Cek Kiat Produser Yulia Evina Bhara Agar Lolos ke Festival Film Internasional
28 June 2024 |
20:51 WIB
Nama Yulia Evina Bhara dalam industri film Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Produser sekaligus salah satu pendiri rumah produksi film KawanKawan Media itu telah malang-melintang di dunia teater dan sinema dengan karya-karya yang khas.
Yulia merupakan produser dari film Istirahatlah Kata-Kata (2016) dan film pendek On the Origin of Fear (2016) yang tayang di Venice International Film Festival. Selain itu, dia juga memproduseri film Autobiography (2023) yang tahun lalu diputar di 29 festival film kelas dunia.
Baca juga: Film Pantaskah Aku Berhijab Jadi Proyek Eksplorasi Drama Religi Sutradara Hadrah Daeng Ratu
Kendati telah memutarkan karyanya ke berbagai festival terkenal, Yulia mengungkap tidak memiliki formula khusus. Sejauh ini, yang dia dan timnya lakukan adalah berkolaborasi, dan membuat film sebaik mungkin, untuk kemudian dieksekusi dengan estetika yang baik.
"Intinya sih kalau film bagus ya akan tetap menjadi film yang bagus apapun genrenya. Saya yakin film yang bagus pasti akan mendapat apresiasi di sebuah tempat yang cocok atau di festival yang pas karena ada ribuan festival film dengan visi dan tujuan yang berbeda," katanya.
Perempuan yang masuk daftar wanita berpengaruh versi Variety itu mengungkap, saat ini di seluruh dunia sudah ada banyak festival film dengan pola pendekatan yang berbeda. Misalnya, Cannes Film Festival, Toronto International Film, dan Venice Film Festival yang dikenal sebagai A-list festival film.
Deretan festival film tersebut menurutnya juga memiliki visi, sudut pandang, dan pemilihan artistik berbeda. Namun, pola dari perhelatan tersebut biasanya akan berlangsung dinamis, atau disesuaikan dengan bacaan atas perkembangan sinema dunia, atau situasi termutakhir.
"Untuk mengetahui apakah film-film yang dibuat dapat diterima publik memang harus diikutsertakan ke festival-festival film di luar negeri. Sebab, dari sana akan muncul karya-karya baru, talenta-talenta baru, kerjasama produksi, hingga pertukaran pengetahuan," imbuhnya.
Dibanding satu dekade terakhir, menurut Yulia saat ini juga sudah banyak inisiasi dan program pemerintah yang mendukung ekosistem film lokal agar dapat bersaing di kancah internasional. Beberapa di antaranya seperti Lock x Full Circle Lab, Indonesiana Film, Producer Workshop Jakarta Film Week, MyLab, hingga travel grant dari Kemdikbud yang bisa diakses secara online.
Tak hanya itu, para sineas di Asia Tenggara khususnya Indonesia, juga memiliki peluang besar. Sebab, setiap tempat di kawasan ini memiliki potensi cerita yang berbeda-beda dan otentik, sehingga dapat menjadi inspirasi karya agar bisa dinikmati penonton di luar negeri.
Oleh karena itu arah strategi market juga penting dibuat. Sebab dalam satu festival ada section yang berbeda-beda, di mana kuratorial atau selectionnya jelas. Namun, yang pasti festival manapun di dunia, menurutnya akan senang bisa ‘mendiscover talenta’, atau menemukan cerita dan talenta yang kuat.
Di samping itu, setiap festival tersebut juga selalu berjalan paralel dengan market. Misalnya, di Cannes ada Marche du Film, di Berlin ada European Film Market, dan di Busan ada ACFM. Artinya dalam hal ini festival film bukan hanya eksibisi atau kompetisi tapi juga sekaligus menjadi forum market film.
Baca juga: Sutradara Timo Tjahjanto Garap Sekuel Nobody yang Dibintangi Bob OdenKirk
Forum market adalah tempat di mana pelaku industri dari seluruh dunia hadir dan mencari apa yang menurut mereka cocok bagi lembaga dan kepentingannya. Pada momen inilah para sineas dapat mempresentasikan karyanya agar mendapat dan bantuan, atau bahkan kerjasama dengan mereka.
"Namun, semua festival tersebut sifatnya kompetitif dengan batas tenggat tertentu saat pendaftaran. Oleh karena itu akan ada pembatasan slot untuk para sineas," jelasnya.
Editor: Fajar Sidik
Yulia merupakan produser dari film Istirahatlah Kata-Kata (2016) dan film pendek On the Origin of Fear (2016) yang tayang di Venice International Film Festival. Selain itu, dia juga memproduseri film Autobiography (2023) yang tahun lalu diputar di 29 festival film kelas dunia.
Baca juga: Film Pantaskah Aku Berhijab Jadi Proyek Eksplorasi Drama Religi Sutradara Hadrah Daeng Ratu
Kendati telah memutarkan karyanya ke berbagai festival terkenal, Yulia mengungkap tidak memiliki formula khusus. Sejauh ini, yang dia dan timnya lakukan adalah berkolaborasi, dan membuat film sebaik mungkin, untuk kemudian dieksekusi dengan estetika yang baik.
"Intinya sih kalau film bagus ya akan tetap menjadi film yang bagus apapun genrenya. Saya yakin film yang bagus pasti akan mendapat apresiasi di sebuah tempat yang cocok atau di festival yang pas karena ada ribuan festival film dengan visi dan tujuan yang berbeda," katanya.
Perempuan yang masuk daftar wanita berpengaruh versi Variety itu mengungkap, saat ini di seluruh dunia sudah ada banyak festival film dengan pola pendekatan yang berbeda. Misalnya, Cannes Film Festival, Toronto International Film, dan Venice Film Festival yang dikenal sebagai A-list festival film.
Deretan festival film tersebut menurutnya juga memiliki visi, sudut pandang, dan pemilihan artistik berbeda. Namun, pola dari perhelatan tersebut biasanya akan berlangsung dinamis, atau disesuaikan dengan bacaan atas perkembangan sinema dunia, atau situasi termutakhir.
"Untuk mengetahui apakah film-film yang dibuat dapat diterima publik memang harus diikutsertakan ke festival-festival film di luar negeri. Sebab, dari sana akan muncul karya-karya baru, talenta-talenta baru, kerjasama produksi, hingga pertukaran pengetahuan," imbuhnya.
Strategi Pasar
Dibanding satu dekade terakhir, menurut Yulia saat ini juga sudah banyak inisiasi dan program pemerintah yang mendukung ekosistem film lokal agar dapat bersaing di kancah internasional. Beberapa di antaranya seperti Lock x Full Circle Lab, Indonesiana Film, Producer Workshop Jakarta Film Week, MyLab, hingga travel grant dari Kemdikbud yang bisa diakses secara online.Tak hanya itu, para sineas di Asia Tenggara khususnya Indonesia, juga memiliki peluang besar. Sebab, setiap tempat di kawasan ini memiliki potensi cerita yang berbeda-beda dan otentik, sehingga dapat menjadi inspirasi karya agar bisa dinikmati penonton di luar negeri.
Oleh karena itu arah strategi market juga penting dibuat. Sebab dalam satu festival ada section yang berbeda-beda, di mana kuratorial atau selectionnya jelas. Namun, yang pasti festival manapun di dunia, menurutnya akan senang bisa ‘mendiscover talenta’, atau menemukan cerita dan talenta yang kuat.
Di samping itu, setiap festival tersebut juga selalu berjalan paralel dengan market. Misalnya, di Cannes ada Marche du Film, di Berlin ada European Film Market, dan di Busan ada ACFM. Artinya dalam hal ini festival film bukan hanya eksibisi atau kompetisi tapi juga sekaligus menjadi forum market film.
Baca juga: Sutradara Timo Tjahjanto Garap Sekuel Nobody yang Dibintangi Bob OdenKirk
Forum market adalah tempat di mana pelaku industri dari seluruh dunia hadir dan mencari apa yang menurut mereka cocok bagi lembaga dan kepentingannya. Pada momen inilah para sineas dapat mempresentasikan karyanya agar mendapat dan bantuan, atau bahkan kerjasama dengan mereka.
"Namun, semua festival tersebut sifatnya kompetitif dengan batas tenggat tertentu saat pendaftaran. Oleh karena itu akan ada pembatasan slot untuk para sineas," jelasnya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.