Gen Z Bisa Banget Lho Bisnis Bermodal Smartphone, Begini Caranya!
16 December 2021 |
15:03 WIB
Era digital telah membuka kesempatan bagi setiap orang untuk dapat menjangkau pasar yang seluas-luasnya di dalam ekosistem ekonomi digital. Namun ternyata ketersediaan infrastruktur saja tidak menjamin bahwa setiap orang dapat memanfaatkannya untuk menikmati pasar yang tak berbatas tersebut.
Salah satunya adalah kalangan usaha mikro dan kecil di Indonesia yang sebagiannya merupakan bisnis lama yang dikelola oleh generasi tua dengan manajemen yang masih sangat tradisonal. Mayoritas mereka memiliki kendala dalam memanfaatkan teknologi digital dan pemasaran online untuk memaksimalkan bisnisnya.
Padahal kelompok usaha mikro dan usaha kecil konvensional semacam ini jumlahnya paling banyak dan memiliki produk yang potensial jika dipasarkan secara luas melalui saluran digital.
Nah buat kalian yang masih muda dan berkeinginan memiliki usaha sendiri, sebenarnya dapat memanfaatkan situasi itu untuk berkolaborasi dengan para pelaku usaha kecil yang masih konvensional tersebut.
Kalian sebagai generasi Z dan generasi milenial, tentunya lebih memiliki keterampilan digital yang memadai untuk dapat memasakan produk-produk usaha kecil tersebut melalui berbagai saluran, mulai dari media sosial, e-commerce, hingga berbagai platform digital lainnya yang makin banyak mewadahi pemasaran online.
Dengan begitu, kalian dapat menjalankan bisnis dengan modal ponsel pintar alias smartphone tanpa perlu ribet dan capek memikirkan proses produksi, menggaji pekerja, hingga menciptakan produk.
Ide tersebut ditegaskan oleh Muhamad Fajrin Rasyid, Direktur Digital Business, PT Telkom Indonesia Tbk. dalam sesi diskusi bertema Ekonomi Digital dalam Menciptakan Efisiensi Bisnis, dalam rangkaian webinar Bisnis Indonesia Business Challenges 2022.
Fajrin yang dikenal sebagai salah seorang pendiri Bukalapak ini menyarankan agar kalian para generasi muda dan mahasiswa yang ingin memiliki usaha tetapi tidak memiliki produk, sebaiknya dapat berkolaborasi dengan pelaku usaha kecil yang berada di lingkungan tempat tinggal kalian.
Caranya, sebagai digital savvy tentunya kalian dapat memanfaatkan keahlian digital untuk memasarkan produk-produk UKM tersebut melalui berbagai saluran yang tersedia baik media sosial maupun platform dagang elektronik.
"Bisa dibuat inisiatif di mana UKM yang susah jualan online yang umumnya golongan nonmilenial dan bukan digital savvy. Mereka bisa dikoneksikan dengan generasi muda yang memiliki jiwa entrereneursip dan keterampilan digital," katanya.
Dia pun menegaskan bahwa mahasiswa yang ingin berjualan, sebenarnya tidak perlu membuat produk baru, tetapi lebih cepat dengan cara berkolaborasi sambil membantu penjualan produk UKM di lingkungan sekitar.
"Kolaborasi anak muda yang tidak punya produk tapi melek digital, dengan UKM tradional yang punya produk tapi kurang melek digital ini bisa saling melengkapi," tegasnya.
Fajrin menjelaskan bahwa potensi ekonomi digital Indonesia yang sangat besar ini harus dapat dimanfaatkan oleh para pelaku di dalam negeri. Pada 2024 ekonomi digital Indonesia diperkirakan dapat menembus US$164 miliar sehingga harus ditangkap peluang itu.
Dia berharap ada e-commerce Indonesia yang memperbanyak produk dalam negeri, dan kapasitas para pelaku UKM pun harus dapat dikembangkan untuk menyediakan berbagai produk kebutuhan masyarakat.
