Ilustrasi (sumber gambar: pexels/Roberto Nickson)

Meningkatkan Penghasilan dengan Menjadi Solopreneur pada Era Digital

23 May 2024   |   18:00 WIB
Image
Dewi Andriani Jurnalis Hypeabis.id

Di tengah sulitnya mendapatkan pekerjaan dan maraknya badai pemutusan hubungan kerja (PHK) di sejumlah perusahaan di Indonesia, menjadi solopreneur bisa dijadikan sebagai alternatif peluang bagi seseorang untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

Hal ini makin dipermudah dengan berbagai teknologi yang mendukung seseorang untuk memulai bisnis, meski seorang diri. Berdasarkan laporan terbaru yang dirilis Talent Acquisition Insight 2024 oleh Mercer Mett, sebanyak 69 persen perusahaan tidak melakukan penambahan karyawan karena khawatir akan potensi PHK di masa depan. Sementara itu, sepanjang 2023 terdapat 23 persen perusahaan yang melakukan PHK.

Baca  juga: Hermawan Kartajaya Luncurkan Buku Enterpreneurial Marketing dengan Nilai Filosofi Tokoh Pewayangan

Artinya, cukup banyak angkatan kerja di Indonesia yang kesulitan mendapatkan pekerja dan mengalami pemutusan hubungan kerja sepanjang tahun lalu. Salah satunya seperti yang dialami oleh Deasy Amalia yang sempat terkena dampak pengurangan karyawan dari perusahaan tempatnya bekerja terdahulu, pada awal 2023.

Di tengah kondisi tersebut dia tidak berputus asa, berbekal pengalamannya di dunia komunikasi dan penulisan, Deasy mencoba peruntungan dengan menjadi solopreneur yang menawarkan jasa penulisan atau copywriting kepada sejumlah perusahaan untuk menjadi kliennya.

Wanita berusia 30 tahun ini mengakui keputusannnya untuk menjadi solopreneur ketimbang kembali menjadi karyawan, karena dirinya sudah berumah tangga dan memiliki anak sehingga merasa perlu melakukan pekerjaan yang lebih fleksibel tetapi tetap produktif meski dari rumah.

Menurut Deasy, peluang menjadi solopreneur di bidang komunikasi dan penulisan sangat terbuka luas dan cukup menjanjikan di tengah era digitalisasi saat ini. Bahkan, tak jarang dia bisa mendapatkan klien dari luar negeri. Terlebih proses kerjanya yang cukup mudah dan fleksibel tanpa membutuhkan modal besar.

“Saya bisa mudah mendapatkan berbagai proyek hanya bermodal laptop dan koneksi internet dari rumah. Saya juga berkesempatan membangun personal brand hingga menerima diversifikasi proyek bahkan sampai luar negeri,” tuturnya.

Hal sama juga dirasakan oleh Dewi, yang pada Oktober 2023 lalu terkena layoff. Diakui olehnya, sebelum terkena layoff, dia memang ingin bekerja di rumah atau mendapatkan pekerjaan yang sepenuhnya work from home agar bisa tetap bekerja sambil membersamai anak-anak.

Di tengah kondisi tersebut, dia melihat adanya iklan mengenai kursus untuk menjadi virtual assistant (VA). Akhirnya berbekal uang pesangon, Dewi pun mendaftar dan mendapatkan berbagai ilmu baru dari kelas tersebut mulai dari membuat riset, email marketing, menghadapi klien, dan lain sebagainya.

Kurang dari sebulan, Dewi langsung mendapatkan penawaran kerjasama menjadi penulis dan VA. Meski saat ini kliennya baru berasal dari Indonesia, tetapi dia juga pernah mendapatkan penawaran dari klien yang berasal dari luar negeri seperti Filipina dan UK.

“Menjadi solopreneur itu makin ke sini trennya makin banyak. Kita juga berkesempatan mendapatkan penawaran dari luar negeri dan potensi pendapatan yang lumayan, untuk VA saja setidaknya memiliki ideal rate sekitar US$10 sampai US$15 per jam. Waktu kerjanya pun fleksibel,” tuturnya.

Pendapat yang disampaikan Dewi tersebut sejalan dengan riset dari Segara Institute dan Bank Saqu yang memprediksi akan ada 117,24 juta orang Indonesia terjun menjadi Solopreneur pada 2030. Angka tersebut melonjak signifikan dari tahun 2023 yang baru mencapai 34,13 juta jiwa.

Angela Lew Darmawan, Chief Business Digital Officer PT Bank Jasa Jakarta (Bank Saqu) mengatakan pesatnya perkembangan solopreneur ini dipengaruhi oleh dorongan untuk menjadi lebih produktif yang didukung oleh perkembangan teknologi yang memudahkan akses informasi dan sumber daya yang diperlukan.

“Pada 2030 diproyeksikan, satu dari tiga orang Indonesia berpotensi menjadi solopreneur, baik sebagai karir utama maupun sampingan,” tuturnya.

Meski bekerja secara mandiri, nyatanya Solopreneur mampu menyumbang sekitar 36% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia atau sekitar 50?ri kontribusi seluruh pelaku UMKM yang menyumbang sebesar 62 persen terhadap PDB.

Adapun bidang usaha yang digeluti oleh para Solopreneur ini tidak hanya terbatas pada hal yang terkait teknologi saja. Menurut Angela, banyak solopreneur tertarik pada bisnis yang langsung menyasar konsumen atau B2C, terutama di sektor ritel.

“Namun, tidak ada aturan pasti tentang sektor mana yang paling diminati oleh solopreneur. Ini karena banyak faktor yang mempengaruhi pilihan mereka, seperti minat, bakat, pengalaman, dan peluang pasar yang ada,” jelasnya.

Meskipun saat ini peluang menjadi solopreneur masih terbuka luas dan memiliki potensi yang menjanjikan, tetapi terdapat berbagai tantangan yang harus  dihadapi. Menurut Angela, hambatan utama yang dihadapi para solopreneur adalah kurangnya akses ke jejaring, mentorship dan peningkatan kompetensi karena semua dilakukan sendiri dan belajar hanya dari pengalaman sendiri.

Mereka juga seringkali sulit mengatur cash?ow dan meningkatkan produktivitas usaha. “Untuk mengatasi hal tersebut, sangat penting adanya pendampingan dan pelayanan keuangan yang komprehensif,” terangnya.

Senada disampaikan oleh Yonas Christian, Marketing Communication & Business Development Lead Endeavour Indonesia yang menyebu bahwa mentorship dan jejaring sangat dibutuhkan oleh solopreneur untuk dapat saling berbagi ilmu agar bisnisnya dapat scale up dan berkembang lebih cepat.

Sebagai pelaku usaha, Deasy pun mengamini hal tersebut. Menurutnya, Solopreneur melakukan berbagai hal secara mandiri karena tidak memiliki atasan yang dapat membimbing dan memantau pekerjaan serta rekan untuk berdiskusi dan membagi pekerjaan.

“Sebagai solopreneur, berjejaring sangat penting untuk mengembangkan usaha. Kami juga membutuhkan mentor yang dapat membimbing, serta perlu mengikuti berbagai workshop untuk menambah ilmu dan mengasah keterampilan,” jelasnya.

Baca  juga: Hypereport: Kunci Sukses Berbisnis dari Para Pengusaha Perempuan Muda Inspiratif

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Spoiler One Piece 1115, Kebenaran Poneglyph diungkap oleh Vegapunk!

BERIKUTNYA

Harga Tiket Fan Meeting Byeon Woo Seok di Jakarta 28 Juni 2024

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: