2021 Tahunnya Lagu Berbahasa Daerah
16 May 2021 |
12:19 WIB
Tahun 2020 disebut sebagai tahun di mana lagu-lagu berbahasa daerah kembali marak diperdengarkan, bahkan menjadi budaya pop baru di antara generasi muda.
Salah satu figur yang tidak bisa dilepaskan dari perkembangan genre ini adalah almarhum musisi Didi Kempot dengan tembang campursarinya yang berhasil menerobos pasar dengan demografi yang lebih muda sejak akhir tahun lalu.
Dengan julukan The Godfather of Broken Heart, lagu-lagu Didi Kempot seakan menghipnotis pendengarnya atau para Sobat Ambyar untuk ikut hanyut dalam kisah sedih yang sering kali menjadi latar belakang lagu-lagu populernya.
Beberapa waktu lalu, musisi Ivan Nestorman berhasil memenangkan penghargaan AMI Award 2020 untuk kategori Karya Produksi Terbaik Lagu Daerah lewat lagu berjudul "Mata Leso Ge".
Saingannya cukup berat yakni Didi Kempot dan Judika.
Peran media sosial turut menjadi faktor pendukung popularitas lagu daerah di kalangan penikmat musik Tanah Air.
Selain kita dapat menyaksikan music video atau footage dari penampilan penyanyi kesukaan melalui YouTube, keberadaan platform seperti berbagai aplikasi streaming turut memudahkan pendengar untuk mengakses musik.
Eksistensi platform sharing seperti TikTok turut menjadi sarana yang mungkin sebelumnya tidak disangka dapat menyebarkan demam genre lagu berbahasa daerah.
GenHype yang aktif di sosial media pasti sudah tidak asing lagi dengan lagu Sayang yang dibawakan Via Vallen atau Lathi karya Weird Genius.
Yang tadinya tidak dikenal, lagu-lagu tersebut jadi viral berkat sosial media. Ini juga yang menjadi alasan mengapa pendengar lagu berbahasa daerah di 2020 lebih banyak didominasi oleh generasi muda.
Popularitas lagu berbahasa daerah seakan menunjukkan sebuah teori yang mengatakan bahwa musik dapat dinikmati oleh siapa saja terlepas dari bahasa pada lirik.
Contohnya, lirik bahasa Jawa kuno pada lagu Lathi yang memiliki daya tarik tersendiri. Banyak dari pendengar bahkan berlatih agar dapat agar bisa mengucapkan lirik dengan benar ketika bernyanyi.
Di 2021, bukan tidak mungkin jika lagu berbahasa daerah seperti yang dibawakan Weird Genius akan meramaikan pasar musik.
"Apresiasi dan pengakuan terhadap lagu berbahasa daerah akan mencapai terobosan baru di tahun 2021, terlepas dari bahasanya," ujar Christian Bong, Founder Indomusikgram.
Pengamat musik Adib Hidayat sepakat dengan anggapan tersebut dan mendorong adanya lebih banyak kolaborasi lintas genre dan generasi untuk memperkaya pasar musik Indonesia.
Apalagi dengan ada lebih banyak kegiatan kolaborasi atau konser online, yang tidak hanya memfasilitasi musisi di Ibu Kota, tetapi juga untuk mereka yang bertalenta di daerah, karena sekarang semuanya dapat dilakukan dari jarak jauh.
"Kolaborasi lintas musisi juga perlu dilakukan. Dengan begitu mereka bisa saling membantu untuk knowledge sharing pada proses produksi musik atau untuk kebutuhan menjangkau audiens yang lebih luas," ujarnya.
Kolaborasi ini juga diperlukan untuk menjaga agar industri musik tetap bertahan memasuki tahun baru, dengan ekspektasi baru, salah satunya dengan pemanfaatan tools digital.
Terlebih, saat ini musisi lokal Indonesia sudah lebih 'melek' teknologi.
Industri musik di 2020 telah membuktikan betapa pentingnya kolaborasi dalam industri pada saat seperti ini.
Kita telah melihat adanya peningkatan kreativitas lebih dari sebelumnya meskipun terdapat banyak tantangan.
