Beberapa karya dalam pameran Redefine di Elcanna Gallery (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Eksplorasi Media & Material dalam Pameran Redefine di Elcanna Gallery

07 June 2024   |   22:00 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Beragam karya dari 2 dimensi sampai dengan 3 dimensi terpampang dalam pameran Redefine di Elcanna Gallery, Jakarta. Ekshibisi yang melibatkan tujuh seniman muda Tanah Air itu dapat dinikmati publik, berlangsung pada 1 Juni sampai 1 Juli 2024.

Ketujuh seniman itu adalah Putra Wali Aco, Anagard, I Kadek Suardana, I Made Surya Subratha, I wayan Adi Sucipta, Riki Antoni, dan Yula Setyowidi. Mereka hadir dengan berbagai eksplorasi media, tema, hingga, kemungkinan eksplorasi berbasis teknologi termutakhir. 

Hal ini terefleksi misalnya dalam lukisan berjudul Will Blooming, We Are Embrace (drawing on black syntetic canvas 118x54 cm, 2024 karya I Made Surya Subratha. Tampak ledang, lukisan ini memvisualkan karakter imajinatif manusia dan tumbuhan yang digambar dalam warna monokrom. 

Namun, alih-alih menggambarkan fiksi, sang seniman justru mereduksi ulang realitas sehari-hari. Hasilnya, pengunjung akan menemukan realita baru yang absurd sekaligus acak, sehingga bakal menimbulkan perenungan untuk memahami pengalaman yang dicerap dalam keseharian. 

Baca juga: Albert Yonathan Setyawan Gelar Pameran Tunggal Transitory Nature of Earthly Joy di Tumurun Museum
 

Putra Wali Aco lain lagi. Kali ini perupa muda itu memboyong karya tiga dimensi berjudul Umbul-umbul (mix media 240x150 cm, 2023). Terinspirasi dari umbul-umbul di Bali, sang seniman mencoba membekukan gerak umbul-umbul yang tertiup angin dengan material kain hingga resin penuh dengan metafora. 

Figur-figur naga yang digambarkan dalam karya ini tampak meliuk diterpa angin. Di samping itu, sepilihan warna yang digunakan juga merepresentasikan arah mata angin. Seperti hitam, atau warna yang berada di utara, putih di timur, merah di selatan, kuning di barat, dan biru di barat laut. 

Memasuki lantai dua, pengunjung akan disambut karya Anagard berjudul Love or Lust (stencil spray paint on canvas, 160x100 cm, 2024). Lewat karya ini sang seniman seolah sedang memaknai ulang menganai misteri dalam sebuah hubungan, yang digambarkan lewat dua objek yang saling merangkul. 

"Karya ini mencoba memvisualkan hubungan toxic relationship penuh dengan sifat diskriminasi. Seperti direndahkan, disakiti, dan dirundung. Hal itu perlu dipertanyakan, sebab jika terdapat hubungan tidak sehat apakah hubungan tersebut berdasarkan love or lust," paparnya. 

Seniman Yula Setyowidi juga menampilkan pola ekspresi berbeda lewat karya berjudul Sweet Dreams (acrylic, spray paint on canvas, 100x130 cm, 2023). Dalam karya ini, dia menggambarkan objek non gender dengan mengetengahkan palet berwarna cerah, seperti ungu, merah muda, dan biru, sehingga memberi kesan hangat.

Pola yang sama juga dihadirkan dalam karya berjudul Spirit of Mother (acrylic, spray paint on canvas, 100x 130cm, 2023). Namun, berbeda dari karya sebelumnya, objek yang ditampilkan dalam lukisan dengan ikon mata ikan itu bernuansa lebih surealis. Yaitu dengan mencampurkan berbagai objek bagian hewan dalam satu tubuh karakter.

"Karya-karya ini diangkat dari keresahanku tentang identitas. Jadi aku mencoba membuat figur tanpa gender, tapi publik tentu bisa memiliki interpretasi lain," katanya. 
 

Karya Anagard berjudul  Love or Lust (stencil spray paint on canvas, 160x100 cm, 2024).

Karya Anagard berjudul Love or Lust (stencil spray paint on canvas, 160x100 cm, 2024).

Kurator pameran, Wayan Seriyoga Parta mengatakan, ekshibisi yang menandai aktifnya lagi galeri di Jakarta itu ingin menampilkan dinamika konvensi dalam perkembangan seni rupa kontemporer. Salah satunya lewat keragaman tema dan subject matter yang digunakan oleh para seniman. 

Menurutnya, rekam jejak seni rupa kontemporer telah memberikan berbagai kemungkinan untuk hadirnya berbagai eksplorasi. Mulai dari media, tema, hingga, berbagai kemungkinan eksplorasi berbasis teknologi terkini, termasuk artificial intelligence (AI).

Di samping itu, kronik dinamika konvensi dalam perkembangan seni rupa kontemporer juga menjadi daya tarik yang tidak pernah selesai untuk dikaji dan diwacanakan. Pluralitas seni rupa kontemporer memberikan ruang terbuka untuk hadirnya berbagai kreasi dan eksplorasi tanpa batas. 

"Pameran ini mencoba kembali menghadirkan dinamika perkembangan tersebut, melalui pemilihan perupa-perupa yang menjalani laku kreativitas pada praksis-praksis melampaui konvensi dan lintas batas antara konvensi dan perluasan media," katanya. 

Baca juga: Mengintip Pameran Arsip Benyamin Suaeb, Ada Koleksi Vinyl dan Pita Kaset Lagu-lagu Bang Ben

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Band ECLIPSE dari Lovely Runner Pecahkan Rekor Pre-order Album OST Korea Tertinggi

BERIKUTNYA

Cara Perupa Albert Yonathan Setyawan Merekam Waktu Lewat Eksplorasi Tanah Liat

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: