Jadi Alternatif, Puluhan Fitofarmaka Ternyata Sudah Ada di Indonesia
Genhype, saat ini pemerintah fokus mengembangkan fitofarmaka loh. Buat yang belum tahu, fitofarmaka adalah obat dari bahan alami yang telah melalui proses uji klinis, dan memiliki khasiat setara dengan obat kimia.
Wakil Menteri Kesehatan, dr Dante Saksono Herbuwono, mengatakan fitofarmaka yang telah dikembangkan dan diproduksi di Indonesia antara lain immunomodulator, obat tukak lambung, antidiabetes, antihipertensi, obat untuk melancarkan sirkulasi darah, dan obat untuk meningkatkan kadar albumin.
Selain itu ada pula fitofarmaka yang akan dikembangkan yakni obat pelancar ASI, antihiperlipidemia-kolesterol, hepatoprotektor, pengobatan nyeri sendi, diare, peningkatan fungsi kognitif, percepatan penyembuhan luka, mengurangi nyeri haid, serta obat untuk meredakan gejala batuk juga pilek.
Dante menjelaskan obat berbahan baku kimia yang digunakan saat ini awalnya dikembangkan dari bahan alam. Sebagai contoh obat diabetes yang berasal dari tanaman.
"Saya ambil contoh bidang saya misalnya obat diabetes Metformin. Metformin tersebut dulunya adalah obat yang berasal dari daun yang diproduksi sebagai fitofarmaka di Prancis. Lima puluh tahun kita pakai metformin dan ternyata metformin tersebut sudah bisa kita gunakan sebagai obat yang diekstrak unsur kimiawinya secara spesifik," tutur Dante dikutip dari siaran pers, Selasa (9/11/2021).
(Baca juga: Luhut Pastikan Obat Covid-19 Molnupiravir & Paxlovid Diproduksi di Indonesia)
Dia menuturkan dari sekitar 11.218 tanaman obat, baru ada 26 fitofarmaka menurut data Kemenkes atau 35 fitofarmaka yang terdaftar menurut Nomor Izin Edar dari Badan POM.
Berdasarkan NIE dari BPOM RI sebanyak 23 produk fitofarmaka didaftarkan oleh PT Dexa Medica, 8 produk dari PT Ferron Par Pharmaceuticals, 2 produk dari PT Phapros, dan 2 produk dari PT Royal Medicalink Pharmalab. Produk fitofarmaka saat ini juga dikenal dengan sebutan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI).
Sekretaris Indofarma, Wardjoko Sumedi, mengatakan potensi pengembangan fitofarmaka di Indonesia terbuka lebar di tengah upaya untuk memasukan kategori produk farmasi ini ke dalam formularium nasional (Fornas) sebagai upaya pengobatan promotif dan preventif.
Dia berharap fitofarmaka bisa menjadi produk farmasi asli Indonesia yang digunakan dalam layanan kesehatan formal dan mampu dijangkau oleh banyak kalangan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan dan penyembuhan pasien.
Direktur Pengembangan Bisnis dan Saintifik Dexa Group, Dr Raymond Tjandrawinata, menilai pengembangan fitofarmaka bisa mengantisipasi terjadinya supply shock seperti yang sempat dialami industri farmasi di Indonesia pada awal pandemi Covid-19.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.