Dullah, Bung Karno di Tengah Revolusi A, 1965 (Sumber gambar: Museum MACAN)

Museum MACAN Gelar Koleksi Karya Maestro Lukis dalam Pameran Kolektif

04 June 2023   |   08:30 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Museum MACAN kembali menggelar pameran untuk publik. Galeri seni yang berlokasi di Jakarta Barat itu menggelar pameran kolektif berjudul di sini, d.l.l. yang menampilkan sederet karya penting yang mengeksplorasi kompleksitas sejarah serta narasi terkait lokasi yang berhubungan dengan Indonesia.

Karya-karya yang ditampilkan merupakan koleksi milik museum. Pada pameran ini, istilah ‘d.l.l’ menjadi titik awal untuk terlibat dalam beberapa percakapan kompleks yang muncul ketika kita berpikir tentang manifestasi kekuasaan di ranah publik dan
hubungannya dengan bentang alam dan kedaerahan Indonesia.

Baca juga: Pameran Reformas!h In Absentia: Menyelami Momen-Momen Bersejarah Mei 1998

Judul pameran ini merujuk kembali pada sebuah kalimat dalam teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Sukarno--presiden pertama Republik Indonesia)--pada tanggal 17 Agustus 1945. Penggunaan ‘d.l.l.’ yang merupakan kepanjangan dari ‘dan lain-lain’ atau hal serupa lainnya dalam teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia, menjadi referensi terkait peralihan kekuasaan.

Namun, perumusan naskah proklamasi yang disusun pada kekosongan kekuasaan menuju akhir Perang Dunia II meninggalkan beberapa detail yang tidak ditetapkan secara baku oleh para penggagas gerakan kemerdekaan.

Raden Saleh Sjarif Boestaman, Javanese Mail Station, 1876 (Sumber gambar: Museum MACAN)

Berangkat dari gagasan tersebut, pameran di sini, d.l.l. menampilkan lukisan-lukisan utama dari koleksi Museum yang menggambarkan lanskap, di antaranya dua lukisan oleh Raden Saleh (l. Hindia Belanda, sekitar 1811–1880), di mana karya Indies Landscape (1853) dan Javanese Mail Station (1879) adalah lukisan yang terhubung dengan pengalaman kolonial. 

Hal ini terlihat kontras dengan lukisan View across the Sawahs to Gunung Agung (1939) oleh Walter Spies (l. Russia, 1895–1942) yang menggambarkan imajinasi Eropa mengenai Bali yang mistis, sensual, dan sinematik. 

Selain itu, karya-karya S. Sudjojono, Hendra Gunawan, Affandi, Itji Tarmizi, Sudjana Kerton, dan perupa Indonesia lainnya yang hadir pada masa Kemerdekaan Indonesia dari zaman penjajahan, menandai sejumlah cara yang dilakukan oleh para perupa untuk merepresentasikan rakyat jelata dalam bentuk seni lukis, dan menjadi upaya untuk mendefinisikan identitas nasional yang merefleksikan pengalaman sosial dan budaya setempat.
 


Aaron Seeto selaku Direktur Museum MACAN mengatakan, referensi frasa ‘dan lain-lain’ secara puitis mengizinkan siapapun untuk memposisikan berbagai gagasan lokalitas yang beragam dan terkadang saling bertentangan ke dalam diskusi yang ada saat ini.

Dengan kesadaran bahwa ada banyak pembicaraan penting yang perlu dikemukakan antara lain peran perempuan dan ketidakhadiran mereka dalam narasi utama sejarah seni rupa, realitas kerusakan lingkungan yang digerus pembangunan, kekerasan dalam politik, dan penyalahgunaan kekuasaan, sekaligus keberagaman agama dan suku yang membingkai erat identitas keindonesiaan.

"Pameran ini mengingatkan kita pada betapa isu terkait identitas, kepemilikan, dan keterikatan pada suatu wilayah merupakan proses yang berkesinambungan," katanya.

Adapun, pameran ini juga menampilkan karya-karya dari sejumlah pelukis lain baik dari dalam maupun luar negeri seperti Adrien-Jean Le, Affandi, Ahmad Sadali, Alexander Sebastianus, Arahmaiani, Ashley Bickerton, Ay Tjoe Christine, Djoko Pekik, Dullah, F.X. Harsono, Hendra Gunawan dan Handiwirman Saputra.

Selain itu, ada pula karya-karya dari I GAK Murniasih, I Gusti Nyoman Lempad, Irfan Hendrian, Itji Tarmizi, Jeihan Sukmantoro, Lee Man Fong, Maryanto, Miguel Covarrubias, Nadiah Bamadhaj, Raden Saleh, Rudi Mantofani, Rudolf Bonnet, Rusli, Sudjana Kerton, S. Sudjojono, Sunaryo, Theo Meier, Trubus Soedarsono, Walter Spies, dan Widayat.

Baca juga: Seniman Syakieb Sungkar Bakal Gelar Pameran di Cemara 6 Galeri – Toeti Heraty Museum

Bagi kalian yang ingin menikmati pameran di sini, d.l.l. bisa membeli tiket masuk terlebih dahulu sebesar Rp25.000 melalui laman www.museummacan.org/tickets ataupun secara langsung di tempat. Selain itu, tiket juga tersedia di sejumlah aplikasi lainnya seperti gotix, Traveloka, dan tiket.com.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Dua Pertunjukan Mengangkat Multikulturalisme Jawa Hadir di Galeri Indonesia Kaya

BERIKUTNYA

Seni Bodor Sunda Ala Miss Tjitjih Pecah dalam Pentas Teater Kuntilanak Mangga Dua

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: