Sisi Lain Wajah Jakarta Dikupas Menarik di Festival Patjarmerah Kecil
02 July 2024 |
23:47 WIB
Kota Jakarta menyimpan segudang cerita yang tak pernah habis untuk dieksplorasi. Kota dengan sejarah panjang yang awalnya bernama Sunda Kelapa ini juga memiliki banyak aspek menarik, yang sering kali tidak diketahui oleh publik, alias khalayak umum.
Misalnya, wilayah Jakarta tidak hanya terdiri dari daratan utama, tetapi juga memiliki sekitar 110 pulau kecil yang dikenal sebagai Kepulauan Seribu. Kendati cukup terkenal karena keindahannya, banyak orang yang mungkin lupa, atau hanya melihat Jakarta sekadar dari kemacetannya.
Baca juga: Serunya Workshop Seni Utama Sama Sama: Olah Rasa, Eksplorasi, dan Refleksi di Patjarmerah Kecil
Trivia, atau informasi-informasi unik inilah yang coba dibedah dalam diskusi bertajuk Melihat Jakarta yang Kita Belum Tahu di Festival Patjarmerah Kecil. Di acara yang berlangsung pada 29 Juni sampai 7 Juli 2024 di Pos Bloc, Jakarta itu, publik diajak untuk membuka literasi, khususnya terkait Kota Jakarta.
Perwakilan dari redaksi Komunitas Bambu, Amira Aufa Fitri mengatakan bahwa Jakarta adalah tempat bermuaranya budaya dari seluruh Nusantara. Keberagaman di tanah Betawi ini menurutnya juga tidak dapat dilepaskan dari peran sentralnya dalam bidang perekonomian pada masa silam.
Keberadaan Jakarta sebagai panci lebur (melting pot) juga karena kota yang kini berusia le-497 itu memiliki sejarah yang unik. Salah satunya dengan keberadaan suku Betawi dengan budaya dan tradisinya yang tak pernah habis dieksplorasi, termasuk oleh sastrawan, peneliti, hingga akademisi.
"Jakarta ini panjang sejarahnya, di mana bermula dari nama sebuah pelabuhan. Mengenal Indonesia juga tidak akan lengkap jika tidak berangkat dari sejarah kota Jakarta," katanya pada Selasa, (2/7/24).
Selaras, Sofyan, dari perwakilan Ngopi Jakarta (Ngojak) mengatakan, sebagai kota multikultur Jakarta juga menyimpan cerita-cerita yang unik. Misalnya, saat komunitas yang berdiri pada 2016 itu, turun ke lapangan untuk menelusuri kehidupan di ibu kota pada akhir pekan untuk memanfaatkan momen liburan.
Pada momen turba inilah, mereka biasanya menemukan sesuatu yang selama ini tidak disadari ternyata ada di sekitar mereka. Misalnya, mengenai ihwal adanya Pasar Kambing di Tanah Abang, atau hal-hal lain yang selama ini belum banyak diketahui publik, tapi menyimpan sejarah yang unik dan memikat.
"Salah satu yang menarik dari kegiatan ini adalah kita akan menemukan hal-hal baru yang selama ini tidak kita bayangkan. Contohnya, kita menemukan kuliner khas Tanah Abang bernama Bubur Ase, yakni bubur yang disajikan bersama kuah ase dan asinan," katanya.
Identitas lain yang mungkin tidak disadari masyarakat adalah persepsi maskot kota Jakarta yang oleh sebagian besar orang dikira Monas. Padahal, menurut Sofyan, maskot Jakarta sebenarnya adalah Elang Bondol dan Salak Condet, sebagaimana tertuang dalam Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 1796 Tahun 1989.
Ira Lathief, Founder dari Wisata Kreatif Jakarta, juga mengatakan, dari segi pariwisata, segmen wisata kreatif di Jakarta juga tidak hanya kuliner semata. Melainkan juga wisata budaya dan sejarah yang banyak bertebaran di kota yang kini telah beralih rupa menjadi pusat keuangan dan bisnis di Indonesia itu.
Sejak mendirikan agensi wisata dengan konsep unik itu sejak 2017, dia mengaku banyak menemukan hal-hal baru ketika melihat Jakarta secara lebih dekat. Termasuk dengan mengendarai kendaraan umum, masuk ke gang-gang sempit, atau jalan-jalan keliling Jakarta lewat rute-rute anti mainstream.
Baca juga: Kenalan dengan Komunitas Ayo Dongeng Indonesia & Gulali Festival di Event Patjarmerah Kecil
"Kita juga membuat tour bagi pengunjung dengan pendekatan kebudayaan. Misalnya tour ke Kampoeng Toegoe, yang dikenal sebagai tempat lahirnya gado-gado yang saat ini masuk sebagai salah satu kuliner terpopuler di Indonesia,"katanya.
