Ilustrasi penyakit yang menyerang otak (Sumber gambar: Anna Shvets/Pexels)

Serupa Tapi Tak Sama, Ketahui Gejala Samar Antara Strok dan Aneurisma

10 November 2023   |   16:30 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Strok dan aneurisma kerap disandingkan sebagai penyakit yang sama karena kemiripan gejalanya. Tak ayal, selama ini masyarakat awam kerap sulit membedakan mana gejala strok dan mana gejala aneurisma. Boleh dikatakan, kedua penyakit ini menampakkan tanda-tanda yang sama dari luar.

Namun pada dasarnya, jenis kedua penyakit ini memiliki faktor cukup berbeda. Walau serupa tapi tak sama, nyatanya ada kemungkinan kedua jenis penyakit ini justru saling mengait dan jadi faktor penyebab. Misalnya, banyaknya kasus strok yang terjadi akibat aneurisma.


Baca juga: Risiko Strok Mengintai Usia Lebih Muda, Yuk Disiplin Menjaga Kadar Kolesterol

Melansir National Institute of Neurological Disorders and Stroke, bahaya aneurisma saat pecah bisa menyebabkan pembuluh darah mengeluarkan darah ke dalam ruang antara tengkorak dan otak. Dalam kasus tertentu, darah tersebut masuk ke dalam jaringan otak.

Inilah yang menyebabkan strok hemoragik, suatu kondisi darurat saat pembuluh darah pecah dan menyebabkan pendarahan dalam otak.Strok adalah keadaan terganggunya peredaran darah ke otak secara tiba-tiba atau mendadak. Sementara aneurisma merupakan pelebaran atau penonjolan pembuluh darah di otak akibat lemahnya dinding  pembuluh darah. Meski keduanya bisa saling berkaitan, keduanya pun bisa jadi berbeda.
 
Dokter Spesialis Saraf dari RS Pondok Indah Puri Indah Sigit Dewanto menjelaskan, biasanya kasus strok dapat disebabkan oleh tersumbat atau pecahnya pembuluh darah di otak. Hal ini menyebabkan terputusnya asupan oksigen dan nutrisi ke jaringan otak, sehingga jaringan otak menjadi rusak.
 
Sakit kepala adalah salah satu gejala umum strok yang kerap mendera pasien strok. “Sakit kepalanya terasa hebat, muncul tiba-tiba dan tidak pernah dirasakan sebelumnya,” kata Sigit.

Secara umum, sakit kepala hebat memang menandai penyakit di bagian saraf dan darah. Gejala sakit kepala dalam strok juga bisa terasa seperti pusing berputar atau nyeri hebat. Selanjutnya, gejala strok mungkin bisa terlihat dari senyum yang tidak simetris, gerak separuh anggota tubuh yang melemah, kesulitan berbicara, hingga rasa kebas dan pandangan kabur.
 
Untuk kasus aneurisma, Dokter Spesialis Bedah Saraf Rumah Sakit Pondok Indah dr. Mardjono Tjahjadi mengatakan gak ada gejala spesifik yang bisa dilihat dari pasien aneurisma. Namun, beberapa pasien mengalami sakit kepala hebat. Bedanya, jenis sakit kepala pada beberapa pasien aneurisma terasa konstan, atau bisa terasa seperti migrain setiap hari.

“Sakit kepala hebat seperti dipukul kencang dari belakang itu sudah jadi pertanda harus segera periksa,” jelas Mardjono.

Jika tubuh terasa tidak seimbang dan pingsan setelah sakit kepala hebat, maka pasien harus segera dilarikan ke rumah sakit. Sebab, Mardjono menjelaskan jika persentase kematian setelah gejala tersebut kemungkinan berada pada angka 50%.
 
Mardjono menyebut, 1 dari 100 orang mendatangi fasilitas kesehatan dengan keluhan sakit kepala yang beragam. Sehingga diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan penyebab sakit kepala, bisa berupa aneurisma, strok, atau penyakit lain. Gejala lain yang dimiliki pasien strok seperti mati rasa dan penglihatan kabur mungkin terasa sama. Namun, biasanya pasien aneurisma mengalami sakit di belakang mata.

 

Memerangi Gaya Hidup Buruk

 

Ilustrasi gaya hidup buruk (Sumber gambar: Isabella Mendes/Pexels)

Ilustrasi gaya hidup buruk (Sumber gambar: Isabella Mendes/Pexels)


Faktor yang tidak bisa dikontrol, seperti genetik atau cedera memang sangat mempengaruhi kedua penyakit ini. Namun, faktor risiko gaya hidup juga berperan besar terhadap kedua jenis penyakit ini. Baik strok dan aneurisma, keduanya bisa terjadi akibat gaya hidup yang buruk. Misalnya, konsumsi alkohol berlebihan dan kebiasaan merokok. Segala gaya hidup yang memicu penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes melitus, dan lainnya bisa memicu  penyakit ini.
 
Namun, prevalensi gender antara pria dan wanita menunjukkan fakta yang berbeda. Data Brain Aneurysm Foundation menyebutkan bahwa wanita cenderung mengalami risiko aneurisma dibanding pria, utamanya pada wanita di rentang usia 40-50 tahun. Mardjono mendorong wanita agar rutin melakukan pemeriksaan diri untuk menghindari penyakit ini. Sementara untuk kasus strok, Sigit memaparkan jika prevalensinya lebih tinggi untuk kasus pria dibanding wanita.

Data Centers for Disease Control and Prevention menyebutkan, sekitar 50,4% pria memiliki tekanan darah tinggi lebih dari atau sama dengan 130/80 mm Hg atau sedang mengonsumsi obat untuk tekanan darahnya saat ini. Faktor tekanan darah tinggi ini beriringan dengan kebiasaan konsumsi alkohol dan merokok yang tinggi pada pria dan memungkinkan kasus strok lebih tinggi para pria.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Sinopsis Film Animasi Inside Out 2 (2024), Ada Karakter Baru Anxiety

BERIKUTNYA

Jangan Berlebihan, Konsumsi 4 Jenis Makanan Ini Bisa Bikin Kantuk

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: