Cek Pilihan Nutrisi & Terapi Tepat Untuk Pemulihan Stroke
26 December 2023 |
08:07 WIB
Stroke merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang cukup menjadi fokus Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Sebab, data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan Indonesia mencatatkan jumlah kematian tertinggi yang disebabkan oleh penyakit tidak menular mencapai 8,07 juta kasus dari 2017 hingga 2022.
Selain itu, data yang dirangkum Kalbe Farma mengungkap bahwa stroke paling sering terjadi pada mereka yang berusia di atas 55 tahun. Pada usia tersebut, risiko penyakit degeneratif memang bisa meningkat hingga 2 kali lipat. Bahkan, dunia medis terus mencatat pertumbuhan serangan stroke pada usia produktif berkisar 20-40 tahun.
Baca juga: Serupa Tapi Tak Sama, Ketahui Gejala Samar Antara Strok dan Aneurisma
Gejala stroke bisa muncul secara tiba-tiba, tetapi faktor risikonya bisa saja sudah lama terjadi. Medical Executive Kalbe Farma, Martinova Sari Panggabean menjelaskan bahwa pria lebih rentan terkena stroke dibandingkan dengan wanita yang belum menopause. “Namun setelah menopause (pada wanita), keduanya mempunyai risiko sebanding,” kata Martinova.
Langkah preventif memang menjadi akar utama yang sedang digalakkan Kemenkes RI menyoal peningkatan kasus penyakit degeneratif. Namun langkah kuratif juga tak kalah penting. Bagi pasien stroke, bukan mudah untuk memenuhi gizi dan memulihkan diri. Martinova menjelaskan, pasien stroke cenderung mengalami kesulitan menelan makanan hingga menyebabkan penurunan status gizi.
Padahal, nutrisi terbilang penting untuk mengoptimalkan fungsi obat dan pemulihan. Menurut Martinova, pasien stroke harus melengkapi diri dengan produk sarat protein dan zat yang bisa membantu regenerasi sel-sel otak yang rusak akibat stroke. Sebab, pasien stroke bisa mempercepat pemulihan dengan melengkapi zat yang spesifik untuk kesehatan otak dan saraf. Produk yang mengandung vitamin B kompleks, memiliki sifat pelindung sel saraf dan bisa memperbaiki sel saraf perlu dikonsumsi oleh pasien pascastroke yang juga memerlukan karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral.
Selain melengkapi nutrisi, pasien juga bisa menempuh metode terapi rehabilitasi yang dilakukan pascastroke. Salah satu metode yang belakangan menjadi pilihan adalah akupuntur. Karena stroke berkaitan dengan perubahan kemampuan motorik dan sensorik, pilihan terapi akupuntur cukup dilirik pasien dan keluarga pasien stroke untuk mendukung proses pemulihan.
Dokter Spesialis Akupunktur Medik Subspesialis Akupunktur Analgesia dan Anestesia RS Pondok Indah R. Handaya Dipanegara mengatakan, terapi akupunktur ini telah direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai salah satu terapi pemulihan bagi pasien stroke. Terapi untuk stroke terbagi menjadi terapi etiologi dan terapi simtomatik.
Terapi etiologi berfokus menangani akar masalah stroke, seperti perbaikan aliran darah ke otak, mengurangi penyumbatan pembuluh darah dalam otak, dan mengurangi kerusakan saraf otak. Biasanya jenis terapi ini juga dilakukan guna mengontrol faktor risiko yang terkait dengan stroke, seperti hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, hingga penyakit jantung.
Kemudian terapi simtomatik berfokus mengatasi keluhan kesehatan lain yang diakibatkan oleh stroke. Misalnya, masalah nyeri kepala atau nyeri otot akibat stroke, gangguan kesulitan menelan, perubahan suara, gangguan daya ingat, kesulitan tidur, stres, hingga gangguan penglihatan.
Seperti cara kerja akupunktur pada umumnya, jarum akan membantu merangsang berbagai titik di permukaan tubuh untuk menyeimbangkan fungsi orang. Handaya menyebut, mekanisme efeknya akan membuat aktivitas antioksidan meningkat hingga pengaktifan reseptor sistem saraf dalam tubuh.
“Pada pasien stroke terapi akupuntur bekerja dengan menghambat reaksi inflamasi pasca perdarahan, merangsang pertumbuhan sel-sel saraf dan pembuluh darah, dan mempengaruhi kemampuan saraf untuk beradaptasi,” katanya.
Handaya menyebut, faktanya Kemenkes RI pernah menyebut jika 2 dari 3 pasien stroke kerap mengalami disabilitas yang kondisinya tergantung pada tingkat keparahan bagian otak yang terdampak. Disabilitas ini meliputi aspek fisik, kognitif, emosional, sensorik, dan fungsi organ.
Dari jenis disabilitas tersebut, dokter akan menentukan tahapan rehabilitasi pasien yang melibatkan terapi pengobatan, terapi fisik, terapi okupasi, dan terapi wicara. “Berbagai jenis terapi ini dimaksudkan untuk membantu pemulihan pasien stroke dengan efektif sehingga bisa beradaptasi untuk melakukan berbagai aktivitas dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.
Pasien stroke juga akan melakukan program latihan untuk meningkatkan kebugaran aerobik dan kekuatan otot mereka. Program ini dilakukan agar kemampuan bagian tubuh pasien lain yang belum terdampak tidak ikut mengalami kelumpuhan.
Baca juga: Risiko Strok Mengintai Usia Lebih Muda, Yuk Disiplin Menjaga Kadar Kolesterol
Kemudian pasien juga akan mengikuti pelatihan tugas berulang untuk melatih lengan yang mengalami kelumpuhan, hingga pelatihan gaya berjalan serta menggunakan alat bantu berjalan.
Editor: Fajar Sidik
Selain itu, data yang dirangkum Kalbe Farma mengungkap bahwa stroke paling sering terjadi pada mereka yang berusia di atas 55 tahun. Pada usia tersebut, risiko penyakit degeneratif memang bisa meningkat hingga 2 kali lipat. Bahkan, dunia medis terus mencatat pertumbuhan serangan stroke pada usia produktif berkisar 20-40 tahun.
Baca juga: Serupa Tapi Tak Sama, Ketahui Gejala Samar Antara Strok dan Aneurisma
Gejala stroke bisa muncul secara tiba-tiba, tetapi faktor risikonya bisa saja sudah lama terjadi. Medical Executive Kalbe Farma, Martinova Sari Panggabean menjelaskan bahwa pria lebih rentan terkena stroke dibandingkan dengan wanita yang belum menopause. “Namun setelah menopause (pada wanita), keduanya mempunyai risiko sebanding,” kata Martinova.
Langkah preventif memang menjadi akar utama yang sedang digalakkan Kemenkes RI menyoal peningkatan kasus penyakit degeneratif. Namun langkah kuratif juga tak kalah penting. Bagi pasien stroke, bukan mudah untuk memenuhi gizi dan memulihkan diri. Martinova menjelaskan, pasien stroke cenderung mengalami kesulitan menelan makanan hingga menyebabkan penurunan status gizi.
Padahal, nutrisi terbilang penting untuk mengoptimalkan fungsi obat dan pemulihan. Menurut Martinova, pasien stroke harus melengkapi diri dengan produk sarat protein dan zat yang bisa membantu regenerasi sel-sel otak yang rusak akibat stroke. Sebab, pasien stroke bisa mempercepat pemulihan dengan melengkapi zat yang spesifik untuk kesehatan otak dan saraf. Produk yang mengandung vitamin B kompleks, memiliki sifat pelindung sel saraf dan bisa memperbaiki sel saraf perlu dikonsumsi oleh pasien pascastroke yang juga memerlukan karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral.
Selain melengkapi nutrisi, pasien juga bisa menempuh metode terapi rehabilitasi yang dilakukan pascastroke. Salah satu metode yang belakangan menjadi pilihan adalah akupuntur. Karena stroke berkaitan dengan perubahan kemampuan motorik dan sensorik, pilihan terapi akupuntur cukup dilirik pasien dan keluarga pasien stroke untuk mendukung proses pemulihan.
Terapi Akupunktur Untuk Stroke
Dokter Spesialis Akupunktur Medik Subspesialis Akupunktur Analgesia dan Anestesia RS Pondok Indah R. Handaya Dipanegara mengatakan, terapi akupunktur ini telah direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai salah satu terapi pemulihan bagi pasien stroke. Terapi untuk stroke terbagi menjadi terapi etiologi dan terapi simtomatik.Terapi etiologi berfokus menangani akar masalah stroke, seperti perbaikan aliran darah ke otak, mengurangi penyumbatan pembuluh darah dalam otak, dan mengurangi kerusakan saraf otak. Biasanya jenis terapi ini juga dilakukan guna mengontrol faktor risiko yang terkait dengan stroke, seperti hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, hingga penyakit jantung.
Kemudian terapi simtomatik berfokus mengatasi keluhan kesehatan lain yang diakibatkan oleh stroke. Misalnya, masalah nyeri kepala atau nyeri otot akibat stroke, gangguan kesulitan menelan, perubahan suara, gangguan daya ingat, kesulitan tidur, stres, hingga gangguan penglihatan.
Seperti cara kerja akupunktur pada umumnya, jarum akan membantu merangsang berbagai titik di permukaan tubuh untuk menyeimbangkan fungsi orang. Handaya menyebut, mekanisme efeknya akan membuat aktivitas antioksidan meningkat hingga pengaktifan reseptor sistem saraf dalam tubuh.
“Pada pasien stroke terapi akupuntur bekerja dengan menghambat reaksi inflamasi pasca perdarahan, merangsang pertumbuhan sel-sel saraf dan pembuluh darah, dan mempengaruhi kemampuan saraf untuk beradaptasi,” katanya.
Handaya menyebut, faktanya Kemenkes RI pernah menyebut jika 2 dari 3 pasien stroke kerap mengalami disabilitas yang kondisinya tergantung pada tingkat keparahan bagian otak yang terdampak. Disabilitas ini meliputi aspek fisik, kognitif, emosional, sensorik, dan fungsi organ.
Dari jenis disabilitas tersebut, dokter akan menentukan tahapan rehabilitasi pasien yang melibatkan terapi pengobatan, terapi fisik, terapi okupasi, dan terapi wicara. “Berbagai jenis terapi ini dimaksudkan untuk membantu pemulihan pasien stroke dengan efektif sehingga bisa beradaptasi untuk melakukan berbagai aktivitas dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.
Pasien stroke juga akan melakukan program latihan untuk meningkatkan kebugaran aerobik dan kekuatan otot mereka. Program ini dilakukan agar kemampuan bagian tubuh pasien lain yang belum terdampak tidak ikut mengalami kelumpuhan.
Baca juga: Risiko Strok Mengintai Usia Lebih Muda, Yuk Disiplin Menjaga Kadar Kolesterol
Kemudian pasien juga akan mengikuti pelatihan tugas berulang untuk melatih lengan yang mengalami kelumpuhan, hingga pelatihan gaya berjalan serta menggunakan alat bantu berjalan.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.