Waspadai Trigliserida, Lemak Darah yang Bisa Memicu Penyakit Jantung dan Strok
30 May 2024 |
10:00 WIB
Genhype pernah enggak melakukan medical check up (MCU), dan di laporan tersebut tercantum nilai trigliserida? Mungkin banyak yang belum memahaminya, tetapi angka trigliserida menjadi salah satu indikator untuk mengukur risiko kesehatan seseorang lo.
Lantas apa itu trigliserida? Medical Underwriter Sequis, Debora Aloina Ita Tarigan, menjelaskan bahwa trigliserida merupakan jenis lemak umum di dalam darah yang berfungsi menyimpan kalori dan menyediakan energi untuk tubuh.
Sumber utama pembentuk lemak ini adalah makanan, sehingga jika seseorang mengonsumsi makanan lebih banyak dari yang dibutuhkan tubuh, maka kadar trigliserida dapat meninggi. Sebab, tubuh memiliki metabolisme di mana makanan akan diproses menjadi kalori terlebih dahulu, lalu diubah menjadi energi.
"Tubuh kita memerlukan energi agar sel dan jaringan tetap tumbuh dan berkembang serta dapat berfungsi dengan baik," tuturnya.
Baca juga: Risiko Strok Mengintai Usia Lebih Muda, Yuk Disiplin Menjaga Kadar Kolesterol
Saat seseorang melakukan aktivitas sehari-hari dan berolahraga tentu hal tersebut memerlukan energi. Sebaliknya, jika energi jarang terpakai, maka akan menjadi trigliserida yang akan disimpan dalam sel-sel lemak. Untuk menilai kadar trigliserida, perlu mengetahui profil lemak dengan melakukan tes darah di klinik atau laboratorium.
Nantinya, darah akan diambil dari pembuluh di lengan. Hasil akan lebih akurat jika pasien berpuasa, selain minum air putih selama 9-12 jam sebelum pengambilan darah.
"Jika hasil pemeriksaan menunjukkan angka kurang dari 150 mg/dL berarti kadar masih normal. Jika sudah berada di batas atas 150-199 mg/dl harus berhati-hati karena bisa terus meninggi hingga 200 - 500 mg/dl. Bahkan tergolong sangat tinggi atau berbahaya jika sudah berada di angka lebih dari 500 mg/dL," terangnya.
Karena itulah, Dr. Debora mengajak masyarakat meningkatkan literasi mengenai trigliserida. Sebab, sering kali angka trigliserida merangkak naik tanpa disertai gejala. Bahkan ada yang merasakan gejala saat kisaran sudah berada di angka 1.000 hingga 2.000 mg/dL.
Ketika trigliserida meninggi, hal itu dapat menjadi ancaman serius bagi kesehatan karena menyebabkan munculnya risiko pada penyakit-penyakit kritis, seperti penyakit jantung dan strok.
Menurutnya, pemicu utama di balik kenaikan trigliserida adalah konsumsi kalori berlebihan dan kurang bergerak. Selain itu, bisa juga disebabkan oleh faktor genetik yang dapat membuat tingkat trigliserida tidak normal.
Debora juga menyarankan untuk melatih diri berpikir positif dan bahagia karena mereka yang dapat mengontrol stres lebih mudah beraktivitas, lebih dapat mengontrol diri untuk tidak makan berlebihan dan tidak makan sembarangan.
Cara mengelola stres dapat dilakukan dengan melakukan teknik relaksasi secara rutin, seperti meditasi atau yoga. Disarankan juga berfokus pada kehidupan saat ini bukan terpuruk pada masa lalu yang mungkin buruk atau fokus pada kekhawatiran akan masa depan.
Mengenai asupan, pilihlah makanan yang mengandung karbohidrat kompleks, seperti biji-bijian utuh, sayuran, dan buah-buahan segar untuk menjaga tingkat gula darah dan trigliserida tetap stabil. Hindari lemak jenuh dan trans, ganti dengan asupan lemak seimbang, seperti alpukat, kacang-kacangan, dan minyak zaitun.
Tambahkan makanan yang kaya akan omega-3 dan serat untuk membantu menurunkan tingkat trigliserida. Makanan yang baik dikonsumsi antara lain ikan berlemak, chia seeds, dan kacang-kacangan, sereal, sayur dan buah.
Disarankan juga untuk menjauhi kebiasaan merokok dan membatasi konsumsi alkohol, karena minuman itu dapat memberikan tambahan kalori yang berdampak pada naiknya trigliserida. Selain itu, kurangi konsumsi minuman berwarna dan lebih baik hidrasi tubuh dengan air putih untuk mendukung kesehatan jantung dan membantu tubuh mengeluarkan racun.
Debora juga mengingatkan pasien dengan riwayat penyakit tertentu, seperti diabetes, liver, obesitas, agar memantau trigliserida dengan cara melakukan tes darah teratur. "Baik juga untuk melakukan diet asal sepengetahuan dan sesuai saran dokter. Konsultasikan dengan dokter jika kadar trigliserida tetap tinggi, jangan melakukan diagnosa sendiri," ujarnya.
Baca juga: Serupa Tapi Tak Sama, Ketahui Gejala Samar Antara Strok dan Aneurisma
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Lantas apa itu trigliserida? Medical Underwriter Sequis, Debora Aloina Ita Tarigan, menjelaskan bahwa trigliserida merupakan jenis lemak umum di dalam darah yang berfungsi menyimpan kalori dan menyediakan energi untuk tubuh.
Sumber utama pembentuk lemak ini adalah makanan, sehingga jika seseorang mengonsumsi makanan lebih banyak dari yang dibutuhkan tubuh, maka kadar trigliserida dapat meninggi. Sebab, tubuh memiliki metabolisme di mana makanan akan diproses menjadi kalori terlebih dahulu, lalu diubah menjadi energi.
"Tubuh kita memerlukan energi agar sel dan jaringan tetap tumbuh dan berkembang serta dapat berfungsi dengan baik," tuturnya.
Baca juga: Risiko Strok Mengintai Usia Lebih Muda, Yuk Disiplin Menjaga Kadar Kolesterol
Saat seseorang melakukan aktivitas sehari-hari dan berolahraga tentu hal tersebut memerlukan energi. Sebaliknya, jika energi jarang terpakai, maka akan menjadi trigliserida yang akan disimpan dalam sel-sel lemak. Untuk menilai kadar trigliserida, perlu mengetahui profil lemak dengan melakukan tes darah di klinik atau laboratorium.
Nantinya, darah akan diambil dari pembuluh di lengan. Hasil akan lebih akurat jika pasien berpuasa, selain minum air putih selama 9-12 jam sebelum pengambilan darah.
"Jika hasil pemeriksaan menunjukkan angka kurang dari 150 mg/dL berarti kadar masih normal. Jika sudah berada di batas atas 150-199 mg/dl harus berhati-hati karena bisa terus meninggi hingga 200 - 500 mg/dl. Bahkan tergolong sangat tinggi atau berbahaya jika sudah berada di angka lebih dari 500 mg/dL," terangnya.
Karena itulah, Dr. Debora mengajak masyarakat meningkatkan literasi mengenai trigliserida. Sebab, sering kali angka trigliserida merangkak naik tanpa disertai gejala. Bahkan ada yang merasakan gejala saat kisaran sudah berada di angka 1.000 hingga 2.000 mg/dL.
Ketika trigliserida meninggi, hal itu dapat menjadi ancaman serius bagi kesehatan karena menyebabkan munculnya risiko pada penyakit-penyakit kritis, seperti penyakit jantung dan strok.
Menurutnya, pemicu utama di balik kenaikan trigliserida adalah konsumsi kalori berlebihan dan kurang bergerak. Selain itu, bisa juga disebabkan oleh faktor genetik yang dapat membuat tingkat trigliserida tidak normal.
Mengontrol Trigliserida
Mengontrol tingkat trigliserida dapat dilakukan dengan inisiatif mengubah gaya hidup ke arah yang sehat, jangan malas bergerak supaya tubuh tidak menyimpan lapisan lemak lebih banyak, rutin berolahraga demi menjaga dari risiko menurunnya massa otot. "Jika massa otot kuat dan terjaga maka saat usia lanjut pun masih memungkinkan untuk tetap aktif bergerak," ucapnya.Debora juga menyarankan untuk melatih diri berpikir positif dan bahagia karena mereka yang dapat mengontrol stres lebih mudah beraktivitas, lebih dapat mengontrol diri untuk tidak makan berlebihan dan tidak makan sembarangan.
Cara mengelola stres dapat dilakukan dengan melakukan teknik relaksasi secara rutin, seperti meditasi atau yoga. Disarankan juga berfokus pada kehidupan saat ini bukan terpuruk pada masa lalu yang mungkin buruk atau fokus pada kekhawatiran akan masa depan.
Mengenai asupan, pilihlah makanan yang mengandung karbohidrat kompleks, seperti biji-bijian utuh, sayuran, dan buah-buahan segar untuk menjaga tingkat gula darah dan trigliserida tetap stabil. Hindari lemak jenuh dan trans, ganti dengan asupan lemak seimbang, seperti alpukat, kacang-kacangan, dan minyak zaitun.
Tambahkan makanan yang kaya akan omega-3 dan serat untuk membantu menurunkan tingkat trigliserida. Makanan yang baik dikonsumsi antara lain ikan berlemak, chia seeds, dan kacang-kacangan, sereal, sayur dan buah.
Disarankan juga untuk menjauhi kebiasaan merokok dan membatasi konsumsi alkohol, karena minuman itu dapat memberikan tambahan kalori yang berdampak pada naiknya trigliserida. Selain itu, kurangi konsumsi minuman berwarna dan lebih baik hidrasi tubuh dengan air putih untuk mendukung kesehatan jantung dan membantu tubuh mengeluarkan racun.
Debora juga mengingatkan pasien dengan riwayat penyakit tertentu, seperti diabetes, liver, obesitas, agar memantau trigliserida dengan cara melakukan tes darah teratur. "Baik juga untuk melakukan diet asal sepengetahuan dan sesuai saran dokter. Konsultasikan dengan dokter jika kadar trigliserida tetap tinggi, jangan melakukan diagnosa sendiri," ujarnya.
Baca juga: Serupa Tapi Tak Sama, Ketahui Gejala Samar Antara Strok dan Aneurisma
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.