Membeli bahan makanan di toko curah untuk meminimalisir sampah kemasan (Dok. Pexels)

5 Cara Mudah Menerapkan Gaya Hidup Minim Sampah

19 January 2022   |   19:30 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Menjalani gaya hidup minim sampah menjadi salah satu cara untuk menjaga bumi tetap lestari dan sehat. Selain berkontribusi untuk meminimalisir pencemaran lingkungan, budaya ini juga menjadi cara untuk hidup lebih sehat dan menghemat pengeluaran. 

Salah satu pejuang gaya hidup minim sampah, Andhini Miranda mengakui memang untuk menerapkan gaya hidup ini penuh dengan tantangan. Hal ini karena mayoritas bahan kebutuhan kita sehari-hari selalu dibungkus dengan kemasan sekali pakai yang berkontribusi pada penimbunan sampah. 

Sebagai permulaan, Andhini menyarankan untuk mencari tahu tentang fakta dan dampak kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh sampah yang tidak dikelola dengan baik. Dia menegaskan bahwa hal itu penting sebagai alasan kuat untuk mengurangi sampah. 

"Jika sudah menemukan why, maka akan datang will yang akan mendorong kita untuk konsisten mengurangi dan bertanggung jawab dengan sampah yang kita hasilkan," jelas pemilik Instagram @021suarasampah itu saat diwawancarai beberapa waktu lalu.

Lanjutkan dengan mendata atau membuat daftar sampah yang dihasilkan setiap hari. Dari situ pilihlah produk yang paling mudah untuk dikurangi dan cari penggantinya. "Lakukan secara bertahap sambil belajar untuk konsisten," sarannya.

Dia menambahkan tidak semua produk bisa didaur-ulang. Kalaupun bisa, siklus daur-ulangnya pendek, dan akan tetap berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Sehingga yang lebih penting untuk dilakukan adalah menghindari produk-produk sekali pakai. 

Nah, berikut ini beberapa cara gaya hidup minum sampah yang diterapkan Andhini dan bisa Genhype ikuti.
 

1. Meminimalisir sampah organik

Andhini kerap menyulap limbah kulit buah semangka menjadi tumis sayur dan menjadikannya sebagai cairan bahan pembersih rumah tangga. Atau, mengolah kulit bawang menjadi kaldu juga pupuk cair. Kemudian kulit kentang dan wortel diolah jadi keripik, sedangkan kulit nanas bisa dijadikan minuman probiotik. Sisa bahan organik yang tidak bisa diolah kembali dijadikan kompos.

Dia menyebut sampah makanan (organik) menghasilkan gas metana yang berkontribusi pada pemanasan global. Gas ini sangat berbahaya dan bersifat eksplosif, misalnya seperti yang terjadi di TPA Leuwi Gajah tahun 2005. Ledakan di tempat pembuangan sampah itu mengubur dua desa dan memakan ribuan korban. 
 

2. Memilah sampah non organik

Sampah-sampah seperti tutup botol, kaleng, botol plastik bekas, kain bekas, maupun barang lainnya yang sudah tidak terpakai bisa dijadikan prakarya yang bisa dimainkan anak atau pajangan di rumah. Atau, jika tidak memungkinkan, sampah-sampah tersebut bisa dijual kembali ke pengepul untuk dipergunakan kembali. Andhini menyebut sampah plastik atau non-organik mengancam eksistensi satwa liar, dan sudah menyelinap ke rantai makanan. 
 

3. Bawa dan sediakan wadah saat belanja

Faktanya hampir semua produk, termasuk keperluan rumah tangga yang dijual memakai kemasan sekali pakai, sekalipun bumbu penyedap. Kreatif mencari opsi-opsi lain yang lebih ramah lingkungan terus dilakukan Andhini.

Dia kerap berbelanja di toko curah mulai dari bumbu masakan hingga kue kering dengan membawa wadah dari rumah. Begitu pula ketika dia pergi restoran cepat saji atau warung kopi. Andhini sering dia membawa rantang untuk membawa pulang makanan yang dibelinya itu.

Belanja pun menurut Andhini harus sesuai kebutuhan. "Keseluruhan proses yang kami jalani ini juga membuat kami belajar merasa cukup, mengurangi konsumerisme, membeli sesuatu bukan berdasarkan keinginan, sehingga bisa menyederhanakan nikmat," tuturnya.


4. Tanam sayuran atau bahan makanan di rumah

Untuk menghemat pengeluaran dan meminimalisir sampah kemasan, Andhini mendirikan kebun kecil di depan rumahnya dan menanam sejumlah tanaman seperti buah, umbi-umbian, dan sayur. Misal dia menanam ubi jalar yang daunnya juga bisa dijadikan sayur, timun, tomat, cabai, serai, kunyit, lidah buaya, jeruk lemon, buah naga, melon, seledri, mint, basil, hingga pohon telang.  
 

5. Ganti popok sekali pakai (pospak)

Andhini menerangkan pospak memiliki lapisan plastik yang tidak bisa terurai. Selain itu, pada pospak juga terdapat kotoran bayi, sehingga  tidak mungkin untuk didaur-ulang. Apalagi pospak juga merupakan sampah terbanyak kedua yang dibuang ke laut. 

Andhini menuturkan dalam satu hari, rata-rata seorang bayi berganti pospak sebanyak 4 kali. Artinya dalam dalam satu bulan minimal ada 120 sampah pospak, dan jika diakumulasikan dalam satu tahun jumlahnya mencapai 1.440 buah sampah pospak. "Itu baru satu jenis sampah yang dihasilkan oleh satu bayi. Coba kalikan dengan jumlah bayi di Indonesia, atau seluruh dunia," ujarnya.

Andhini lantas mencari alternatif pengganti pospak yang lebih ramah lingkungan, yakni dengan popok kain modern yang bisa dicuci dan dipakai berulang kali. Ini yang menjadi langkah pertama Andhini dan suaminya mengurangi sampah sekali pakai sebagai keluarga. 


Editor: Gita

SEBELUMNYA

Film CUBS (Anak-Anak Harimau) Karya Riri Riza Terpilih di HAF 2022

BERIKUTNYA

Pelaku UMKM Ini Temukan Peluang Besar dalam Bisnis Hand Sanitizer

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: