Tak Cuma Kompetisi & Apresiasi, Festival Film Jadi Wadah Membuka Peluang Kolaborasi
26 June 2024 |
08:36 WIB
Industri perfilman Indonesia kian bergelora. Sembari mengejar target menembus pasar internasional, geliat film Indonesia dalam ruang kompetisi lokal pun makin bergaung. Menumbuh-suburkan industri film memang jadi pekerjaan bersama, mulai dari penggiat film komunitas hingga penguasa industri perfilman.
Di antara masifnya film sebagai medium karya yang populer, kreasi tidak hanya terbatas pada penguatan kualitas film, tetapi juga pentingnya ekosistem serta distribusi film di baliknya. Kekuatan festival sebagai motor penggerak ekosistem film kini kian diakui.
Festival film dianggap sebagai salah satu platform penting bagi pengkarya sebagai bentuk apresiasi, validasi, sekaligus jalan mendapatkan pendanaan hingga distribusi yang luas.
Baca juga: Gantikan Reza Rahadian, Ario Bayu Didapuk Jadi Ketua Komite Festival Film Indonesia
Di antara banyaknya festival film berskala besar saat ini di Indonesia, Festival Film Indonesia (FFI) dan Jogja-Netpac Asian Film festival (JAFF) menjadi dua proyek festival film yang diagungkan di dalam negeri.
Keduanya menitikberatkan peran apresiasi bagi insan perfilman sekaligus mengembangkan sayap industri sinema untuk terus bernapas. Sebab, selain memberi penghargaan, festival film juga memiliki peran besar dalam menghubungkan target yang dituju dengan pelaku industri perfilman Indonesia.
Di samping sifat kompetisi, festival film sudah semestinya menjadi wadah apresiasi terhadap karya. Namun itu saja belum cukup. Pengamat film Hikmat Darmawan menyebutkan, festival film bisa menjadi platform untuk meningkatkan standar estetika dan produksi sekaligus membuka peluang pasar.
“Yang sering luput bahwa festival ini juga ada yang namanya market. Jadi tidak hanya sekedar penjurian saja,” katanya.
Menurut Hikmat, mereka yang terjun ke festival film juga harus mempertimbangkan peluang pasar di samping kompetisi. Fungsi festival film sebagai standar produk budaya juga harusnya bisa melibatkan market yang luas, termasuk animo masyarakat mengenai perayaan film itu sendiri.
“Festival itu selalu ada unsur yang melibatkan masyarakat festive, seperti pemutaran film. Sehingga tidak hanya produk budaya yang menjadi nilai dari kompetisinya, tetapi juga menumbuhkan pasar film yang lebih majemuk melalui market,” katanya.
Festival film yang sering dianggap sebagai hajatan insan perfilman juga menjadi ladang subur untuk berjejaring. Sebab dalam industri film, networking menjadi salah satu kunci untuk membuka berbagai peluang, termasuk pendanaan dan promosi, hingga distribusi film yang lebih luas.
“Dalam festival film sering ada film lab yang fungsinya networking sekaligus mengasah keterampilan. Saya rasa ini penting sekali untuk industri (film) lokal maupun internasional," katanya.
Hikmat menekankan pentingnya membangun pasar yang lebih majemuk di ranah perfilman dalam negeri. Artinya, festival film tidak hanya berpusat di kota-kota besar saja, tetapi mulai memikirkan strategi untuk membangkitkan industri lokal dan distribusi film yang lebih merata.
Dalam rangka menguatkan festival film di Indonesia, peran pemerintah diperlukan untuk memajukan budaya film yang berkelanjutan. Menurut Hikmat, pemerintah perlu memikirkan prora yan sustain dan melibatkan multipihak. “Tidak hanya Ekraf dan industrinya saja, tapi bisa diidentifikasi lebih dalam film ini hubungannya bisa kemana saja,” katanya.
Upaya ini dinilai bisa menjadi dukungan dan inisiatif menyeluruh dari pemerintah bekerjasama dengan profesional film untuk membangun industri film yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga merata.
Baca juga: Pemerintah Wacanakan Festival Film Indonesia Jadi Badan Tersendiri, Ini Alasannya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Di antara masifnya film sebagai medium karya yang populer, kreasi tidak hanya terbatas pada penguatan kualitas film, tetapi juga pentingnya ekosistem serta distribusi film di baliknya. Kekuatan festival sebagai motor penggerak ekosistem film kini kian diakui.
Festival film dianggap sebagai salah satu platform penting bagi pengkarya sebagai bentuk apresiasi, validasi, sekaligus jalan mendapatkan pendanaan hingga distribusi yang luas.
Baca juga: Gantikan Reza Rahadian, Ario Bayu Didapuk Jadi Ketua Komite Festival Film Indonesia
Di antara banyaknya festival film berskala besar saat ini di Indonesia, Festival Film Indonesia (FFI) dan Jogja-Netpac Asian Film festival (JAFF) menjadi dua proyek festival film yang diagungkan di dalam negeri.
Keduanya menitikberatkan peran apresiasi bagi insan perfilman sekaligus mengembangkan sayap industri sinema untuk terus bernapas. Sebab, selain memberi penghargaan, festival film juga memiliki peran besar dalam menghubungkan target yang dituju dengan pelaku industri perfilman Indonesia.
Di samping sifat kompetisi, festival film sudah semestinya menjadi wadah apresiasi terhadap karya. Namun itu saja belum cukup. Pengamat film Hikmat Darmawan menyebutkan, festival film bisa menjadi platform untuk meningkatkan standar estetika dan produksi sekaligus membuka peluang pasar.
“Yang sering luput bahwa festival ini juga ada yang namanya market. Jadi tidak hanya sekedar penjurian saja,” katanya.
Menurut Hikmat, mereka yang terjun ke festival film juga harus mempertimbangkan peluang pasar di samping kompetisi. Fungsi festival film sebagai standar produk budaya juga harusnya bisa melibatkan market yang luas, termasuk animo masyarakat mengenai perayaan film itu sendiri.
“Festival itu selalu ada unsur yang melibatkan masyarakat festive, seperti pemutaran film. Sehingga tidak hanya produk budaya yang menjadi nilai dari kompetisinya, tetapi juga menumbuhkan pasar film yang lebih majemuk melalui market,” katanya.
Festival film JAFF (Sumber gambar: JAFF)
“Dalam festival film sering ada film lab yang fungsinya networking sekaligus mengasah keterampilan. Saya rasa ini penting sekali untuk industri (film) lokal maupun internasional," katanya.
Hikmat menekankan pentingnya membangun pasar yang lebih majemuk di ranah perfilman dalam negeri. Artinya, festival film tidak hanya berpusat di kota-kota besar saja, tetapi mulai memikirkan strategi untuk membangkitkan industri lokal dan distribusi film yang lebih merata.
Dalam rangka menguatkan festival film di Indonesia, peran pemerintah diperlukan untuk memajukan budaya film yang berkelanjutan. Menurut Hikmat, pemerintah perlu memikirkan prora yan sustain dan melibatkan multipihak. “Tidak hanya Ekraf dan industrinya saja, tapi bisa diidentifikasi lebih dalam film ini hubungannya bisa kemana saja,” katanya.
Upaya ini dinilai bisa menjadi dukungan dan inisiatif menyeluruh dari pemerintah bekerjasama dengan profesional film untuk membangun industri film yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga merata.
Baca juga: Pemerintah Wacanakan Festival Film Indonesia Jadi Badan Tersendiri, Ini Alasannya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.