarang tidak mengenal kebiasaan ini karena mereka selalu menghabiskan waktu di depan televisi maupun bermain gim di smartphone. Padahal, mendongeng menjadi ajang untuk melatih kemampuan anak dalam berkonsentrasi, menambah kosa kata, perbendaharaan kata, berimajinasi serta melatih cara kerja sama untuk anak.
Ayo Dongeng Indonesia pun memiliki beberapa kegiatan rutin yang dilakukan seperti kegiatan Dongeng Kejutan, yakni kegiatan mendongeng yang diselenggarakan secara offline dan online melalui berbagai platform. Ada juga Kelas Dongeng, yang isinya tentang berbagi cara-cara mendongeng untuk para peminat dongeng. Selain itu, program tahunan komunitas ini yaitu, Festival Dongeng Internasional Indonesia.
Sejak 2013, Ayo Dongeng Indonesia setiap tahunnya rutin mengadakan Festival Dongeng Internasional Indonesia. Tujuannya adalah untuk melestarikan dongeng asal Tanah Air, merayakan Dongeng Nasional dan saling mengenal budaya tutur dengan negara lain.
Tahun ini pun, Ayo Dongeng Indonesia mengumumkan mereka akan menggelar Festival Dongeng Internasional Indonesia pada November 2024, bertepatan dengan Hari Dongeng Indonesia yang jatuh pada 28 November 2024.
“Harapan kami cerita-cerita yang dituturkan dapat menjadi bagian dari perjalanan memori keluarga Indonesia dalam memelihara budaya literasi keluarga melalui seni bertutur lisan.” kata Tiwi selaku Ketua Komunitas Ayo Dongeng Indonesia.
Selain, AyoDI ada juga Gulali Festival sebagai festival seni dan pertunjukan yang melibatkan anak-anak untuk bermain sambil belajar.
Baca juga: Cerita di Balik 28 November Diperingati Sebagai Hari Dongeng Nasional
Gulali Festival diinisiasi oleh Maria Tri Sulistyani, yang juga dikenal sebagai Ria Papermoon berkolaborasi dengan Ayo Dongeng Indonesia. Festival ini lahir dalam format online pada 2021, serta dipresentasikan secara daring dan luring untuk bertemu penonton secara langsung pada Oktober 2023. Festival ini digelar dua tahun sekali.
Gulali adalah nama lain dari kembang gula tradisional di Indonesia. Nama Gulali Festival sendiri dipilih karena mereka ingin membagi dan mengajak penonton untuk mengalami keberagaman rasa, emosi bahkan cita rasa yang berbeda selama festival berlangsung, baik dengan menonton pertunjukan, mengikuti workshop atau aktivitas menyenangkan lainnya di alam terbuka
“Kalau seni ada untuk mengolah rasa, kenapa tidak sejak kecil kita mengalaminya? Maka untuk itulah Gulali Festival lahir.” kata Ria Papermoon.
Ria memaparkan, pihaknya banyak menemukan seniman ataupun festival-festival seni yang disuguhkan untuk anak. Namun, dalam prosesnya tidak melibatkan anak-anak. Sebagai seniman yang juga merangkap ibu rumah tangga, dia selalu melibatkan putranya dalam setiap proses kreatifnya dalam berkesenian. Langkah itu merupakan caranya untuk bermain, mengedukasi, sekaligus mengasuh anak.
Festival Gulali menampilkan seni pertunjukan dari teater boneka, dongeng, musik, tari, dan beragam bentuk lainnya yang dipersiapkan dengan matang untuk menciptakan momen berkesan bagi anak dan keluarga. Acara ini diharapkan bisa menjadi semangat baru dalam berkesenian dan mengenal budaya, menemani anak-anak dan keluarga Indonesia, serta membawa kebahagiaan dan keceriaan di ruang keluarga.
"Kami selalu melibatkan anak-anak dalam festival yang ditujukan untuk anak-anak, sebelumnya kami melibatkan anak sebagai juri dalam pertunjukan seni di festival ini," kata Ria.
