Begok Oner mendapat trofi Emerging Artist di ajang UOB Painting of the Year Indonesia 2023 (sumber gambar: JIBI/Eusebio Chrysnamurti)

Kiprah Begok Oner, Seniman Muda Peraih Trofi Emerging Artist UOB Painting of the Year Indonesia 

29 May 2024   |   21:00 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Bagi pegiat mural di Yogyakarta, nama Begok Oner bukanlah kaleng-kaleng. Seniman muda yang belum lama ini mendapat trofi Emerging Artist di ajang UOB Painting of the Year Indonesia 2023, itu memang dikenal sebagai muralis lewat kelompok bernama Differentskool.

Begok, yang memiliki nama asli Gian Sugihartono, ternyata memiliki cerita unik terkait nama samarannya dalam berkarya itu. Lelaki kelahiran 15 Februari 1998 di Cilacap, Jawa Tengah itu memang menjadikan frasa begok atau bodoh sebagai kredo dalam berkesenian.

Baca juga: Kompetisi Seni Rupa UOB Painting of The Year 2024 Memanggil Kembali Seniman Muda

"Yo begok sik, lagi pinter," katanya. Ungkapan berbahasa Jawa ini bermakna, keterampilan seseorang memang bermula dari ketidaktahuan. Termasuk dengan sikap masa bodoh untuk bebas berekspresi, agar tetap aktual dengan zaman.
 
 


Menjadi yang pertama juga penting. Mungkin saja karena nama belakang samarannya berakhiran "Oner" yang diambil dari frasa "One" dalam Bahasa Inggris yang berarti satu. "Begok itu sesuatu yang nggak bisa dibanggakan, mungkin tolol atau Bodoh. Walaupun aku bodoh, tapi harus tetap nomor satu," imbuhnya.

Wajar saja, jika kemudian karya-karyanya kerap memuncaki juara dari berbagai kompetisi. Misalnya saat dia memenangkan 1nd Mural Competition Sebelas Maret University (2016), 1st Graffiti Competition Yogyakarta (2022), Finalis UOB Painting of The Year 2022 Museum Macan, Jakarta, dan masih banyak lagi.

Dari sekian banyak kompetisi seni rupa yang diikutinya, Begok Oner semakin dikenal setelah karyanya berhasil memikat juri pada ajang UOB Painting of the Year 2023. Lewat lukisan dengan konsep mural, Begok memaknai ulang, dari apa yang sebelumnya terjadi di ruang publik bisa dipindahkan ke ruang privasi atau, sebaliknya.

Ya, lewat karya berjudul 7°49'03.3”S 110°21 '00.2"E. Begok seolah ingin menangkap gejala sosial yang ada di masyarakat. Yakni dengan memindahkan sebuah sudut tembok yang dipenuhi mural dengan konsep kaca cembung di sebuah distrik di daerah Yogyakarta ke atas kanvas untuk dipacak di 'galeri'.

Judul karya dari lukisan itu juga diambil dari titik koordinat Google maps tempat bangunan tersebut berada. Sepintas karya ini juga terlihat seperti gambar yang tertangkap oleh kamera pengintai yang kini sudah ada di mana-mana, laiknya sistem kontrol yang disebut panoptikon atau penjara bundar.


Menggambar Tembok

Begok menuturkan awal mula ketertarikannya menekuni dunia seni terjadi saat  diajari ayahnya mencoret-coret tembok samping rumahnya di Cilacap. Momen inilah yang membuatnya mencintai seni rupa, dan kerap menggambari buku pelajaran, atau medium lain saat sekolah.

Begok memiliki ayah seorang arsitek otodidak yang juga menggemari mural. Jalan menapaki seni rupa pun bergayung sambut. Pada 2016, dia diterima di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Begok lulus pada 2020 dengan skripsi berjudul Eksistensi Rune dalam Praktik Seni Grafiti di Yogyakarta.

Selama hijrah ke Solo, Begok juga aktif di berbagai aktivisme kesenian. Di fakultas tempatnya kuliah, dia sering mengagitasi mahasiswa lain untuk berontak terhadap keadaan. Misalnya dengan melakukan performance art, menggambari tembok kampus sebagai bentuk protes, atau melakukan aktivasi-aktivasi sosial di masyarakat.
 
 


Namun, lazimnya seniman, Begok juga tidak mau terikat pada kegiatan-kegiatan administratif. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk tidak menjadi guru, meski ilmu yang diambil adalah pendidikan. Dari sinilah dia fokus memilih berkarier sebagai seniman.

"Enggak sanggup aku jadi guru. Sebab tanggung jawabnya besar, tidak cuma di dunia, tapi juga akhirat. Ora mampu aku," kata seniman yang hobi bermain bola itu.

Selain di Surakarta, Begok juga mengasah keterampilan seninya di Yogyakarta. Arkian, dia bertemu beberapa seniman besar untuk ngangsu (menimba) ilmu sebagai tambahan kawruh (pengetahuan). Salah satunya  dari Soni Irawan, seniman visual sekaligus penggawa band Seek Six Sick.

Sebagai seniman muda, Begok juga sudah mengikuti berbagi ekshibisi kolektif yang dihelat di Tanah Air. Seperti Asmaraloka Gallery Prawirotaman Hotel, Yogyakarta (2023), ARTJOG- Expanding Awarness Jogja National Museum, Yogyakarta (2022), Pencitraan, Ruang Dalam Arthouse, Yogyakarta (2023), FOMO, Indie Art House, Jakarta (2023) dan masih banyak lagi.

Saat ini, perupa yang aktif di Yogyakarta itu juga sedang mempersiapkan pameran tunggal pertamanya yang direncanakan dihelat tahun ini di Jakarta. "Ini memang lagi mengumpulkan karya untuk persiapan pameran. Oleh karena itu aku enggak ikut UOB Painting lagi tahun ini," katanya.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Synchronize Fest 2024 Siapkan 13 Pertunjukan Spesial, Ada Panggung INBOX hingga Elvy Sukaesih

BERIKUTNYA

Rayakan Album Baru, BAALE Bakal Tur Keliling Sumatra Juli 2024

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: