Mimpi Membawa Kacang Mete NTT Menembus Pasar Global
01 July 2024 |
07:30 WIB
Para pengusaha muda memiliki peran yang signifikan dalam membantu pelaku usaha di daerah untuk sukses dan berkembang bersama. Mereka tidak hanya fokus pada pengembangan bisnis pribadi tetapi juga mendorong kolaborasi dan pemberdayaan komunitas usaha lokal.
Leonardus Mindo membuktikan hal tersebut. Sebagai pengusaha lokal, dia tak hanya fokus mengembangkan produk mereka yang unik dan bernilai tinggi, tetapi juga berperan aktif membantu pelaku usaha di daerahnya untuk sukses dan berkembang bersama.
Baca juga: Luxcrime Buat Program Pemberdayaan Perempuan di NTT
Leonardus Mindo, seorang petani dari Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, mampu mengubah hasil kebun kacang metenya menjadi berbagai produk turunan bernilai tinggi yang kini dikenal luas. Awalnya, Leonardo hanya menjual kacang mete dalam bentuk gelondongan, lengkap dengan kulit luar.
Namun, sejak hadirnya Yayasan Dharma Bhakti Astra pada 2021 di daerah tersebut dan memberikan pelatihan serta pembinaan, Leon mulai belajar mengolah kacang mete menjadi produk yang lebih bernilai.
"Kami belajar mengolah kacang mete dari kacip, dikupas kulit arinya, kemudian digoreng, dan disusun variannya dari grade A, B, hingga grade C," ujarnya.
Pada tahun 2022, Leon mulai mengembangkan berbagai varian produk kacang mete, seperti kacang mete original, kacang mete ting-tong, dan kacang mete dengan rasa gula aren. Leon juga memproduksi kacang mete dengan rasa coklat yang dijual dalam kemasan berbeda.
Produk-produk ini dibagi dalam beberapa grade, dengan grade 2 yang memiliki dua varian, yaitu campuran gula aren dan rasa bawang asin. Grade 3, yang sebelumnya diproduksi dalam jumlah lebih banyak, kini terbatas karena stok yang berkurang.
Keunikan produk kacang mete Leon tidak hanya terletak pada rasanya, tetapi juga kemasannya yang menggambarkan keindahan alam dan budaya Manggarai Barat. Produk ini juga telah berizin dari Dinas Kesehatan dan memiliki sertifikat halal.
"Awalnya kami menggunakan kemasan plastik standar, tetapi dengan masukan dari YDBA, kami mulai menggunakan kemasan yang lebih menarik dan mencerminkan keindahan alam Manggarai Barat," kata Leon
Perubahan kemasan ini tidak hanya meningkatkan daya tarik produk, tetapi juga menaikkan harga jual dari Rp30.000 menjadi Rp40.000 per 100 gram. Harga produk yang berkisar dari Rp40.000 untuk 100 gram hingga Rp65.000 untuk kemasan kaleng tersebut juga meningkat hingga 400% dibandingkan ketika masih dijual dalam bentuk gelondongan, dimana ketika itu produk mete kupas dihargai Rp100.000 per kilogram.
Modernisasi menjadikan produk olahan mete ini menjadi berstandar tinggi hingga penjualannya pun kian meluas. Di Manggarai Barat, produk ini dijual di beberapa pusat oleh-oleh besar. Produk kacang mete ini juga pernah dikirim untuk dipamerkan di Paris.
Tak hanya itu, produk olahan UMKM Mete ini juga ditampilkan dalam berbagai acara kenegaraan seperti KTT Asean maupun skala daerah yang dilakukan dalam 2 tahun terakhir. Dengan merek "Kameku", yang berarti "bekal" dalam bahasa daerah, Leon berharap produknya dapat semakin dikenal luas dan menambah jumlah pelanggan.
Leon dengan pengetahuan dan pengalaman yang didapat dari Yayasan Dharma Bhakti Astra, mampu mengembangkan produk berkualitas yang meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di Manggarai Barat.
Dia menggandeng kelompok tani yang terdiri dari 20 keluarga di Lengkong Lala, mereka bersama-sama mengembangkan dan memasarkan produk kacang mete dari hasil kebun mereka menjadi produk berkualitas tinggi serta membuka peluang bagi petani lokal untuk mendapatkan pendapatan yang lebih stabil.
"Harapan saya produk ini bisa menambah pelanggan dan semakin dikenal, tidak hanya di daerah kami tetapi juga di luar sehingga dapat memenuhi mimpi warga desa untuk meningkatkan perekonomian," ujarnya.
Editor: Fajar Sidik
Leonardus Mindo membuktikan hal tersebut. Sebagai pengusaha lokal, dia tak hanya fokus mengembangkan produk mereka yang unik dan bernilai tinggi, tetapi juga berperan aktif membantu pelaku usaha di daerahnya untuk sukses dan berkembang bersama.
Baca juga: Luxcrime Buat Program Pemberdayaan Perempuan di NTT
Leonardus Mindo, seorang petani dari Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, mampu mengubah hasil kebun kacang metenya menjadi berbagai produk turunan bernilai tinggi yang kini dikenal luas. Awalnya, Leonardo hanya menjual kacang mete dalam bentuk gelondongan, lengkap dengan kulit luar.
Namun, sejak hadirnya Yayasan Dharma Bhakti Astra pada 2021 di daerah tersebut dan memberikan pelatihan serta pembinaan, Leon mulai belajar mengolah kacang mete menjadi produk yang lebih bernilai.
"Kami belajar mengolah kacang mete dari kacip, dikupas kulit arinya, kemudian digoreng, dan disusun variannya dari grade A, B, hingga grade C," ujarnya.
Pada tahun 2022, Leon mulai mengembangkan berbagai varian produk kacang mete, seperti kacang mete original, kacang mete ting-tong, dan kacang mete dengan rasa gula aren. Leon juga memproduksi kacang mete dengan rasa coklat yang dijual dalam kemasan berbeda.
Produk-produk ini dibagi dalam beberapa grade, dengan grade 2 yang memiliki dua varian, yaitu campuran gula aren dan rasa bawang asin. Grade 3, yang sebelumnya diproduksi dalam jumlah lebih banyak, kini terbatas karena stok yang berkurang.
Keunikan produk kacang mete Leon tidak hanya terletak pada rasanya, tetapi juga kemasannya yang menggambarkan keindahan alam dan budaya Manggarai Barat. Produk ini juga telah berizin dari Dinas Kesehatan dan memiliki sertifikat halal.
"Awalnya kami menggunakan kemasan plastik standar, tetapi dengan masukan dari YDBA, kami mulai menggunakan kemasan yang lebih menarik dan mencerminkan keindahan alam Manggarai Barat," kata Leon
Perubahan kemasan ini tidak hanya meningkatkan daya tarik produk, tetapi juga menaikkan harga jual dari Rp30.000 menjadi Rp40.000 per 100 gram. Harga produk yang berkisar dari Rp40.000 untuk 100 gram hingga Rp65.000 untuk kemasan kaleng tersebut juga meningkat hingga 400% dibandingkan ketika masih dijual dalam bentuk gelondongan, dimana ketika itu produk mete kupas dihargai Rp100.000 per kilogram.
Modernisasi menjadikan produk olahan mete ini menjadi berstandar tinggi hingga penjualannya pun kian meluas. Di Manggarai Barat, produk ini dijual di beberapa pusat oleh-oleh besar. Produk kacang mete ini juga pernah dikirim untuk dipamerkan di Paris.
Tak hanya itu, produk olahan UMKM Mete ini juga ditampilkan dalam berbagai acara kenegaraan seperti KTT Asean maupun skala daerah yang dilakukan dalam 2 tahun terakhir. Dengan merek "Kameku", yang berarti "bekal" dalam bahasa daerah, Leon berharap produknya dapat semakin dikenal luas dan menambah jumlah pelanggan.
Leon dengan pengetahuan dan pengalaman yang didapat dari Yayasan Dharma Bhakti Astra, mampu mengembangkan produk berkualitas yang meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di Manggarai Barat.
Dia menggandeng kelompok tani yang terdiri dari 20 keluarga di Lengkong Lala, mereka bersama-sama mengembangkan dan memasarkan produk kacang mete dari hasil kebun mereka menjadi produk berkualitas tinggi serta membuka peluang bagi petani lokal untuk mendapatkan pendapatan yang lebih stabil.
"Harapan saya produk ini bisa menambah pelanggan dan semakin dikenal, tidak hanya di daerah kami tetapi juga di luar sehingga dapat memenuhi mimpi warga desa untuk meningkatkan perekonomian," ujarnya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.