Tujuannya agar penggarapan potensi ekonomi digital dapat dimaksimalkan oleh pelaku usaha lokal. "UMKM harus siap provide [menyediakan] itu. Kalau tidak, ekonomi digital ini pasar bebas, maka bakal makin banyak produk luar yang memenuhi e-commerce," ujarnya.
Editor: Roni Yunianto
Salah satunya adalah kalangan usaha mikro dan kecil di Indonesia yang sebagiannya merupakan bisnis lama yang dikelola oleh generasi tua dengan manajemen yang masih sangat tradisonal. Mayoritas mereka memiliki kendala dalam memanfaatkan teknologi digital dan pemasaran online untuk memaksimalkan bisnisnya.
Padahal kelompok usaha mikro dan usaha kecil konvensional semacam ini jumlahnya paling banyak dan memiliki produk yang potensial jika dipasarkan secara luas melalui saluran digital.
Nah buat kalian yang masih muda dan berkeinginan memiliki usaha sendiri, sebenarnya dapat memanfaatkan situasi itu untuk berkolaborasi dengan para pelaku usaha kecil yang masih konvensional tersebut.
Kalian sebagai generasi Z dan generasi milenial, tentunya lebih memiliki keterampilan digital yang memadai untuk dapat memasakan produk-produk usaha kecil tersebut melalui berbagai saluran, mulai dari media sosial, e-commerce, hingga berbagai platform digital lainnya yang makin banyak mewadahi pemasaran online.
Dengan begitu, kalian dapat menjalankan bisnis dengan modal ponsel pintar alias smartphone tanpa perlu ribet dan capek memikirkan proses produksi, menggaji pekerja, hingga menciptakan produk.
Ide tersebut ditegaskan oleh Muhamad Fajrin Rasyid, Direktur Digital Business, PT Telkom Indonesia Tbk. dalam sesi diskusi bertema Ekonomi Digital dalam Menciptakan Efisiensi Bisnis, dalam rangkaian webinar Bisnis Indonesia Business Challenges 2022.
Fajrin yang dikenal sebagai salah seorang pendiri Bukalapak ini menyarankan agar kalian para generasi muda dan mahasiswa yang ingin memiliki usaha tetapi tidak memiliki produk, sebaiknya dapat berkolaborasi dengan pelaku usaha kecil yang berada di lingkungan tempat tinggal kalian.
Caranya, sebagai digital savvy tentunya kalian dapat memanfaatkan keahlian digital untuk memasarkan produk-produk UKM tersebut melalui berbagai saluran yang tersedia baik media sosial maupun platform dagang elektronik.
"Bisa dibuat inisiatif di mana UKM yang susah jualan online yang umumnya golongan nonmilenial dan bukan digital savvy. Mereka bisa dikoneksikan dengan generasi muda yang memiliki jiwa entrereneursip dan keterampilan digital," katanya.
Dia pun menegaskan bahwa mahasiswa yang ingin berjualan, sebenarnya tidak perlu membuat produk baru, tetapi lebih cepat dengan cara berkolaborasi sambil membantu penjualan produk UKM di lingkungan sekitar.
"Kolaborasi anak muda yang tidak punya produk tapi melek digital, dengan UKM tradional yang punya produk tapi kurang melek digital ini bisa saling melengkapi," tegasnya.
Fajrin menjelaskan bahwa potensi ekonomi digital Indonesia yang sangat besar ini harus dapat dimanfaatkan oleh para pelaku di dalam negeri. Pada 2024 ekonomi digital Indonesia diperkirakan dapat menembus US$164 miliar sehingga harus ditangkap peluang itu.
Dia berharap ada e-commerce Indonesia yang memperbanyak produk dalam negeri, dan kapasitas para pelaku UKM pun harus dapat dikembangkan untuk menyediakan berbagai produk kebutuhan masyarakat.
Tujuannya agar penggarapan potensi ekonomi digital dapat dimaksimalkan oleh pelaku usaha lokal. "UMKM harus siap provide [menyediakan] itu. Kalau tidak, ekonomi digital ini pasar bebas, maka bakal makin banyak produk luar yang memenuhi e-commerce," ujarnya.
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.