Ilustrasi gangguan jantung (Sumber gambar: Freepik)

Mengenal Perbedaan Henti Jantung & Serangan Jantung Serta Faktor Risikonya

13 October 2022   |   15:00 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Selama ini masih banyak orang yang menganggap henti jantung dan serangan jantung adalah satu penyakit yang sama. Meski sama-sama penyakit mematikan, sebenarnya henti jantung dan serangan jantung adalah dua kondisi yang berbeda. Gangguan kedua penyakit tersebut juga sama-sama berbahaya.

Jantung yang rusak dapat memicu kerusakan permanen pada otak atau bahkan menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kedua penyakit ini memang harus diwaspadai oleh banyak orang.

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah konsultan Muhammad Fadil mengatakan serangan jantung sangat sering dan mungkin bisa terjadi di sekitar kita. Salah satu kasus yang cukup viral ialah serangan jantung yang menimpa pemain sepak bola asal Denmark, Christian Eriksen, yang terkena serangan jantung pada salah satu pertandingan Euro 2020.

Baca juga: Peringatan Hari Jantung Sedunia, Duh Kasus Kardiovaskular Sudah Lintas Usia

Sementara itu, kasus henti jantung juga tidak kalah sering. Setiap tahun ada 17,9 juta kematian. Dalam setiap 90 detik, ada seseorang yang meninggal akibat henti jantung.


Perbedaan Henti Jantung dan Serangan Jantung

Menurut Fadil, serangan jantung dan henti jantung memang memiliki definisi yang berbeda. Henti jantung adalah terjadinya suatu gangguan irama jantung sehingga organ vital tersebut bisa terhenti. Masalah ini ditumbulkan karena adanya masalah elektrik atau penyakit ventrikel fibrilasi.

Seseorang yang terkena henti jantung mesti mendapatkan pertolongan pertama berupa CPR atau kejut jantung. Sebab, jika telat sedikit saja, korban akan mengalami kerusakan otak hingga kematian.

Adapun serangan jantung umumnya disebabkan oleh sirkulasinya. Jadi, ada penyumbatan di dalam pembuluh darah yang menimbulkan gangguan pada jantung. Otot pada jantung tidak lagi mendapatkan aliran darah sesuai kebutuhan sehingga fungsi jantung untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh jadi terganggu.

Sumbatan pada pembuluh darah bisa terjadi karena munculnya timbunan kolesterol yang pada akhirnya membentuk plak di dinding. Oleh karena itu, diharapkan semua orang rajin memantau kadar kolesterol di dalam darah. Tidak terpantaunya kolesterol bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami serangan jantung.


Faktor Risiko Penyakit Jantung

Fadil mengatakan ada beberapa faktor risiko seseorang terkena penyakit jantung. Secara umum, faktor risiko tersebut dibagi dua, yakni yang tidak dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi.

Faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah umur. Pertambahan usia akan meningkatkan risiko penyakit jantung, terutama di atas 45 tahun untuk laki-laki dan 55 tahun untuk perempuan. Kemudian, jenis kelamin juga bisa memengaruhi. Setelah usia menopause, perempuan memiliki risiko penyakit jantung yang setara dengan laki-laki.

Selain itu,riwayat keluarga atau keturunan juga jadi faktor seseorang akan lebih rentan terkena penyakit jantung. Seseorang yang memiliki ayah atau saudara laki-laki yang terkena serangan jantung sebelum 55 tahun memiliki peningkatan risiko lebih dibandingkan dengan orang lain.

Meskipun demikian, ada pula faktor-faktor risiko yang sebenarnya bisa dihindari, misalnya merokok. Sebab, merokok membuat jaringan tubuh tidak mendapat oksigen yang cukup, merusak pembuluh darah, dan meningkatkan kadar kolesterol serta tekanan darah.

Selanjutnya, kadar kolesterol sebaiknya berada di kurang dari 200, LDL di bawah 116, dan triglyserida di bawah 150. Selain itu, seseorang yang memiliki hipertensi juga sebaiknya tekanan darahnya tidak lebih dari 140/90. Tekanan darah tinggi juga dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan meningkatkan beban kerja jantung.

Terakhir, seseorang yang memiliki diabetes melites juga mesti menjaga gula darahnya di bawah 100. Sebab, diabates melitus bisa menyebabkan terjadinya kerusakan pembuluh darah di seluruh tubuh, termasuk pada jantung. Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk aktif berolahraga, menjaga berat badan lebih ideal, menghindari diet yang tidak sehat, dan menjauhi stres.

SEBELUMNYA

Kenali Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Penglihatan Mata

BERIKUTNYA

Warna Urine Pada Anak Bisa Jadi Gejala Penyakit Ginjal Akut

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: