Begini Cara Meramu Bisnis Berbahan Herbal Jadi Ladang Cuan Menjanjikan
23 June 2024 |
16:33 WIB
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi besar dalam pengembangan industri herbal. Dengan lebih dari 30.000 spesies tanaman di mana 7.500 di antaranya dikenal memiliki manfaat obat sehingga menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara penyumbang bahan baku herbal.
Dengan potensi tersebut, peluang bisnis berbahan herbal juga kian berkembang seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan kecenderungan kembali ke alam, terutama pascapandemi Covid-19.
Baca juga: Ini Dia 3 Ramuan Herbal Atasi Nyeri Asam Urat
Produk herbal atau jamu berbahan rempah-rempah dianggap sebagai alternatif yang lebih aman dan sehat dibandingkan produk berbahan kimia.
Hal ini sejalan pula dengan hasil Riskesdas yang menemukan bahwa penggunaan jamu sebagai bagian dari pengobatan tradisional oleh masyarakat Indonesia mencapai lebih dari 50%.
Riset tersebut juga menunjukkan bahwa 49,53% penduduk Indonesia menggunakan jamu, baik untuk menjaga kesehatan maupun pengobatan karena sakit, di mana 95,6% yang mengkonsumsi jamu merasakan manfaatnya.
Tak heran bila makin banyak pelaku usaha yang memanfaatkan bahan alami tersebut untuk diolah menjadi berbagai produk mulai dari obat-obatan tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, hingga produk perawatan tubuh.
Konsultan Bisnis Djoko Kurniawan mengatakan banyaknya pelaku usaha yang mengembangkan bisnis berbahan herbal karena prospek yang sangat terbuka dan potensi alam yang juga sangat besar. Namun belum banyak diantara pelaku UMKM tersebut yang mampu menembus pasar ekspor, jikapun ada nilainya masih sangat kecil.
“Ekspor produk herbal saat ini masih didominasi oleh komoditi atau rempah-rempah sementara untuk produk herbal yang sudah diolah masih sangat kecil nilai ekspornya,” tuturnya.
Hal ini terjadi karena banyak pelaku UMKM yang hanya fokus berjualan tanpa memikirkan branding atau identitas dari bisnisnya. Padahal sebagai sebuah bisnis, branding itu sangat penting dan harus selalu digaungkan sehingga ketika ada permintaan maka produk dari brand tersebut yang akan dipilih.
Djoko pun mencontohkan di Indonesia bunga Rosella sangat banyak tetapi belum ada brand yang benar-benar menggunakan nama Rosella tersebut. Begitu pula dengan jahe yang saat ini jumlahnya sangat melimpah tetapi ketika menyebutkan kata jahe atau teh jahe misalnya belum ada brand yang benar-benar dikenal atau menjadi top of mind.
“Masih banyak sebetulnya kategori yang bisa digarap, tinggal bagaimana kita bisa konsisten membangun brand tersebut sehingga makin dikenal dan bisa menembus pasar ekspor,” jelasnya.
Ketika sebuah brand sudah kuat dan mampu memaksimalkan pemasaran secara digital maka akan mudah brandnya dikenal secara luas. Sebab, saat ini banyak pembeli baik dari dalam maupun luar negeri yang mencari informasi melalui internet sehingga jika ada satu brand yang dikenal dan sudah dipercaya maka secara otomatis pembeli pun akan datang dengan sendirinya.
Pemerintah sendiri melalui Kementerian BUMN juga terus mendukung pengembangan produk herbal salah satunya melalui penyelenggaraan Herb Euphoria Fest dengan menggandeng puluhan pengusaha UMKM herbal dari seluruh Indonesia yang sudah dikurasi oleh Kementerian BUMN.
Pameran khusus produk herbal tersebut digelar di dua tempat yakni di Sarinah, Jakarta dan Denpasar, Bali. Dipilihnya dua tempat ini juga sekaligus untuk mendorong agar produk herbal dari UMKM makin dikenal secara luas oleh konsumen tidak hanya dari Indonesia tetapi juga mancanegara.
Staf Ahli Keuangan dan Pengembangan UMKM Kementerian BUMN Loto Srinaita Ginting mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan wujud nyata komitmen Kementerian BUMN bersama-sama dengan perusahaan BUMN dalam mendukung pengembangan UMKM, khususnya yang bergerak dalam usaha herbal khas nusantara.
“Kegiatan ini juga diharapkan dapat memberikan edukasi mengenai kekayaan herbal nusantara dan mendorong gaya hidup sehat secara alami, khususnya pada generasi muda Indonesia,” tuturnya.
Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk pertumbuhan ekonomi di daerah.
Direktur SDM & Umum Pelindo Ihsanuddin Usman mengatakan dipilihnya Herb Euphoria Fest sebagai tema Bazar UMKM karena produk herbal memiliki pasar yang sangat besar dan Indonesia sebagai negara tropis memiliki sumber daya alam dan budaya pengelolaan herbal yang berkontribusi besar terhadap keberagaman produk UMKM lokal.
Kegiatan ini diikuti oleh 90 UMKM binaan BUMN Penyelenggara. Ada lebih dari 100 jenis produk olahan herbal, jamu, aromatherapy, makanan dan minuman, beauty and wellness, bahkan produk fesyen ramah lingkungan (eco print) dan kerajinan berbasis bahan-bahan alami.
Menurut Djoko, para pelaku UMKM Indonesia sebetulnya sangat diuntungkan dengan banyaknya lembaga yang membantu pengembangan pelaku usaha. Namun sayangnya belum banyak yang benar-benar serius membantu membukakan jalan bagi pelaku usaha untuk dapat masuk ke pasar ekspor.
“Mau ekspor sering kali pelaku UMKM terganjal. Meski sudah mengikuti pembinaan tetapi tetap saja harus bolak-balik dan sulit menembus [pasar ekspor]. Ujung-ujungnya yang ekspor lagi-lagi pemain besar,” tuturnya.
Baca juga: Merawat Kekayaan Herbal Indonesia Lewat Rasa yang Lebih Memanjakan Lidah
Selain itu, penting juga agar pemerintah membantu dalam hal pembiayaan sehingga pelaku usaha bisa membeli mesin sehingga proses produksinya bisa lebih cepat dan lebih modern dengan kualitas yang lebih terjaga.
Editor: Fajar Sidik
Dengan potensi tersebut, peluang bisnis berbahan herbal juga kian berkembang seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan kecenderungan kembali ke alam, terutama pascapandemi Covid-19.
Baca juga: Ini Dia 3 Ramuan Herbal Atasi Nyeri Asam Urat
Produk herbal atau jamu berbahan rempah-rempah dianggap sebagai alternatif yang lebih aman dan sehat dibandingkan produk berbahan kimia.
Hal ini sejalan pula dengan hasil Riskesdas yang menemukan bahwa penggunaan jamu sebagai bagian dari pengobatan tradisional oleh masyarakat Indonesia mencapai lebih dari 50%.
Riset tersebut juga menunjukkan bahwa 49,53% penduduk Indonesia menggunakan jamu, baik untuk menjaga kesehatan maupun pengobatan karena sakit, di mana 95,6% yang mengkonsumsi jamu merasakan manfaatnya.
Tak heran bila makin banyak pelaku usaha yang memanfaatkan bahan alami tersebut untuk diolah menjadi berbagai produk mulai dari obat-obatan tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, hingga produk perawatan tubuh.
Konsultan Bisnis Djoko Kurniawan mengatakan banyaknya pelaku usaha yang mengembangkan bisnis berbahan herbal karena prospek yang sangat terbuka dan potensi alam yang juga sangat besar. Namun belum banyak diantara pelaku UMKM tersebut yang mampu menembus pasar ekspor, jikapun ada nilainya masih sangat kecil.
“Ekspor produk herbal saat ini masih didominasi oleh komoditi atau rempah-rempah sementara untuk produk herbal yang sudah diolah masih sangat kecil nilai ekspornya,” tuturnya.
Hal ini terjadi karena banyak pelaku UMKM yang hanya fokus berjualan tanpa memikirkan branding atau identitas dari bisnisnya. Padahal sebagai sebuah bisnis, branding itu sangat penting dan harus selalu digaungkan sehingga ketika ada permintaan maka produk dari brand tersebut yang akan dipilih.
Djoko pun mencontohkan di Indonesia bunga Rosella sangat banyak tetapi belum ada brand yang benar-benar menggunakan nama Rosella tersebut. Begitu pula dengan jahe yang saat ini jumlahnya sangat melimpah tetapi ketika menyebutkan kata jahe atau teh jahe misalnya belum ada brand yang benar-benar dikenal atau menjadi top of mind.
“Masih banyak sebetulnya kategori yang bisa digarap, tinggal bagaimana kita bisa konsisten membangun brand tersebut sehingga makin dikenal dan bisa menembus pasar ekspor,” jelasnya.
Ketika sebuah brand sudah kuat dan mampu memaksimalkan pemasaran secara digital maka akan mudah brandnya dikenal secara luas. Sebab, saat ini banyak pembeli baik dari dalam maupun luar negeri yang mencari informasi melalui internet sehingga jika ada satu brand yang dikenal dan sudah dipercaya maka secara otomatis pembeli pun akan datang dengan sendirinya.
Pemerintah sendiri melalui Kementerian BUMN juga terus mendukung pengembangan produk herbal salah satunya melalui penyelenggaraan Herb Euphoria Fest dengan menggandeng puluhan pengusaha UMKM herbal dari seluruh Indonesia yang sudah dikurasi oleh Kementerian BUMN.
Pameran khusus produk herbal tersebut digelar di dua tempat yakni di Sarinah, Jakarta dan Denpasar, Bali. Dipilihnya dua tempat ini juga sekaligus untuk mendorong agar produk herbal dari UMKM makin dikenal secara luas oleh konsumen tidak hanya dari Indonesia tetapi juga mancanegara.
Staf Ahli Keuangan dan Pengembangan UMKM Kementerian BUMN Loto Srinaita Ginting mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan wujud nyata komitmen Kementerian BUMN bersama-sama dengan perusahaan BUMN dalam mendukung pengembangan UMKM, khususnya yang bergerak dalam usaha herbal khas nusantara.
“Kegiatan ini juga diharapkan dapat memberikan edukasi mengenai kekayaan herbal nusantara dan mendorong gaya hidup sehat secara alami, khususnya pada generasi muda Indonesia,” tuturnya.
Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk pertumbuhan ekonomi di daerah.
Direktur SDM & Umum Pelindo Ihsanuddin Usman mengatakan dipilihnya Herb Euphoria Fest sebagai tema Bazar UMKM karena produk herbal memiliki pasar yang sangat besar dan Indonesia sebagai negara tropis memiliki sumber daya alam dan budaya pengelolaan herbal yang berkontribusi besar terhadap keberagaman produk UMKM lokal.
Kegiatan ini diikuti oleh 90 UMKM binaan BUMN Penyelenggara. Ada lebih dari 100 jenis produk olahan herbal, jamu, aromatherapy, makanan dan minuman, beauty and wellness, bahkan produk fesyen ramah lingkungan (eco print) dan kerajinan berbasis bahan-bahan alami.
Menurut Djoko, para pelaku UMKM Indonesia sebetulnya sangat diuntungkan dengan banyaknya lembaga yang membantu pengembangan pelaku usaha. Namun sayangnya belum banyak yang benar-benar serius membantu membukakan jalan bagi pelaku usaha untuk dapat masuk ke pasar ekspor.
“Mau ekspor sering kali pelaku UMKM terganjal. Meski sudah mengikuti pembinaan tetapi tetap saja harus bolak-balik dan sulit menembus [pasar ekspor]. Ujung-ujungnya yang ekspor lagi-lagi pemain besar,” tuturnya.
Baca juga: Merawat Kekayaan Herbal Indonesia Lewat Rasa yang Lebih Memanjakan Lidah
Selain itu, penting juga agar pemerintah membantu dalam hal pembiayaan sehingga pelaku usaha bisa membeli mesin sehingga proses produksinya bisa lebih cepat dan lebih modern dengan kualitas yang lebih terjaga.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.