Handrini Ubah Limbah Ikan Jadi Oleh-oleh Khas Bontang
01 July 2024 |
06:30 WIB
Amplang (krupuk) kuku macan menjadi oleh-oleh khas Kalimantan Timur yang terbuat dari ikan tenggiri. Namun ada yang unik dari amplang produksi Handrini Kiswandoyo. Wanita asal Bontang ini mengembangkan amplang (krupuk) kuku macan dengan pendekatan zero waste sebagai oleh-oleh khas Kalimantan Timur.
Setelah lulus dari UIN Malang pada 2015 dengan gelar di bidang Matematika Murni, Handrini sempat mengalami kesulitan mencari pekerjaan. Namun, inspirasi dari ibunya yang sudah lebih dulu terjun ke bisnis amplang sejak 2010 dengan merek Dua Nay, mendorongnya untuk memulai usahanya sendiri.
Baca juga: Aroma Kesuksesan: Kisah Inspiratif Dua Pengusaha Muda Geluti Bisnis Parfum
Pada 2018, Handrini memulai bisnisnya dan mendirikan kelompok pengolahan dan pemasaran hasil perikanan Kota Bontang (Poklahsar). Kelompok ini beranggotakan 11 UKM yang masing-masing memiliki brand produk perikanan. Produk-produk yang dihasilkan termasuk amplang, keripik bawis, dan stick yang telah memenuhi standar kemasan dan perizinan.
Handrini mengembangkan brand "Qisbelin Amplang Kuku Macan" dengan konsep zero waste dan mampu memaksimalkan penggunaan limbah ikan tenggiri. Dengan inovasi ini, produk amplang Handrini memiliki kandungan kalsium yang tinggi dan mengurangi limbah.
"Kami memanfaatkan semua bagian ikan tenggiri. Kepala ikan diolah menjadi gulai, kulitnya menjadi keripik, dan tulangnya dijadikan tepung tulang ikan yang kemudian dicampurkan ke dalam amplang," jelas Handrini.
Dengan harga jual sekitar Rp25.000 di Kalimantan Timur dan Rp30.000 hingga Rp35.000 di Jakarta, produk Qisbelin berhasil menarik perhatian banyak konsumen. Handrini juga aktif dalam memasarkan produknya melalui kerjasama dengan perusahaan, retail, dan dinas-dinas untuk oleh-oleh perjalanan dinas.
Selain itu, dia memanfaatkan influencer lokal untuk meningkatkan penjualan. "Menggunakan influencer sangat efektif. Dengan biaya sekitar Rp300ribuan untuk satu kali video, penjualan kami naik lebih dari 30%," katanya.
Handrini juga mendapat pengakuan di tingkat nasional. Pada kompetisi Indonesia Marketing Association UMKM Awards 2023, dia meraih juara dua di kategori wisata. Penghargaan ini membuka peluang kerjasama dengan beberapa marketplace nasional dan internasional.
Sebagai mitra binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) sejak 2018, Handrini mendapat banyak dukungan, termasuk pelatihan produksi yang baik, pembukuan, dan pemasaran.
"Saya mulai dari tidak tahu apa-apa hingga sekarang bisa mengelola usaha dengan lebih baik berkat pendampingan dari YDBA," ungkapnya.
Ke depan, Handrini berencana untuk terus mengembangkan produk baru berbahan baku tulang ikan dan memperluas pemasaran baik secara online maupun offline. Dia juga berkomitmen untuk bekerja sama dengan korporat sehingga mampu memperluas jangkauan produknya.
Handrini, dengan kelompok Poklahsarnya, memberikan platform bagi UKM lain di Bontang untuk berkembang bersama.
Dengan berbagi pengetahuan dan sumber daya, mereka mampu meningkatkan kualitas produk dan memperluas pasar. Inisiatif zero waste Handrini juga memberikan contoh bagi pengusaha lain untuk mengadopsi praktik bisnis berkelanjutan yang ramah lingkungan.
Selain itu, dengan dukungan yang tepat dan semangat kewirausahaan, produk lokal Indonesia memiliki potensi besar untuk bersaing di pasar nasional dan internasional.
Editor: Fajar Sidik
Setelah lulus dari UIN Malang pada 2015 dengan gelar di bidang Matematika Murni, Handrini sempat mengalami kesulitan mencari pekerjaan. Namun, inspirasi dari ibunya yang sudah lebih dulu terjun ke bisnis amplang sejak 2010 dengan merek Dua Nay, mendorongnya untuk memulai usahanya sendiri.
Baca juga: Aroma Kesuksesan: Kisah Inspiratif Dua Pengusaha Muda Geluti Bisnis Parfum
Pada 2018, Handrini memulai bisnisnya dan mendirikan kelompok pengolahan dan pemasaran hasil perikanan Kota Bontang (Poklahsar). Kelompok ini beranggotakan 11 UKM yang masing-masing memiliki brand produk perikanan. Produk-produk yang dihasilkan termasuk amplang, keripik bawis, dan stick yang telah memenuhi standar kemasan dan perizinan.
Handrini mengembangkan brand "Qisbelin Amplang Kuku Macan" dengan konsep zero waste dan mampu memaksimalkan penggunaan limbah ikan tenggiri. Dengan inovasi ini, produk amplang Handrini memiliki kandungan kalsium yang tinggi dan mengurangi limbah.
"Kami memanfaatkan semua bagian ikan tenggiri. Kepala ikan diolah menjadi gulai, kulitnya menjadi keripik, dan tulangnya dijadikan tepung tulang ikan yang kemudian dicampurkan ke dalam amplang," jelas Handrini.
Dengan harga jual sekitar Rp25.000 di Kalimantan Timur dan Rp30.000 hingga Rp35.000 di Jakarta, produk Qisbelin berhasil menarik perhatian banyak konsumen. Handrini juga aktif dalam memasarkan produknya melalui kerjasama dengan perusahaan, retail, dan dinas-dinas untuk oleh-oleh perjalanan dinas.
Selain itu, dia memanfaatkan influencer lokal untuk meningkatkan penjualan. "Menggunakan influencer sangat efektif. Dengan biaya sekitar Rp300ribuan untuk satu kali video, penjualan kami naik lebih dari 30%," katanya.
Handrini juga mendapat pengakuan di tingkat nasional. Pada kompetisi Indonesia Marketing Association UMKM Awards 2023, dia meraih juara dua di kategori wisata. Penghargaan ini membuka peluang kerjasama dengan beberapa marketplace nasional dan internasional.
Sebagai mitra binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) sejak 2018, Handrini mendapat banyak dukungan, termasuk pelatihan produksi yang baik, pembukuan, dan pemasaran.
"Saya mulai dari tidak tahu apa-apa hingga sekarang bisa mengelola usaha dengan lebih baik berkat pendampingan dari YDBA," ungkapnya.
Ke depan, Handrini berencana untuk terus mengembangkan produk baru berbahan baku tulang ikan dan memperluas pemasaran baik secara online maupun offline. Dia juga berkomitmen untuk bekerja sama dengan korporat sehingga mampu memperluas jangkauan produknya.
Handrini, dengan kelompok Poklahsarnya, memberikan platform bagi UKM lain di Bontang untuk berkembang bersama.
Dengan berbagi pengetahuan dan sumber daya, mereka mampu meningkatkan kualitas produk dan memperluas pasar. Inisiatif zero waste Handrini juga memberikan contoh bagi pengusaha lain untuk mengadopsi praktik bisnis berkelanjutan yang ramah lingkungan.
Selain itu, dengan dukungan yang tepat dan semangat kewirausahaan, produk lokal Indonesia memiliki potensi besar untuk bersaing di pasar nasional dan internasional.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.