Jelajah Gastronomi di Cagar Budaya Muarajambi, Ada Ratus Belut hingga Cuko No
03 July 2024 |
14:24 WIB
Revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi resmi dimulai pada Juni 2024 dengan prosesi adat Tegak Tiang Tuo. Perubahan wajah situs terluas di Asia Tenggara itu tak lepas dari peran Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dan warga Muaro Jambi.
Menyimpan berbagai nilai sejarah, di tempat ini nantinya akan dibangun museum untuk menampung artefak yang merepresentasikan budaya Jambi. Hadirnya museum, diharapkan juga dapat menjadi laboratorium pengetahuan yang bisa diakses semua kalangan secara lebih inklusif.
Baca juga: Ubud Bali Siap Jadi Prototipe Gastronomi Dunia
Namun, tak hanya unsur pendidikan dan kebudayaan yang menjadi potensi situs yang ditopang oleh delapan desa itu. Kawasan ini juga menyimpan warisan gastronomi lokal yang wajib dicicipi saat melancong ke daerah sekitar Candi yang berusia lebih dari 1300 tahun tersebut.
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V Jambi, Agus Widiatmoko dalam siaran tertulisnya menjelaskan, Jambi memiliki banyak tanaman pangan sehingga membuat masyarakatnya bisa lebih mandiri. Potensi inilah yang membuat kuliner Jambi jadi cukup autentik, baik dalam bentuk makanan sehari-hari, obat-obatan, hingga minuman tradisional.
"Melalui kolaborasi erat dengan masyarakat lokal, kami ingin menghidupkan kembali tradisi spiritual dan pendidikan yang kaya. Dengan begitu, pengunjung yang hadir tidak hanya datang untuk melihat keindahan candi, tetapi juga bisa merasakan pengalaman gastronomi yang menarik,"katanya.
Selaras, Pendiri Javara, Helianti Hilman mengatakan Jambi menyimpan ragam kekayaan yang potensial untuk dimanfaatkan. Berbagai jamuan di Muaro Jambi juga didasarkan pada karakter bentang alam dan keselarasan hidup antara masyarakat dengan lingkungan mereka, terutama dalam mengolah sumber pangan.
"Lewat edukasi, warga desa senantiasa dilatih menyediakan gastronomi lewat keanekaragaman hayati yang ada di alam. Ke depan, kami berharap para pengunjung bisa merasakan pengalaman dan cerita rasa dari kawasan candi ini," katanya.
Lantas, apa saja keunikan kuliner berbasis alam yang dapat dinikmati saat berkunjung ke KCBN Muarajambi? Dihimpun dari sumber resmi, berikut di antaranya:
Sebagai wilayah yang terdiri dari lahan basah, rawa di Jambi menjadi sumber daya alam yang penting untuk menyediakan produk makan, salah satunya belut. Daging belut yang hidup di rawa sendiri memiliki tinggi kadar protein dan mampu menjaga kesehatan mata hingga mencegah anemia.
Di Muaro Jambi, ikan belut biasanya dimasak menjadi olahan rempah ratus belut dengan bumbu tradisional yang sebelumnya diolah melalui proses pembakaran dan dimasak dengan ratusan rempah. Uniknya, rempah disini berupa bumbu dan daun daunan yang terdiri dari 120 jenis dedaunan yang tentunya mempunyai khasiat tersendiri.
Air Secang adalah minuman yang dibuat menggunakan isi terdalam dari batang sepang yang kemudian diserut kecil-kecil. Untuk penyajiannya, cukup tambahkan gula batu dan biji selasih. Sebagai minuman khas dari zaman nenek moyang, minuman ini dipercaya dapat menurunkan panas dalam, melancarkan pencernaan, hingga menolak dari serangan racun.
Selain sebagai pusat kegiatan sosial dan budaya, sungai di Jambi turut menjadi habitat bagi spesies ikan, seperti ikan ruwan (gabus). Oleh warga sekitar, berbagai jenis ikan tersebut biasanya diolah dengan cara dibakar, disenggung, digulai, dan digoreng untuk kemudian dijadikan lauk pangan sehari-hari.
Ada pula ikan mudik yang terdiri dari berbagai macam, seperti ikan seluang, bajubang, lambak, ringo, barengit, susur batang dan banyak lagi. Alasan dinamakan ikan mudik, yakni sesuai dengan proses perjalanan panjang mereka baik sebelum banjir hingga saat banjir.
Karena keberadaannya yang melimpah, berbagai jenis ikan ini banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai lauk. Bahkan beberapa juga diolah menjadi kerupuk ikan, tempek ikan, bakasam ikan, rusip ikan, bakso ikan, hingga pempek ikan, yang bisa dijadikan oleh-oleh saat pulang melancong dari sana.
Merupakan kuah cuko yang digunakan sebagai tambahan asam pada sambal. Beberapa manfaatnya seperti mengecilkan perut, menambah selera makan, hingga kesehatan rahim wanita. Cara mengkonsumsinya bisa menggunakan ikan panggang yang kemudian dicocol ke dalam cuka tersebut.
