Survei Orami Ungkap Gaya Pola Asuh Ideal untuk Diterapkan Masa Kini
28 June 2024 |
09:30 WIB
Dinamika pola asuh terus berubah seiring perkembangan zaman. Jika dahulu banyak orang tua menerapkan otoriter parenting yang mengutamaan komunikasi satu arah dan perintah secara ketat, kini pola asuh tersebut tidak lagi populer.
Menurut survei Orami yang diisi oleh 423 responden dari seluruh Indonesia, orang tua di zaman modern saat ini lebih menciptakan lingkungan yang nyaman bagi anak dalam mengekspresikan pemikiran, perasaan, dan keinginan mereka. Hal ini menciptakan komunikasi dua-arah dalam keluarga.
Baca juga: Lebih Fleksibel & Permisif, Apa Dampak dari Pola Asuh Jellyfish Parenting?
Ya, seiring perkembangan zaman, pola asuh menjadi sangat dinamis dan tidak dapat digeneralisasikan. Survei Orami menemukan bahwa 93 persen orang tua menjadikan keterbukaan komunikasi elemen paling penting dalam pola asuh.
Founder Orami Ferry Tenka, menyampaikan bahwa ketika menghadapi konflik dengan anak, 56 persen orang tua pun mengambil langkah diskusi atau berdialog sebagai pendekatan utama. Keterbukaan komunikasi dinyatakan dapat membantu anak-anak memahami dan mengekspresikan emosi mereka.
Penelitian ini juga menemukan bahwa anak-anak yang mampu mengungkapkan perasaannya dalam lingkungan keluarga secara terbuka, akan lebih sukses dalam aspek akademis dan dapat menangani situasi sosial kompleks secara lebih efektif.
Selain itu, mayoritas orang tua dalam survei Orami turut mengedepankan fleksibilitas dan mendengarkan keinginan anak saat hendak mengambil keputusan. Faktanya, 62,4 persen orang tua menerapkan peraturan yang fleksibel dalam pola asuhnya, ketimbang peraturan yang kaku atau rigid.
Ferry mengatakan sebanyak 58 persen ibu dan 63 persen ayah pun kerap berdiskusi dan mempertimbangkan keinginan anak sebelum membelikan mainan. Kedua temuan ini memberikan indikasi bahwa pola asuh otoritatif semakin diterapkan dalam keluarga Indonesia.
Pola asuh otoritatif merupakan gaya pengasuhan yang hangat dan responsif terhadap kebutuhan anak, sambil tetap menetapkan batasan dan aturan yang jelas. Maka dari itu, manfaat pola pengasuhan ini memberikan anak kepercayaan diri lebih tinggi, memiliki kemandirian dan kontrol diri, serta menjalin relasi sosial dengan baik.
Survei Orami juga menacatat bahwa keluarga merupakan tempat anak memperoleh hubungan antar-pribadi untuk pertama kalinya seraya memahami peran dan tingkah laku dalam kehidupan bersosial. Dalam membina tumbuh kembang anaknya, orang tua memegang peranan penting untuk menanamkan pentingnya perilaku sosial yang positif, keterampilan sosial, hingga menumbuhkan kemampuan bekerja dalam kelompok.
Sebanyak 42 persen orang tua dalam survei ini merasa aktivitas sosial sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak, sehingga mayoritas meluangkan 1 sampai 2 kali dalam seminggu untuk membawa anaknya ke dalam aktivitas yang membantu tumbuh kembang anak di luar sekolah formal.
Bisa dikatakan pemahaman tentang pola asuh yang tepat menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak secara optimal. “Seiring perkembangan zaman, kami melihat orang tua lebih mudah mengakses informasi mengenai parenting, mulai dari pengalaman sesama orang tua hingga media sosial,” ujar Ferry Tenka.
Pria yang juga menjabat sebagai Chief of Product SIRCLO itu menilai support system yang menawarkan interaksi dua arah juga menjadi sumber penguatan bagi orang tua dalam menjalani peran seumur hidup ini. Pihaknya diketahui telah mengembangkan ekosistem yang mendukung orang tua melalui ribuan konten dan komunitas parenting yang besar guna menciptakan lingkungan yang suportif.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Menurut survei Orami yang diisi oleh 423 responden dari seluruh Indonesia, orang tua di zaman modern saat ini lebih menciptakan lingkungan yang nyaman bagi anak dalam mengekspresikan pemikiran, perasaan, dan keinginan mereka. Hal ini menciptakan komunikasi dua-arah dalam keluarga.
Baca juga: Lebih Fleksibel & Permisif, Apa Dampak dari Pola Asuh Jellyfish Parenting?
Ya, seiring perkembangan zaman, pola asuh menjadi sangat dinamis dan tidak dapat digeneralisasikan. Survei Orami menemukan bahwa 93 persen orang tua menjadikan keterbukaan komunikasi elemen paling penting dalam pola asuh.
Founder Orami Ferry Tenka, menyampaikan bahwa ketika menghadapi konflik dengan anak, 56 persen orang tua pun mengambil langkah diskusi atau berdialog sebagai pendekatan utama. Keterbukaan komunikasi dinyatakan dapat membantu anak-anak memahami dan mengekspresikan emosi mereka.
Penelitian ini juga menemukan bahwa anak-anak yang mampu mengungkapkan perasaannya dalam lingkungan keluarga secara terbuka, akan lebih sukses dalam aspek akademis dan dapat menangani situasi sosial kompleks secara lebih efektif.
Selain itu, mayoritas orang tua dalam survei Orami turut mengedepankan fleksibilitas dan mendengarkan keinginan anak saat hendak mengambil keputusan. Faktanya, 62,4 persen orang tua menerapkan peraturan yang fleksibel dalam pola asuhnya, ketimbang peraturan yang kaku atau rigid.
Ferry mengatakan sebanyak 58 persen ibu dan 63 persen ayah pun kerap berdiskusi dan mempertimbangkan keinginan anak sebelum membelikan mainan. Kedua temuan ini memberikan indikasi bahwa pola asuh otoritatif semakin diterapkan dalam keluarga Indonesia.
Pola asuh otoritatif merupakan gaya pengasuhan yang hangat dan responsif terhadap kebutuhan anak, sambil tetap menetapkan batasan dan aturan yang jelas. Maka dari itu, manfaat pola pengasuhan ini memberikan anak kepercayaan diri lebih tinggi, memiliki kemandirian dan kontrol diri, serta menjalin relasi sosial dengan baik.
Survei Orami juga menacatat bahwa keluarga merupakan tempat anak memperoleh hubungan antar-pribadi untuk pertama kalinya seraya memahami peran dan tingkah laku dalam kehidupan bersosial. Dalam membina tumbuh kembang anaknya, orang tua memegang peranan penting untuk menanamkan pentingnya perilaku sosial yang positif, keterampilan sosial, hingga menumbuhkan kemampuan bekerja dalam kelompok.
Sebanyak 42 persen orang tua dalam survei ini merasa aktivitas sosial sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak, sehingga mayoritas meluangkan 1 sampai 2 kali dalam seminggu untuk membawa anaknya ke dalam aktivitas yang membantu tumbuh kembang anak di luar sekolah formal.
Bisa dikatakan pemahaman tentang pola asuh yang tepat menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak secara optimal. “Seiring perkembangan zaman, kami melihat orang tua lebih mudah mengakses informasi mengenai parenting, mulai dari pengalaman sesama orang tua hingga media sosial,” ujar Ferry Tenka.
Pria yang juga menjabat sebagai Chief of Product SIRCLO itu menilai support system yang menawarkan interaksi dua arah juga menjadi sumber penguatan bagi orang tua dalam menjalani peran seumur hidup ini. Pihaknya diketahui telah mengembangkan ekosistem yang mendukung orang tua melalui ribuan konten dan komunitas parenting yang besar guna menciptakan lingkungan yang suportif.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.