Ilustrasi personal branding (Sumber gambar: Austin Distel/Unsplash)

Perhatikan Hal-hal Ini untuk Menguatkan Strategi Personal Branding

24 June 2024   |   21:30 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Personal branding telah menjadi sebuah keniscayaan pada era modern. Hal ini terkait dengan kemampuan seseorang menempatkan diri atau kariernya dari perspektif merek (brand). Namun, menciptakan personal branding memerlukan waktu dan tenaga yang tak sedikit. 
 
Salah satu proses yang bisa dilalui adalah mengenali hard skills dan soft skills. Sebuah penelitian dari Harvard University menyebutkan bahwa hard skills menyumbang 20 persen terhadap kesuksesan seseorang. Sementara soft skills berperan dominan hingga 80 persen.

Karyanto, Coach Personal Branding mengatakan bahwa soft skills merupakan dasar penting bagi penciptaan personal branding. Sebab, keterampilan ini berkaitan dengan nilai-nilai yang diyakini dan diperjuangkan melalui kebiasaan dan value positif. 

Baca juga: Personal Branding Bisa Dibangun dari Sikap yang Tepat, Ini Kata Pakar
 
Menurutnya, strategi personal branding berpegang pada 3 pilar yakni keterampilan (skill), kompetensi (competence), dan sikap (attitude). Ketiganya harus bersinergi untuk menciptakan personal branding yang sukses.

Meski ketiga hal tersebut harus memiliki proporsi yang seimbang, dia menyebut personal branding bisa dimulai dengan tindakan ‘tanpa modal’ yakni dengan mengembangkan nilai melalui attitude. 
 

“Secara natural, setiap orang sudah memiliki personal branding. Namun mereka tidak sadar dan tidak mengolah nilai-nilai yang menjadi kelebihan mereka. Misalnya disiplin, rajin, itu bagian dari attitude yang bisa dilakukan tanpa modal (uang),” kata Karyanto.

Sisanya, yakni keterampilan dan kompetensi bisa berjalan seiring waktu. Kedua aspek ini harus dijalani dengan teori dan pengalaman. Biasanya juga terdapat target tertentu yang tidak mudah dijalankan, sehingga dibutuhkan ilmu khusus seperti menempuh pendidikan tinggi. 
 
Personal branding berarti mengerti potensi, mengasahnya, dan menempatkannya sebagai passion untuk mencapai tujuan tertentu. Keseluruhan komponen itu, kata Karyanto, perlu diatur agar menciptakan sistematika yang berujung pada pencitraan diri di mata publik.

Menurutnya, personal branding tak melulu tentang menjadi terkenal atau populer. Esensi dari tujuan melakukan personal branding adalah dikenal oleh target audiens dengan memaksimalkan potensi dan mengerti ruang lingkup yang dituju. 

Baca juga: 3 Kiat Bangun Personal Branding yang Kuat di LinkedIn, Fresh Graduate Wajib Tahu!

 
Personal Branding, Bisnis, dan Berkarier

Ilustrasi personal branding dalam berkarier (Sumber gambar: Jason Goodman/Unsplash)

Ilustrasi personal branding dalam berkarier (Sumber gambar: Jason Goodman/Unsplash)

Merebaknya media sosial membantu membentuk identitas maya yang terbangun di internet. Dengan akses gratis, banyak orang mulai membangun branding mereka dengan tujuan tersendiri.

Seiring lahirnya demokratisasi media, personal branding makin terlihat di media sosial yang kini makin terdesentralisasi. Semua orang memiliki akses untuk membuat citra dan membangun bisnis atau karier berbasis pengikut (followers). 
 
Menurut Pakar Branding & Marketing Inventure Yuswohady, posisi audiens saat ini menjadi penguat personal branding. Interaksi di media sosial yang bersifat ‘humanize’ justru menjadi akar dalam membangun personal branding pada era digital. Pengaruh personal branding menjadi kuat dan berimplikasi pada konteks bisnis dan karier.

“Diawali dengan kekuatan personal branding, seseorang bisa menggunakan audiens untuk meng-endorse bisnis atau kariernya karena interaksinya lebih non formal dan santai,” kata Yuswohady.
 
Lebih jauh, personal branding bisa menjadi alat untuk berkomunikasi dengan audiens guna membangun loyalty. Sebab, Yuswohady berpendapat bahwa kunci personal branding dengan tujuan bisnis atau karier adalah membangun basis massa (crowd) dan networking.

Proses membangun ini pun tidak pernah putus. Semakin banyak audiens atau jaringan, maka basisnya akan makin kuat. Untuk itu, tidak ada kata terlambat untuk menciptakan personal branding demi bisnis atau karier.

“Kuncinya membangun kompetensi skill, utamanya pada era konten seperti sekarang. Misal dalam bisnis di media sosial, center dari personal branding itu konten marketing dan tidak bisa sekali viral lalu selesai,” katanya.

Konten yang dibuat harus menciptakan personal branding dari karakter bisnis atau karier yang dibangun agar posisinya tetap relevan dan berkesinambungan.
 
Khususnya dalam berbisnis, Yuswohady meyakini bahwa identitas brand dan identitas personal harus disamakan. Untuk membuatnya sukses, personal branding harus berada pada satu jalur yang sama untuk menguatkan fondasi bisnis.

Dia mencontohkan, banyak pemilik bisnis skala kecil yang justru sukses membangun usahanya berangkat dari personal branding dan cerita mereka merintis bisnis. Ini bisa menjadi strategi yang cukup menendang selain pengembangan konten yang dilakukan secara konsisten. 
 
Yuswohady mengutarakan, latar belakang cerita, menghimpun audiens, dan merencanakan konten adalah prospek penting untuk berbisnis. Khusus untuk merencanakan konten, dia menilai diperlukan keseimbangan antara konsep inspiring, educating, dan entertaining. Konten juga diupayakan 80 persen bersifat autentik, dan 20 persen berunsur penjualan agar konsumen tidak jenuh. 

Baca juga: Hypereport: Bisnis Afiliasi, Saat Ketekunan & Personal Branding Menentukan Kesuksesan

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Fluktuasi Hormon dan Pola Makan Jadi Penyebab Utama Jerawat di Rahang

BERIKUTNYA

Personal Branding Bisa Dilakukan Sejak Usia Dini, Begini Caranya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: