Pameran Betawi Punyé Gayé Bakal Hadirkan Lukisan Pergumulan Budaya di Jakarta
18 June 2024 |
16:12 WIB
5 pelukis dari Sanggar Garajas akan menggelar pameran bertajuk Betawi Punyé Gayé di Institut Francais Indonesie, Jakarta. Pameran yang akan digelar 20 Juni-6 Juli 2024 itu dalam rangka ulang tahun ke-497 Jakarta dan ulang tahun ke-50 Sanggar Garajas.
Karya-karya lukisan dalam pameran ini merupakan catatan sejarah perkembangan budaya dan seni dari masyarakat Betawi. Para pencinta seni di Indonesia akan menyaksikan karya-karya lukisan yang menggambarkan perpaduan antara budaya masyarakat Betawi dan juga dunia atau daerah lain.
Baca juga: Eksplorasi Diri Susi Necklin dalam Karya Berjudul Bergerak di Pameran Artchipelago
Dengan karya-karyanya, seniman yang terlibat dalam pameran akan banyak bermain dengan simbol-simbol yang menjadi ciri khas Jakarta ini, seperti ondel-ondel, tokoh atau karakter yang begitu identik dengan Betawi, dan sebagainya.
Selain itu, kalian juga dapat menikmati bagaimana simbolisme yang menggambarkan Betawi berbaur dengan simbol kemodernan, seperti sikap orang yang tidak pernah lepas dari teknologi dan kerap melakukan swafoto di acara pernikahan yang identik dengan budaya Betawi.
Seniman Jan Praba mengatakan bahwa Betawi atau Jakarta adalah tempat bermuaranya budaya dari seluruh Nusantara, bahkan dunia. Keberagaman di tanah Betawi ini tidak dapat dilepaskan dari peran sentralnya dalam bidang perekonomian sejak masa lalu.
"Banyak pendatang dari seluruh Nusantara dan dunia [ke Jakarta] untuk berniaga," katanya dalam siaran pers yang diterima Hypeabis.id, Selasa, 18 Juni 2024.
Kedatangan masyarakat dari berbagai tempat di tanah Betawi juga menyebabkan terjadinya proses pembauran dan penyerapan budaya, sehingga menyatu dalam struktur masyarakat. Pada akhirnya, akulturasi itu memperkaya budaya.
Menurutnya, peradaban yang maju dari sebuah Bangsa ditandai dengan kebudayaannya yang tinggi serta mempunyai nilai-nilai luhur bagi masyarakatnya. Budaya berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
Budaya juga merupakan keseluruhan sikap dan pola perilaku, kebiasaan, serta pengetahuan yang diwariskan dan dimiliki oleh suatu anggota masyarakat tertentu.
Sejarah panjang perjalanan masyarakat Betawi pun telah dimulai sejak zaman Neolitikum. Pada masa itu, masyarakat kuno yang menyebar di seluruh wilayah Jakarta mendiami tempat-tempat tertentu di sepanjang aliran sungai besar di Jakarta dan sekitarnya, seperti Ciliwung, Cisadane, Bekasi, dan Citarum.
Dari peninggalan alat-alat seperti kapak, beliung, pahat, pacul yang sudah cukup halus dan memakai gagang dari kayu, dapat disimpulkan bahwa masyarakat pada saat itu sudah mengenal pertanian. Bahkan, mungkin sudah mengenal struktur organisasi kemasyarakatn yang teratur. Tidak hanya itu, kesimpulan lainnya adalah budaya pada saat itu juga sudah berkembang.
Perkembangan itu dapat terlihat dari kekayaan dan keberagaman seni budaya yang dimiliki masyarakat Jakarta atau Betawi pada saat ini, sebagai dampak dari posisinya sebagai pusat pertemuan budaya Nusantara dan budaya dunia sejak dahulu kala.
"Sungai-sungai besar di sekitar Jakarta merupakan sarana transportasi yang baik pada masa itu serta membuka peluang terjadinya pembauran dan pertukaran budaya dari masyarakat luar Jakarta," ujarnya.
Baca juga: 5 Hal Menarik di Pameran Bumi, Masa Depan Kita dari Sejauh Mata Memandang
Dia menambahkan, seniman yang akan menjadi bagian dalam pameran ini selain diri sendiri, antara lain Aries Tanjung, Boan, Ernawan, dan Gadis Dharsono.
Editor: Fajar Sidik
Karya-karya lukisan dalam pameran ini merupakan catatan sejarah perkembangan budaya dan seni dari masyarakat Betawi. Para pencinta seni di Indonesia akan menyaksikan karya-karya lukisan yang menggambarkan perpaduan antara budaya masyarakat Betawi dan juga dunia atau daerah lain.
Baca juga: Eksplorasi Diri Susi Necklin dalam Karya Berjudul Bergerak di Pameran Artchipelago
Dengan karya-karyanya, seniman yang terlibat dalam pameran akan banyak bermain dengan simbol-simbol yang menjadi ciri khas Jakarta ini, seperti ondel-ondel, tokoh atau karakter yang begitu identik dengan Betawi, dan sebagainya.
Selain itu, kalian juga dapat menikmati bagaimana simbolisme yang menggambarkan Betawi berbaur dengan simbol kemodernan, seperti sikap orang yang tidak pernah lepas dari teknologi dan kerap melakukan swafoto di acara pernikahan yang identik dengan budaya Betawi.
Seniman Jan Praba mengatakan bahwa Betawi atau Jakarta adalah tempat bermuaranya budaya dari seluruh Nusantara, bahkan dunia. Keberagaman di tanah Betawi ini tidak dapat dilepaskan dari peran sentralnya dalam bidang perekonomian sejak masa lalu.
"Banyak pendatang dari seluruh Nusantara dan dunia [ke Jakarta] untuk berniaga," katanya dalam siaran pers yang diterima Hypeabis.id, Selasa, 18 Juni 2024.
Kedatangan masyarakat dari berbagai tempat di tanah Betawi juga menyebabkan terjadinya proses pembauran dan penyerapan budaya, sehingga menyatu dalam struktur masyarakat. Pada akhirnya, akulturasi itu memperkaya budaya.
Menurutnya, peradaban yang maju dari sebuah Bangsa ditandai dengan kebudayaannya yang tinggi serta mempunyai nilai-nilai luhur bagi masyarakatnya. Budaya berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
Budaya juga merupakan keseluruhan sikap dan pola perilaku, kebiasaan, serta pengetahuan yang diwariskan dan dimiliki oleh suatu anggota masyarakat tertentu.
Sejarah panjang perjalanan masyarakat Betawi pun telah dimulai sejak zaman Neolitikum. Pada masa itu, masyarakat kuno yang menyebar di seluruh wilayah Jakarta mendiami tempat-tempat tertentu di sepanjang aliran sungai besar di Jakarta dan sekitarnya, seperti Ciliwung, Cisadane, Bekasi, dan Citarum.
Dari peninggalan alat-alat seperti kapak, beliung, pahat, pacul yang sudah cukup halus dan memakai gagang dari kayu, dapat disimpulkan bahwa masyarakat pada saat itu sudah mengenal pertanian. Bahkan, mungkin sudah mengenal struktur organisasi kemasyarakatn yang teratur. Tidak hanya itu, kesimpulan lainnya adalah budaya pada saat itu juga sudah berkembang.
Perkembangan itu dapat terlihat dari kekayaan dan keberagaman seni budaya yang dimiliki masyarakat Jakarta atau Betawi pada saat ini, sebagai dampak dari posisinya sebagai pusat pertemuan budaya Nusantara dan budaya dunia sejak dahulu kala.
"Sungai-sungai besar di sekitar Jakarta merupakan sarana transportasi yang baik pada masa itu serta membuka peluang terjadinya pembauran dan pertukaran budaya dari masyarakat luar Jakarta," ujarnya.
Baca juga: 5 Hal Menarik di Pameran Bumi, Masa Depan Kita dari Sejauh Mata Memandang
Dia menambahkan, seniman yang akan menjadi bagian dalam pameran ini selain diri sendiri, antara lain Aries Tanjung, Boan, Ernawan, dan Gadis Dharsono.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.