Baca juga: Dukung Gastronomi Berkelanjutan, Ini 4 Kiat yang Bisa Dilakukan
Cuko No biasanya dibuat dari air nira aren yang dimasakan menggunakan tungku api. Oleh penduduk setempat gula aren ini juga dibuat sebagai pemanis minuman, alih-alih menggunakan gula tebu. Beberapa khasiatnya yakni untuk mengobati panas dalam hingga melancarkan pencernaan.
Editor: Fajar Sidik
Menyimpan berbagai nilai sejarah, di tempat ini nantinya akan dibangun museum untuk menampung artefak yang merepresentasikan budaya Jambi. Hadirnya museum, diharapkan juga dapat menjadi laboratorium pengetahuan yang bisa diakses semua kalangan secara lebih inklusif.
Baca juga: Ubud Bali Siap Jadi Prototipe Gastronomi Dunia
Namun, tak hanya unsur pendidikan dan kebudayaan yang menjadi potensi situs yang ditopang oleh delapan desa itu. Kawasan ini juga menyimpan warisan gastronomi lokal yang wajib dicicipi saat melancong ke daerah sekitar Candi yang berusia lebih dari 1300 tahun tersebut.
Candi Kedaton, salah satu candi di kawasan KCBN Muarajambi yang telah direvitalisasi (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)
"Melalui kolaborasi erat dengan masyarakat lokal, kami ingin menghidupkan kembali tradisi spiritual dan pendidikan yang kaya. Dengan begitu, pengunjung yang hadir tidak hanya datang untuk melihat keindahan candi, tetapi juga bisa merasakan pengalaman gastronomi yang menarik,"katanya.
Selaras, Pendiri Javara, Helianti Hilman mengatakan Jambi menyimpan ragam kekayaan yang potensial untuk dimanfaatkan. Berbagai jamuan di Muaro Jambi juga didasarkan pada karakter bentang alam dan keselarasan hidup antara masyarakat dengan lingkungan mereka, terutama dalam mengolah sumber pangan.
"Lewat edukasi, warga desa senantiasa dilatih menyediakan gastronomi lewat keanekaragaman hayati yang ada di alam. Ke depan, kami berharap para pengunjung bisa merasakan pengalaman dan cerita rasa dari kawasan candi ini," katanya.
Lantas, apa saja keunikan kuliner berbasis alam yang dapat dinikmati saat berkunjung ke KCBN Muarajambi? Dihimpun dari sumber resmi, berikut di antaranya:
1. Rempah Ratus Belut
Rempah Ratus Belut (Sumber gambar: Javara)
Di Muaro Jambi, ikan belut biasanya dimasak menjadi olahan rempah ratus belut dengan bumbu tradisional yang sebelumnya diolah melalui proses pembakaran dan dimasak dengan ratusan rempah. Uniknya, rempah disini berupa bumbu dan daun daunan yang terdiri dari 120 jenis dedaunan yang tentunya mempunyai khasiat tersendiri.
2. Air Secang
Air Secang adalah minuman yang dibuat menggunakan isi terdalam dari batang sepang yang kemudian diserut kecil-kecil. Untuk penyajiannya, cukup tambahkan gula batu dan biji selasih. Sebagai minuman khas dari zaman nenek moyang, minuman ini dipercaya dapat menurunkan panas dalam, melancarkan pencernaan, hingga menolak dari serangan racun.
3. Kerupuk Ikan Mudik
Selain sebagai pusat kegiatan sosial dan budaya, sungai di Jambi turut menjadi habitat bagi spesies ikan, seperti ikan ruwan (gabus). Oleh warga sekitar, berbagai jenis ikan tersebut biasanya diolah dengan cara dibakar, disenggung, digulai, dan digoreng untuk kemudian dijadikan lauk pangan sehari-hari.Ada pula ikan mudik yang terdiri dari berbagai macam, seperti ikan seluang, bajubang, lambak, ringo, barengit, susur batang dan banyak lagi. Alasan dinamakan ikan mudik, yakni sesuai dengan proses perjalanan panjang mereka baik sebelum banjir hingga saat banjir.
Kerupuk Ikan Mudik (Sumber gambar: Javara)
4. Cuko No
Merupakan kuah cuko yang digunakan sebagai tambahan asam pada sambal. Beberapa manfaatnya seperti mengecilkan perut, menambah selera makan, hingga kesehatan rahim wanita. Cara mengkonsumsinya bisa menggunakan ikan panggang yang kemudian dicocol ke dalam cuka tersebut.Baca juga: Dukung Gastronomi Berkelanjutan, Ini 4 Kiat yang Bisa Dilakukan
Cuko No biasanya dibuat dari air nira aren yang dimasakan menggunakan tungku api. Oleh penduduk setempat gula aren ini juga dibuat sebagai pemanis minuman, alih-alih menggunakan gula tebu. Beberapa khasiatnya yakni untuk mengobati panas dalam hingga melancarkan pencernaan.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.