Ilustrasi Olahraga di Pusat Kebugaran (Sumber Foto: Freepik)

Gejala, Penyebab, dan Pertolongan Pertama Henti jantung Mendadak di Tempat Umum

01 June 2024   |   19:00 WIB
Image
Kintan Nabila Jurnalis Hypeabis.id

Henti jantung mendadak (HJM) atau sudden cardiac arrest membuat seseorang kehilangan kesadaran secara mendadak dan jatuh. Kejadian ini seringkali ditemui di tempat umum dan keramaian. HJM menempati 50 persen dari kematian terkait masalah jantung, baik yang memiliki riwayat penyakit jantung maupun tidak.

Data dari European Society of Cardiology (ESC) menyebutkan, HJM terjadi pada 50 dari 100.000 pasien berusia 50-60 tahun dan lebih sering terjadi pada  laki-laki. Henti jantung paling sering terjadi akibat penyakit jantung koroner (PJK), yakni sebanyak 75-80 persen kasus. Aktifitas fisik dan olahraga berat menjadi penyebab umum terjadinya henti jantung.

Baca juga: Waspadai Trigliserida, Lemak Darah yang Bisa Memicu Penyakit Jantung dan Strok

Dr. Alexandra Gabriella, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari RS Pondok Indah - Bintaro Jaya menjelaskan bahwa, henti jantung adalah kondisi jantung yang berhenti secara mendadak. Perlu diketahui, jantung mulai berdetak  sejak manusia masih menjadi janin, yakni sekitar 6 minggu di kandungan ibu dan bisa berhenti berdetak kapan saja.

Gejala henti jantung meliputi tiga tanda berikut, yakni tidak bernapas, pingsan, atau kejang-kejang. Meski begitu, orang yang mengalami gejala tadi belum tentu benar mengalami henti jantung. Oleh karenanya, perlu dipastikan oleh orang terdekat yang bisa memberikan pertolongan dengan sigap.

"Sesuai latihan bantuan hidup dasar, kita bisa memanggi-manggil orang tersebut, lalu mengecek nadinya apakah teraba atau tidak, kalau tidak ada responnya langsung panggil bantuan peramedis," kata Alexandra, pada Hypeabis.id.

Lebih lanjut dia memaparkan, cara meraba nadi diri sendiri bisa memegang bagian lengan. Namun, saat meraba nadi orang lain cobalah cari di leher tepatnya di pembuluh darah besar arteri. Paramedis akan memberikan resusitasi jantung paru (CPR) untuk mengembalikan kemampuan bernapas serta sirkulasi darah dalam tubuh seseorang.

Adapun penyebab henti jantung, bisa disebabkan oleh beberapa kemungkinan. Pertama, terjadinya sumbatan pembuluh darah koroner sehingga menyebabkan gangguan pada aliran listrik jantung. 

"Jantung dianalogokan seperti rumah, ada dinding, pintu, pipa air, dan kabel listriknya, kalau kita sering dengar orang yang jantungnya dipasang ring, itu artinya pipa airnya atau pembuluih darah koronernya tersumbat," kata Alexandra.

Pembuluh darah koroner yang tersumbat total tbisa menggangu aliran listrik jantung karena oksigennya tidak bisa lewat, sehingga listriknya kacau dan menyebabkan gangguan irama jantung, lalu henti jantung. Aliran listrik pada jantung tidak kasat mata, untuk mengetahuinya harus dilakukan pemeriksaan oleh dokter dengan EKG di rumah sakit.

Namun, apabila pembuluh darah koronernya tidak tersumbat, apakah seseorang bisa mengalami henti jantung? Alexandra menjawab bahwa hal tersebut kmungkinan bisa terjadi. Penyebabnya berkaitan dengan kelainan genertik, gangguan irama jantung (aritmia), atau penyakit lain yang berhubungan dengan sel listrik dii jantung sepeerti sindrom brugada, sindrom Long QT, Sindrom Wolff Parkinson White, dan lainnya.
 

Henti Jantung saat Olahraga Berat

Seringkali kita melihat, orang-orang kehilangan kesadaran dan pingsan mendadak saat berolahraga di pusat kebugaran. National Heart, Lung, and Blood Institute menyebutkan bahwa henti jantung bisa terjadi saat berolahraga berat, baik pada orang yang tidak punya atau punya riwayat penyakit jantung.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Circulation juga mengungkap, kasus henti jantung dapat terjadi selama olahraga dan kurang lebih 1 jam setelahnya, meskipun angka kejadiannya cukup jarang. Berdasarkan studi tersebut, jenis olahraga yang paling umum menyebabkan henti jantung adalah latihan di gim, lari, bersepeda, berenang, bermain bola basket, dan menari. Salah satu latihan berat, seperti deadlift atau angkat beban merupakan yang paling berisiko tinggi.

"Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan henti jantung saat latihan deadlift di gym, mulai dari kesalahan teknik sampai kondisi medis tertentu," kata Antonius Andi Kurniawan, dokter Spesialis Kedokteran Olahraga Sport Medicine Injury and Recovery Center.

Deadlift adalah latihan beban yang menuntut banyak tenaga sehingga dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan denyut jantung yang signifikan secara tiba-tiba. Bagi orang yang memiliki riwayat penyakit jantung, jenis olahraga ini berpotensi besar menyebabkan henti jantung.

Faktor lainnya yang bisa menyebabkan henti jantung adalah kelelahan ekstrem. Saat tubuh sudah lelah sebaiknya jangan dipaksa untuk melakukan olahraga. Kelelahan dapat membuat pikiran dan tubuh stres, juga dikhawatirkan terjadi cedera. Selain itu, orang dengan kondisi medis tertentu, seperti riwayat penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes, dan kolesterol tinggi, juga mesti berhati-hati saat melakukan latihan beban ini.

"Bagi yang ingin melakukan deadlift dengan aman dan mengurangi risiko cedera, sebaiknya menerapkan teknik yang tepat dan persiapan yang matan," ujar Antonius.

Masih banyak orang yang melakukan deadlift dengan teknik yang salah. Misalnya, saat mengangkat beban berat, kita cenderung menahan napas supaya bisa mengerahkan tenaga ekstra. Hal ini justru akan meningkatkan tekanan darah dan mengurangi aliran oksigen ke jantung, yang akhirnya menyebabkan henti jantung.

"Teknik deadlift yang tidak tepat dapat menyebabkan ketegangan pada otot, menimbulkan cedera otot, dan memicu kerja jantung yang berat," kata Antonius. 
 

Olahraga yang Aman untuk Orang dengan Riwayat Penyakit Jantung

Bagi orang yang memiliki riwayat penyakit jantung, sebetulnya tidak bisa sembarangan melakukan olahraga. Jenis-jenis olahraga yang dilakukan, baik ringan-sedang-berat semuanya baru boleh dilakukan setelah berkonsultasi dengan dokter jantung.

"Pasien akan diminta berjalan di treadmill, lalu dilakukan pengetesan untuk mengetahui kemampuan tubuhnyanya untuk berolahraga, kemudian dokter akan mengeluarkan resep latihan atau olahraga yang aman dilakukan," ujar dokter Alexandra.

Olahraga yang bisa dilakukan, misalnya latihan kardio dengan jalan kaki sejauh 2,5 kilo dalam 30 menit. Umumnya, olahraga yang sifatnya kompetitif dan berat tidak disarankan bagi pengidap penyakit jantung.

Baca juga: Teknik & Persiapan Latihan Deadlift Agar Terhindar dari Risiko Henti Jantung

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

4 Alat Dapur Canggih yang Bisa Mendukung Gaya Hidup Lebih Sehat 

BERIKUTNYA

Tema, Logo & Sejarah Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2024

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: