Diskusi manfaat musik sebagai sarana terapi dan kesehatan di TIM, Jakarta. (Sumber gambar: Hypeabis.id/ Yudi Supriyanto)

Ternyata Musik Bisa Menjadi Terapi Ajaib untuk Kesehatan

06 July 2024   |   14:30 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Siapa sangka, alunan musik yang selama ini menemani kita sebagai hiburan ternyata juga memiliki kekuatan untuk menyembuhkan? Ya, musik tak hanya indah didengar, tetapi juga bermanfaat sebagai terapi kesehatan bagi individu. Contohnya, musik bernuansa cerita mampu membangkitkan semangat, dan memotivasi.

Tak hanya itu, musik juga dipercaya ampuh meredakan nyeri kronis dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Bahkan, menurut Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, penelitian menunjukkan bahwa terapi musik merupakan solusi efektif untuk meredakan rasa nyeri. Terapi ini dirancang untuk membantu individu mencapai tujuannya dalam hal kesehatan, baik fisik maupun mental.

Baca juga: Vidi Aldiano Jalani Terapi Retreat di Thailand, Kenali Penyakit Kanker Ginjal & Penyebabnya

Suara musik dipercaya mampu mengalihkan fokus dari rasa sakit, sehingga menurunkan persepsi terhadapnya. Tak hanya itu, musik juga membantu meredakan kecemasan dan meningkatkan kualitas hidup.

Music Therapist Kezia Karnila Putri mengungkapkan musik dapat menjadi sarana terapi dan kesehatan lantaran pada dasarnya ada dua alasan. Pertama, kegiatan musik dalam berbagai bentuk mengaktifkan banyak bagian otak lantaran aktivitas bermusik adalah kegiatan multi sensor. Kedua, musik memiliki manfaat yang dapat memberikan stabilitas terhadap ritme tubuh seseorang. “Musik sesuatu yang terstruktur dan stabil,” katanya.

Dengan manfaat-manfaat yang ada, para terapis musik menggunakannya untuk terapi kesehatan fisik dan jiwa, seperti strok, bipolar, depresi, demensia, alzheimer, dan sebagainya.

Dia mencontohkan, terapis menggunakan kegiatan musik berupa bernyanyi terhadap pasien penderita strok mengalami kerusakan di bagian bicara. Menurutnya, bagian otak individu yang lemah bisa “di-bypass” dengan bernyanyi.

Dia mengungkapkan bahwa kegiatan terapi musik lebih kepada kegiatan bermusik dalam “mengobati” klien. Jadi, terapis harus bisa bermain musik. Namun, pasien yang menjalaninya tidak harus dapat bermain musik.

Kezia menambahkan, terapis musik juga tidak bekerja berdasarkan genre karena jenis musik yang akan digunakan adalah preferensi dari klien. “Jadi, lebih kepada kegiatannya [bermusik]. Kalua mau address speech pakai kegiatan bernyanyi atau mau address kemampuan sosial atau komunikasi non verbal pakai kegiatan improvisasi,” ujarnya.

Meskipun begitu, terapis juga kerap mempertimbangkan musik yang akan digunakan saat melakukan terapi lantaran bit atau ritme yang dimilikinya. Dia mencontohkan pernah menggunakan musik rap untuk mengatasi penderita yang mengalami kegagapan.

Dia mengatakan, musik rap menjadi pilihan lantaran pasien suka dengan genre tersebut. Selain itu, rap juga memiliki bit yang stabil dan continues dan tidak berhenti, sehingga memberikan dorongan klien untuk berbicara sesuai bit.

Contoh lainnya, terapis juga dapat mempertimbangkan musik dengan bit stabil dan ritme yang tidak terlalu banyak sinkopasi dalam latihan atau terapi berjalan bagi pasien.

Wanita yang juga sebagai pengajar di salah satu universitas swasta di Indonesia itu menambahkan, pada saat ini diri pribadi banyak memberikan terapi terhadap individu dewasa dengan isu kesehatan mental, seperti bipolar, depresi, anxiety, lansia yang mengalami demensia, alzheimer, dan sebagainya.

Baca juga: Cek Pilihan Nutrisi & Terapi Tepat Untuk Pemulihan Stroke

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Prakiraan Cuaca 6-7 Juli 2024, Hujan Lebat Melanda Sebagian Besar Wilayah Indonesia

BERIKUTNYA

Musik Gamelan Dipercaya Bisa Mencegah Demensia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: