Pemerintah Wacanakan Festival Film Indonesia Jadi Badan Tersendiri, Ini Alasannya

 

Wacana menjadikan FFI sebagai badan sendiri disampaikan oleh Direktur Perfilman, Musik dan Media Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan Ahmad Mahendra di Jakarta pada Senin (22/4/2024). “Kami sebenarnya berharap FFI berdiri sebagai badan sendiri pada masa yang akan datang,” katanya. 

Baca juga: Begini Proses Pemilihan Ario Bayu Sebagai Ketua Komite FFI 2024

 

Ahmad mengungkapkan bahwa tidak masalah jika negara memberikan modal untuk FFI ketika berdiri sebagai badan sendiri. Namun, pengembangan dan penyelenggaraan badan tersebut secara keseluruhan dilakukan dengan profesional. Dengan begitu, FFI sebagai badan yang berdiri sendiri dapat memiliki kebebasan untuk melakukan kegiatannya. 

 

Dia menuturkan bahwa menjadikan FFI sebagai badan yang berdiri sendiri merupakan cita-cita insan perfilman, lantaran merupakan bagian sejarah perfilman di dalam negeri dan menjadi festival yang paling tua di Indonesia. 

 

Terkait dengan rencana FFI yang menjadi badan tersendiri, Ketua Komite FFI Ario Bayu mengungkapkan bahwa wacana itu sempat menjadi diskusi antara dirinya Ahmad Mahendra dan Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid. “Realisasinya memang harus kita tentukan nantinya,” katanya. 

 

Ario menuturkan bahwa pembentukan FFI sebagai organisasi baru perlu dikaji dari sisi hukum. Meskipun begitu, wacana itu masih berlaku pada saat ini meskipun masih banyak yang perlu ditinjau. Dia berharap, FFI sebagai badan baru yang berdiri sendiri dapat terwujud pada periode kepemimpinannya sebagai ketua komite FFI periode 2024-2026.  
 

Sejarah Festival Film Indonesia

Dikutip dari laman Kemendibudristek, Festival Film Indonesia (FFI) adalah ajang bagi insan perfilman Indonesia yang diselenggarakan setiap tahun. Acara penghargaan ini pertama kali terselenggara pada 30 Maret-5 April 1955.

 

Pembentukan festival ini merupakan respons dari insan sinema terhadap kondisi perfilman Indonesia pada masa awal kemerdekaan. Pada saat itu, industri film di dalam negeri penuh dengan karya-karya asing. Di sisi lain, film Indonesia dianggap menjadi karya kelas rendah.  

 

Dua tokoh perfilman Indonesia, yakni Usmar Ismail dan Djamaluddin Malik berupaya memperbaiki keadaan dengan menggelar Festival Film Indonesia yang pertama.

 

Pada Desember 1953, Usmar Ismail dan Djamaluddin Malik mengikuti pertemuan untuk seluruh produser film Asia di Manila. Setelah itu, keduanya menjadi bagian dalam Federation of Film Producers in Asia (FFPA) guna memperluas pasar film Indonesia. 

 

Satu tahun berselang atau pada 1954, FFPA mengadakan Festival Film Asia Tenggara pertama di Tokyo, Jepang. Agar Indonesia dapat berpartisipasi, Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI) dibentuk sebagai wadah bagi para produser dan film yang akan dikirim. 

 

Ketika itu, produksi film berjudul Lewat Djam Malam dimulai. Hanya saja, Indonesia memilih mundur dari ajang itu karena hubungan dengan tuan rumah memanas. Kemudian, Djamaluddin Malik tetap mendorong PPFI untuk tetap menyelenggarakan ajang FFI yang pertama. 

 

Selain untuk mengembangkan industri perfilman di dalam negeri, ajang ini juga menjadi bagian untuk memperbaiki mutu seni dan teknik para sineas. Lebih dari itu, festival bagi insan perfilman di dalam negeri merupakan cara menjalin hubungan baik dengan bangsa di seluruh dunia. 

 

Djamaluddin Malik pun menyediakan 9 kategori pada ajang FFI pertama, yaitu film terbaik, regie terbaik, skenario terbaik, montase terbaik, fotografi terbaik, permainan terbaik, suara terbaik, musik terbaik, dan dekor terbaik.

Baca juga: Daftar Lengkap Pemenang Piala Citra FFI 2023, Women From Rote Island Borong 4 Penghargaan

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah