Personal Branding Bisa Dibangun dari Sikap yang Tepat, Ini Kata Pakar

Sebuah penelitian mengenai keahlian (skill) manusia yang diungkap Harvard Unversity mendapat temuan unik. Dalam laporan tersebut, dikatakan bahwa soft skills menyumbang 80% atas kesuksesan seseorang. Sementara hard skills hanya menyumbang porsi sebesar 20% saja.

Sayangnya, dunia pendidikan saat ini banyak fokus pada skill-skill terukur seperti menganalisa data, pemasaran, hingga desain yang terkait dengan hard skills. Sementara itu, kemampuan tidak terukur seperti public speaking, berpikir kritis, beradaptasi, hingga kepemimpinan jarang diajarkan sejak dini.

Baca juga: Penelitian LinkedIn: Disrupsi AI Membuat Kemampuan Soft Skill Kian Penting

Padahal, kemampuan yang bersifat soft skills tersebut menjadi faktor pencetus keberlangsungan karier seseorang. Lebih jauh, efek soft skills bisa mendorong aspek personal branding.

Menurut Wasesa (2011), personal branding merupakan proses seseorang menggunakan diirnya atau kariernya sebagai brand (merek). Dengan personal branding, seseorang memiliki nilai menonjol yang membuatnya berbeda dari yang lain. Hal ini penting dalam dunia karier untuk memberikan kesan positif dari pandangan orang lain.

Membangun personal branding boleh dibilang susah-gampang. Coach Personal Branding Karyanto menyebutkan, personal branding merupakan ilmu mahal yang sebetulnya sudah ada dalam diri tiap-tiap indivdu. Sayangnya, keterlambatan menyadari atau ketidakmampuan mengasah personal branding banyak membuat orang abai. Padahal, kata Karyanto, personal branding menjadi kunci penting dalam membangun citra kita pada orang lain.

Bahkan, Karyanto menyebutkan personal branding bisa dibangun tanpa modal awal. Artinya, tiap orang memiliki modal dari dalam dirinya tanpa harus mengeluarkan uang lebih dahulu. Modal dasar ini dimulai dengan attitude. Bermodalkan attitude, seseorang bisa melatih personal branding dengan menciptakan kesan positif.

"Perilaku atau attitude menjadi salah satu modal dasar personal branding, sebab karakter mencitrakan diri manusia terhadap orang di sekitarnya juga,” kata Karyanto dalam agenda Sharing Session Personal Branding di Wisma Bisnis Indonesia pada Rabu (19/6/2024).
 
Dalam agenda yang diikuti 37 peserta tersebut, Karyanto menjelaskan attitude tidak hanya sekedar berbuat baik, tetapi juga terkait dengan karakter pribadi yang dicitrakan pada orang lain seperti integritas, optimis, kooperatif, percaya diri, jujur dan lainnya.

Attitude merupakan fondasi personal branding yang penting disamping skills dan knowledge. Ketiganya membentuk sinergi yang mengokohkan personal branding seseorang. Sehingga, bagi Karyanto, ketiga komponen ini tidak bisa berdiri sendiri meski modal awal bisa dimulai dengan attitude.

Selanjutnya, seseorang harus mengasah skills dan mengembangkan knowledge. Skills terkait dengan kemampuan interpersonal, komunikasi, manajemen waktu, hingga problem solving. Sementara knowledge terkait dengan teori, deskripsi, dan penglaman seseorang dalam menentukan citranya kepada orang lain.

Jika ketiganya diterapkan, maka seseorang akan mendorong nilai (value) dalam dirinya. Value ini kemudian disebut sebagai personal branding yang autentik yang terbentuk dari proporsi unik, kompetensi dasar, dan perilaku yang baik. Dengan value yang berbeda, kata Karyanto, seseorang akan terlihat lebih menonjol dan 'menyala' di antara yang lain.

“Maka jadilah diri sendiri dengan fokus pada kompetensi unik masing-masing,” tutup Karyanto.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News) 

Editor: Nirmala Aninda