Editor: Fajar Sidik
Misalnya, wilayah Jakarta tidak hanya terdiri dari daratan utama, tetapi juga memiliki sekitar 110 pulau kecil yang dikenal sebagai Kepulauan Seribu. Kendati cukup terkenal karena keindahannya, banyak orang yang mungkin lupa, atau hanya melihat Jakarta sekadar dari kemacetannya.
Baca juga: Serunya Workshop Seni Utama Sama Sama: Olah Rasa, Eksplorasi, dan Refleksi di Patjarmerah Kecil
Trivia, atau informasi-informasi unik inilah yang coba dibedah dalam diskusi bertajuk Melihat Jakarta yang Kita Belum Tahu di Festival Patjarmerah Kecil. Di acara yang berlangsung pada 29 Juni sampai 7 Juli 2024 di Pos Bloc, Jakarta itu, publik diajak untuk membuka literasi, khususnya terkait Kota Jakarta.
Perwakilan dari redaksi Komunitas Bambu, Amira Aufa Fitri mengatakan bahwa Jakarta adalah tempat bermuaranya budaya dari seluruh Nusantara. Keberagaman di tanah Betawi ini menurutnya juga tidak dapat dilepaskan dari peran sentralnya dalam bidang perekonomian pada masa silam.
Keberadaan Jakarta sebagai panci lebur (melting pot) juga karena kota yang kini berusia le-497 itu memiliki sejarah yang unik. Salah satunya dengan keberadaan suku Betawi dengan budaya dan tradisinya yang tak pernah habis dieksplorasi, termasuk oleh sastrawan, peneliti, hingga akademisi.
"Jakarta ini panjang sejarahnya, di mana bermula dari nama sebuah pelabuhan. Mengenal Indonesia juga tidak akan lengkap jika tidak berangkat dari sejarah kota Jakarta," katanya pada Selasa, (2/7/24).
Selaras, Sofyan, dari perwakilan Ngopi Jakarta (Ngojak) mengatakan, sebagai kota multikultur Jakarta juga menyimpan cerita-cerita yang unik. Misalnya, saat komunitas yang berdiri pada 2016 itu, turun ke lapangan untuk menelusuri kehidupan di ibu kota pada akhir pekan untuk memanfaatkan momen liburan.
Pada momen turba inilah, mereka biasanya menemukan sesuatu yang selama ini tidak disadari ternyata ada di sekitar mereka. Misalnya, mengenai ihwal adanya Pasar Kambing di Tanah Abang, atau hal-hal lain yang selama ini belum banyak diketahui publik, tapi menyimpan sejarah yang unik dan memikat.
"Salah satu yang menarik dari kegiatan ini adalah kita akan menemukan hal-hal baru yang selama ini tidak kita bayangkan. Contohnya, kita menemukan kuliner khas Tanah Abang bernama Bubur Ase, yakni bubur yang disajikan bersama kuah ase dan asinan," katanya.
Identitas lain yang mungkin tidak disadari masyarakat adalah persepsi maskot kota Jakarta yang oleh sebagian besar orang dikira Monas. Padahal, menurut Sofyan, maskot Jakarta sebenarnya adalah Elang Bondol dan Salak Condet, sebagaimana tertuang dalam Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 1796 Tahun 1989.
Ira Lathief, Founder dari Wisata Kreatif Jakarta, juga mengatakan, dari segi pariwisata, segmen wisata kreatif di Jakarta juga tidak hanya kuliner semata. Melainkan juga wisata budaya dan sejarah yang banyak bertebaran di kota yang kini telah beralih rupa menjadi pusat keuangan dan bisnis di Indonesia itu.
Sejak mendirikan agensi wisata dengan konsep unik itu sejak 2017, dia mengaku banyak menemukan hal-hal baru ketika melihat Jakarta secara lebih dekat. Termasuk dengan mengendarai kendaraan umum, masuk ke gang-gang sempit, atau jalan-jalan keliling Jakarta lewat rute-rute anti mainstream.
Baca juga: Kenalan dengan Komunitas Ayo Dongeng Indonesia & Gulali Festival di Event Patjarmerah Kecil
"Kita juga membuat tour bagi pengunjung dengan pendekatan kebudayaan. Misalnya tour ke Kampoeng Toegoe, yang dikenal sebagai tempat lahirnya gado-gado yang saat ini masuk sebagai salah satu kuliner terpopuler di Indonesia,"katanya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.