Waspadai Penyakit Hipertensi di Usia 40, Begini Cara Mencegahnya
13 June 2024 |
19:00 WIB
Banyak masyarakat yang belum menyadari bahaya dari hipertensi karena sering kali penyakit ini tidak menunjukan gejala jangka panjang, tetapi justru bisa sangat mematikan akibat adanya komplikasi. Tak heran bila hipertensi sering disebut sebagai silent killer.
Karena itulah penting bagi kita untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai bahaya hipertensi, cara mencegah, dan mengelolanya jika sudah terkena penyakit ini.
Nah, bagi Genhype yang sudah memasuki usia 40 tahun, jangan remehkan tekanan darah tinggi karena kebanyakan orang mengalami penyakit hipertensi saat menginjak usia paruh baya meskipun saat ini makin banyak kelompok usia milenial yang rentan terkena hipertensi.
Baca Juga: Waspada 5 Komplikasi Hipertensi, Makanan Ini Bikin Tekanan Darah Naik
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (2018), prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 34,1 persen, dengan orang-orang berusia 25- 44 tahun dan mereka yang tinggal di perkotaan memiliki risiko lebih tinggi.
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Tanda dari penyakit hipertensi itu adalah ketika kamu memeriksa tekanan darah secara berulang, angka tensinya mencapai lebih atau sama dengan 140/90.
Lantas, apa saja faktor penyebab hipertensi dan bagaimana cara mencegahnya serta apakah hipertensi bisa sembuh total?
“Kebiasaan-kebiasaan tersebut dapat merusak kesehatan dan jika terus dilakukan, risiko terkena hipertensi juga semakin tinggi,” jelasnya.
Faktor lain yang juga dapat memicu hipertensi adalah konsumsi obat penghilang rasa nyeri, pil kontrasepsi, obat penurun berat badan yang populer di kalangan milenial, dan zat-zat stimulan seperti nikotin, yang dapat meningkatkan tekanan darah. Selain itu, faktor genetik dan penuaan juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap hipertensi.
“Jika tidak diobati dan dikelola, hipertensi dapat meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, dan gagal ginjal serta masalah kesehatan serius lainnya,” ucapnya.
Pencegahan menjadi kunci untuk menekan naiknya prevalensi hipertensi. Cara mencegah komplikasi dari hipertensi adalah
Jika saat ini kamu merasa baik-baik saja, tidak ada salahnya memeriksakan diri dahulu. Jika hasil pemeriksaan berulang menunjukkan tekanan darah tinggi tidak menurun maka lakukan pemeriksaan ke dokter agar mendapat pengobatan yang sesuai dengan kondisi.
“Inisiatif memeriksa tekanan darah sangat baik dilakukan karena hipertensi sering kali tidak menunjukkan gejala awal atau disebut dengan silent killer,” terangnya.
Baca Juga: Jangan Disepelekan, Efek Hipertensi Dapat Merusak Jantung, Ginjal Hingga Otak
Editor: M. Taufikul Basari
Karena itulah penting bagi kita untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai bahaya hipertensi, cara mencegah, dan mengelolanya jika sudah terkena penyakit ini.
Nah, bagi Genhype yang sudah memasuki usia 40 tahun, jangan remehkan tekanan darah tinggi karena kebanyakan orang mengalami penyakit hipertensi saat menginjak usia paruh baya meskipun saat ini makin banyak kelompok usia milenial yang rentan terkena hipertensi.
Baca Juga: Waspada 5 Komplikasi Hipertensi, Makanan Ini Bikin Tekanan Darah Naik
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (2018), prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 34,1 persen, dengan orang-orang berusia 25- 44 tahun dan mereka yang tinggal di perkotaan memiliki risiko lebih tinggi.
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Tanda dari penyakit hipertensi itu adalah ketika kamu memeriksa tekanan darah secara berulang, angka tensinya mencapai lebih atau sama dengan 140/90.
Lantas, apa saja faktor penyebab hipertensi dan bagaimana cara mencegahnya serta apakah hipertensi bisa sembuh total?
1. Faktor Penyebab Hipertensi
Medical Underwriter Sequis dr. Debora Aloina Ita Tarigan menjelaskan, penyebab utama naiknya tren hipertensi adalah karena gaya hidup yang tidak sehat, seperti sering mengonsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol, junk food, kurang bergerak, kebiasaan merokok dan menggunakan vape, konsumsi alkohol berlebihan, jam tidur tidak teratur, dan stres.“Kebiasaan-kebiasaan tersebut dapat merusak kesehatan dan jika terus dilakukan, risiko terkena hipertensi juga semakin tinggi,” jelasnya.
Faktor lain yang juga dapat memicu hipertensi adalah konsumsi obat penghilang rasa nyeri, pil kontrasepsi, obat penurun berat badan yang populer di kalangan milenial, dan zat-zat stimulan seperti nikotin, yang dapat meningkatkan tekanan darah. Selain itu, faktor genetik dan penuaan juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap hipertensi.
2. Cara Cegah Hipertensi
Menurutnya, ketika seseorang sudah terkena hipertensi maka harus bisa dikelola sebelum terjadi masalah kesehatan yang lebih serius.“Jika tidak diobati dan dikelola, hipertensi dapat meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, dan gagal ginjal serta masalah kesehatan serius lainnya,” ucapnya.
Pencegahan menjadi kunci untuk menekan naiknya prevalensi hipertensi. Cara mencegah komplikasi dari hipertensi adalah
- Berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan anjuran sesuai kondisi riwayat kesehatan.
- Kepatuhan menjalankan pengobatan dengan konsumsi obat hipertensi sesuai dosis dan jadwal serta melakukan pemeriksaan secara berkala menjadi kunci untuk mengendalikan tekanan darah pada tingkat yang lebih baik.
- Mengubah gaya hidup ke arah yang lebih sehat, seperti olahraga rutin, tidur cukup, pola makan dengan diet yang sehat serta mengurangi asupan garam dan MSG, berhenti merokok dan vape, menghindari minuman beralkohol, serta rutin memeriksakan tekanan darah.
- Miliki asuransi kesehatan saat usia masih muda. Sebab, jika sudah terdiagnosa hipertensi maka prioritaskan untuk memantau kondisi kesehatan dengan rutin kontrol tekanan darah dan perbaiki pola hidup.
3. Hipertensi Tidak Dapat Sembuh
Debora mengatakan bahwa hipertensi cenderung tidak dapat sembuh, tetapi dapat dikontrol dengan mengonsumsi obat sesuai dosis dari dokter. Konsisten dan disiplin mengonsumsi obat sangat penting untuk memastikan efektivitasnya.Jika saat ini kamu merasa baik-baik saja, tidak ada salahnya memeriksakan diri dahulu. Jika hasil pemeriksaan berulang menunjukkan tekanan darah tinggi tidak menurun maka lakukan pemeriksaan ke dokter agar mendapat pengobatan yang sesuai dengan kondisi.
“Inisiatif memeriksa tekanan darah sangat baik dilakukan karena hipertensi sering kali tidak menunjukkan gejala awal atau disebut dengan silent killer,” terangnya.
Baca Juga: Jangan Disepelekan, Efek Hipertensi Dapat Merusak Jantung, Ginjal Hingga Otak
Editor: M. Taufikul Basari
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.