Gulali Festival menampilkan berbagai jenis pertunjukan dari seniman lintas disiplin dari berbagai wilayah di Indonesia dan mancanegara. Selain itu, akan ada kegiatan interaktif, lokakarya, permainan, seni dan kerajinan lokal, stan makanan, dan pameran buku.
Festival ini dirancang khusus untuk peserta dari segala usia, mulai dari anak-anak kecil hingga orang dewasa. Tetapi perlu diperhatikan juga, ada beberapa pertunjukan yang memberi syarat usia anak minimal untuk menyesuaikan dengan tingkat pemahaman anak terkait pertunjukan yang ditampilkan.
Baca juga: Hypereport: Wisata Edutainment Ramah Anak, Penuh Aktivitas Menarik dan Menambah Wawasan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Pada acara ini, pengunjung dapat mengikuti berbagai kegiatan mulai dari membaca dan berbelanja buku, mendengarkan dan menulis dongeng, workshop penulisan, diskusi, hingga menonton pertunjukan. Salah satu acara menarik yang digelar pada hari kedua Patjarmerah Kecil, Minggu (30/6/2024) adalah Festival Nguping: Tukar Cerita Isi Dapur.
Baca juga: Patjarmerah Kecil 2024: Simak Rangkaian Acara hingga Cara Akses dengan Transportasi Umum
Sesi diskusi ini diisi oleh para pembicara yang di antaranya merupakan penulis sekaligus seniman Indonesia. Mereka adalah perwakilan dari Ayo Dongeng Indonesia dan Festival Gulali, TaCita, Flores Writers Festival, Sorowako Readers and Writers Festival, dan patjarmerah kecil. Para pembicara berbagi segala siasat kreatif, juga segala asa dan kesah di dapur.
Nguping Festival: Tukar Cerita Isi Dapur adalah sebuah ruang temu antarfestival. Audiens diajak untuk mendengar cerita dari dapur yang terus dijaga suluhnya oleh para pegiat festival dari berbagai latar belakang. Tak terkecuali Ayo Dongeng Indonesia dan Gulali Festival yang membongkar isi dapur mereka soal bagaimana caranya membuat festival menarik yang melibatkan anak-anak.
Ayo Dongeng Indonesia (AyoDI) merupakan sebuah komunitas dongeng berbasis kerelawanan yang didirikan pada 2011. AyoDI melestarikan dongeng atau cerita rakyat Indonesia serta menghidupkan kembali kegiatan penuturan cerita atau mendongeng di dalam lingkup keluarga, kelas-kelas belajar, dan juga komunitas di Indonesia.
"Kami ingin sekali mengenalkan dongeng yang didalamnya terdapat cerita rakyat Indonesia kepada semua anak di seluruh dunia," kata Pratiwi Soetarto atau Tiwi, di sesi diskusi Patjarmerah Kecil, Minggu (30/6/2024).
Latar belakang didirikannya komunitas ini adalah untuk membiasakan kegiatan mendongeng sejak dini pada anak. Selain itu juga untuk mengenalkan cerita rakyat Indonesia. Mendongeng memang dinilai sebagai salah satu cara yang paling bagus untuk mengajarkan nilai-nilai positif kepada anak sejak kecil.
Sayangnya, anak-anak zaman sekarang tidak mengenal kebiasaan ini karena mereka selalu menghabiskan waktu di depan televisi maupun bermain gim di smartphone. Padahal, mendongeng menjadi ajang untuk melatih kemampuan anak dalam berkonsentrasi, menambah kosa kata, perbendaharaan kata, berimajinasi serta melatih cara kerja sama untuk anak.
Ayo Dongeng Indonesia pun memiliki beberapa kegiatan rutin yang dilakukan seperti kegiatan Dongeng Kejutan, yakni kegiatan mendongeng yang diselenggarakan secara offline dan online melalui berbagai platform. Ada juga Kelas Dongeng, yang isinya tentang berbagi cara-cara mendongeng untuk para peminat dongeng. Selain itu, program tahunan komunitas ini yaitu, Festival Dongeng Internasional Indonesia.
Sejak 2013, Ayo Dongeng Indonesia setiap tahunnya rutin mengadakan Festival Dongeng Internasional Indonesia. Tujuannya adalah untuk melestarikan dongeng asal Tanah Air, merayakan Dongeng Nasional dan saling mengenal budaya tutur dengan negara lain.
Tahun ini pun, Ayo Dongeng Indonesia mengumumkan mereka akan menggelar Festival Dongeng Internasional Indonesia pada November 2024, bertepatan dengan Hari Dongeng Indonesia yang jatuh pada 28 November 2024.
“Harapan kami cerita-cerita yang dituturkan dapat menjadi bagian dari perjalanan memori keluarga Indonesia dalam memelihara budaya literasi keluarga melalui seni bertutur lisan.” kata Tiwi selaku Ketua Komunitas Ayo Dongeng Indonesia.
Selain, AyoDI ada juga Gulali Festival sebagai festival seni dan pertunjukan yang melibatkan anak-anak untuk bermain sambil belajar.
Baca juga: Cerita di Balik 28 November Diperingati Sebagai Hari Dongeng Nasional
Gulali Festival diinisiasi oleh Maria Tri Sulistyani, yang juga dikenal sebagai Ria Papermoon berkolaborasi dengan Ayo Dongeng Indonesia. Festival ini lahir dalam format online pada 2021, serta dipresentasikan secara daring dan luring untuk bertemu penonton secara langsung pada Oktober 2023. Festival ini digelar dua tahun sekali.
Gulali adalah nama lain dari kembang gula tradisional di Indonesia. Nama Gulali Festival sendiri dipilih karena mereka ingin membagi dan mengajak penonton untuk mengalami keberagaman rasa, emosi bahkan cita rasa yang berbeda selama festival berlangsung, baik dengan menonton pertunjukan, mengikuti workshop atau aktivitas menyenangkan lainnya di alam terbuka
“Kalau seni ada untuk mengolah rasa, kenapa tidak sejak kecil kita mengalaminya? Maka untuk itulah Gulali Festival lahir.” kata Ria Papermoon.
Ria memaparkan, pihaknya banyak menemukan seniman ataupun festival-festival seni yang disuguhkan untuk anak. Namun, dalam prosesnya tidak melibatkan anak-anak. Sebagai seniman yang juga merangkap ibu rumah tangga, dia selalu melibatkan putranya dalam setiap proses kreatifnya dalam berkesenian. Langkah itu merupakan caranya untuk bermain, mengedukasi, sekaligus mengasuh anak.
Festival Gulali menampilkan seni pertunjukan dari teater boneka, dongeng, musik, tari, dan beragam bentuk lainnya yang dipersiapkan dengan matang untuk menciptakan momen berkesan bagi anak dan keluarga. Acara ini diharapkan bisa menjadi semangat baru dalam berkesenian dan mengenal budaya, menemani anak-anak dan keluarga Indonesia, serta membawa kebahagiaan dan keceriaan di ruang keluarga.
"Kami selalu melibatkan anak-anak dalam festival yang ditujukan untuk anak-anak, sebelumnya kami melibatkan anak sebagai juri dalam pertunjukan seni di festival ini," kata Ria.
Gulali Festival menampilkan berbagai jenis pertunjukan dari seniman lintas disiplin dari berbagai wilayah di Indonesia dan mancanegara. Selain itu, akan ada kegiatan interaktif, lokakarya, permainan, seni dan kerajinan lokal, stan makanan, dan pameran buku.
Festival ini dirancang khusus untuk peserta dari segala usia, mulai dari anak-anak kecil hingga orang dewasa. Tetapi perlu diperhatikan juga, ada beberapa pertunjukan yang memberi syarat usia anak minimal untuk menyesuaikan dengan tingkat pemahaman anak terkait pertunjukan yang ditampilkan.
Baca juga: Hypereport: Wisata Edutainment Ramah Anak, Penuh Aktivitas Menarik dan Menambah Wawasan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.