Mempertahankan semangat inilah yang diharapkan dapat terus berlanjut di tahun-tahun mendatang.
Editor: Dika Irawan
Salah satu figur yang tidak bisa dilepaskan dari perkembangan genre ini adalah almarhum musisi Didi Kempot dengan tembang campursarinya yang berhasil menerobos pasar dengan demografi yang lebih muda sejak akhir tahun lalu.
Dengan julukan The Godfather of Broken Heart, lagu-lagu Didi Kempot seakan menghipnotis pendengarnya atau para Sobat Ambyar untuk ikut hanyut dalam kisah sedih yang sering kali menjadi latar belakang lagu-lagu populernya.
Beberapa waktu lalu, musisi Ivan Nestorman berhasil memenangkan penghargaan AMI Award 2020 untuk kategori Karya Produksi Terbaik Lagu Daerah lewat lagu berjudul "Mata Leso Ge".
Saingannya cukup berat yakni Didi Kempot dan Judika.
Peran media sosial turut menjadi faktor pendukung popularitas lagu daerah di kalangan penikmat musik Tanah Air.
Selain kita dapat menyaksikan music video atau footage dari penampilan penyanyi kesukaan melalui YouTube, keberadaan platform seperti berbagai aplikasi streaming turut memudahkan pendengar untuk mengakses musik.
Eksistensi platform sharing seperti TikTok turut menjadi sarana yang mungkin sebelumnya tidak disangka dapat menyebarkan demam genre lagu berbahasa daerah.
GenHype yang aktif di sosial media pasti sudah tidak asing lagi dengan lagu Sayang yang dibawakan Via Vallen atau Lathi karya Weird Genius.
Yang tadinya tidak dikenal, lagu-lagu tersebut jadi viral berkat sosial media. Ini juga yang menjadi alasan mengapa pendengar lagu berbahasa daerah di 2020 lebih banyak didominasi oleh generasi muda.
Popularitas lagu berbahasa daerah seakan menunjukkan sebuah teori yang mengatakan bahwa musik dapat dinikmati oleh siapa saja terlepas dari bahasa pada lirik.
Contohnya, lirik bahasa Jawa kuno pada lagu Lathi yang memiliki daya tarik tersendiri. Banyak dari pendengar bahkan berlatih agar dapat agar bisa mengucapkan lirik dengan benar ketika bernyanyi.
Di 2021, bukan tidak mungkin jika lagu berbahasa daerah seperti yang dibawakan Weird Genius akan meramaikan pasar musik.
"Apresiasi dan pengakuan terhadap lagu berbahasa daerah akan mencapai terobosan baru di tahun 2021, terlepas dari bahasanya," ujar Christian Bong, Founder Indomusikgram.
Pengamat musik Adib Hidayat sepakat dengan anggapan tersebut dan mendorong adanya lebih banyak kolaborasi lintas genre dan generasi untuk memperkaya pasar musik Indonesia.
Apalagi dengan ada lebih banyak kegiatan kolaborasi atau konser online, yang tidak hanya memfasilitasi musisi di Ibu Kota, tetapi juga untuk mereka yang bertalenta di daerah, karena sekarang semuanya dapat dilakukan dari jarak jauh.
"Kolaborasi lintas musisi juga perlu dilakukan. Dengan begitu mereka bisa saling membantu untuk knowledge sharing pada proses produksi musik atau untuk kebutuhan menjangkau audiens yang lebih luas," ujarnya.
Kolaborasi ini juga diperlukan untuk menjaga agar industri musik tetap bertahan memasuki tahun baru, dengan ekspektasi baru, salah satunya dengan pemanfaatan tools digital.
Terlebih, saat ini musisi lokal Indonesia sudah lebih 'melek' teknologi.
Industri musik di 2020 telah membuktikan betapa pentingnya kolaborasi dalam industri pada saat seperti ini.
Kita telah melihat adanya peningkatan kreativitas lebih dari sebelumnya meskipun terdapat banyak tantangan.
Mempertahankan semangat inilah yang diharapkan dapat terus berlanjut di tahun-tahun mendatang.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.