Begini Cara Efektif Gunakan Jasa Influencer Untuk Pemasaran
20 May 2024 |
15:28 WIB
Ada banyak cara yang dilakukan oleh brand untuk memenangkan hati pelanggan di tengah persaingan yang begitu ketat. Selain memaksimalkan proses pemasaran secara langsung, banyak brand yang kini mulai menjalin kerja sama dengan influencer atau key opinion leader (KOL).
Pasalnya, para KOL memiliki kekuatan yang cukup besar mempengaruhi para pengikutnya untuk memilih atau menggunakan produk yang mereka tampilkan. Hal ini pada akhirnya akan berdampak pada popularitas dan penjulan produk dari brand tersebut.
Baca juga: Brand Kecantikan Perkuat Strategi Pemasaran dengan Beauty Influencer
Ada berbagai macam jenis tingkatan influencer yang dapat diajak kerjasama oleh brand mulai dari nano influencer dan mikro influencer yang jumlah pengikutnya di bawah 100.000, kemudian makro influencer yang memiliki ratusan hingga 1 juta followers, mega influencer dengan jumlah penikuti di atas 1 juta, hingga celebrity influencer.
Achmad Alkatiri, CEO dan Founder Hypefast mengatakan cara pemasaran dengan menjalin kerja sama dengan influencer saat ini terbilang sangat efektif selama dilakukan dengan pertimbangan yang baik.
Menurutnya, pemilihan influencer harus dilakukan sesuai dengan strategi, target market dan hasil yang diinginkan. Bukan semata-mata dilihat hanya dari jumlah followers saja. Misalnya saja jika proses pemasaran yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan penjualan atau mendapatkan review produk yang lebih jujur maka bisa menggunakan nano atau mikro influencer.
Sementara itu, jika ingin menjangkau pasar yang lebih besar sekaligus ingin meningkatkan brand awareness untuk aktivitas pemasaran yang bertujuan sebagai komunikasi masif, maka influencer makro dan selebritas.
“Nano maupun micro-influencers ini meskipun memiliki pengikut yang lebih kecil, tetapi mereka terlibat secara mendalam dengan audiensnya dan membawa tingkat relasi komunikasi yang lebih efektif serta relevan dengan para konsumen,” terangnya.
Menurutnya, para pemilik brand harus mampu menyesuaikan relevansi influencer marketing ini terhadap pasar yang dituju sehingga proses pemasarannya bisa berjalan lebih efektif, bukan hanya sebatas meningkatkan budget pemasaran saja.
Sebab, saat ini konsumen jauh lebih bijak dalam memilih brand ataupun barang yang mereka mau beli. Biasanya mereka akan jauh lebih tertarik terhadap brand yang berhasil menjalin hubungan yang baik dengan konsumennya, karena brand tersebut akan terlihat lebih genuine dan relatable.
Dengan menggunakan jasa influencer yang memberikan ulasan yang lebih otentik maka akan menciptakan pengalaman yang nyata. Bahkan tak jarang para influencer ini ‘meracuni’ para pengikutnya untuk dapat mengunakan produk yang sama dengan miliknya.
Tak heran bila makin banyak brand yang menggunakan strategi influencer marketing. Salah satunya seperti disampaikan oleh Achmad Nurul Fajri, Brand Founder Luxcrime yang menyebutkan bahwa pihaknya aktif menjalin kolaborasi dengan influencer, baik mikro maupun makro.
“Ini merupakan salah satu stratei pemasaran online kami. Saat menggunakan jasa influencer, kami sudah menyiapkan secara detail mengenai tujuan, target audiens, hingga anggaran yang akan digunakan,” tuturnya.
Fajri mengakui bahwa ada perbedaan dalam proses pemilihan influencer. Misalnya, untuk macro, pihaknya akan memilih KOL dengan engagement rate di atas 4% yang memiliki jumlah pengikut besar dan cakupan yang luas sehingga dapat meningkatkan awareness terhadap produk baru atau campaign baru yang ingin kami angkat.
“Untuk micro-influencer, kami memilih KOL yang fokus pada niche tertentu, dan memiliki keterlibatan tinggi dan keterikatan emosional tinggi dengan audiens atau konsumen,” jelasnya.
Selain menggunakan jasa influencer, pihaknya juga aktif menggunakan strategi content marketing dan storytelling untuk menciptakan hubungan emosional dengan calon konsumen. Selain itu juga terus memberikan penawaran khusus bagi konsumen, termasuk memberikan promosi eksklusif terhadap konsumen dan pengikut setia berupa voucher di E-commerce.
Senada disampaikan oleh Denis Yonathan, CEO Cessa dengan berusaha menghasilkan produk yang selalu relevan dengan kebutuhan konsumen sehingga iklan yang ditampilkan akan sedekat mungkin dengan target konsumen.
Untuk lebih dekat dengan konsumen, Cessa secara aktif melaksanakan brand activation dengan toko peralatan bayi dan anak. Serta memberikan personal experience kepada pengguna melalui berbagai kegiatan seperti community gathering, kuliah WA, konsultasi dokter anak, dan lain sebagainya.
Selain itu, dalam memasarkan produknya, Cessa juga aktif menggunakan jasa influencer baik makro, mikro, bahkan mega karena diyakini para influencer tersebut tetap memiliki pengaruh besar dalam meningkatkan penjualan.
Lusy Gunawan, Founder of Nyonya Piyama menjelaskan untuk bisa tetap hadir di benak masyarakat di tengah banyaknya brand piyama yang bermunculan, maka Nyonya Piyama membangun brand value bahwa produk ini bukan sekadar piyama tidur saja tetapi juga nyaman digunakan untuk keseharian.
Maka, dalam proses marketingnya, Lusy berusaha menyampaikan brand value dengan cara bercerita, pemilihan visual asset dengan model yang lebih beragam dan lebih relate dengan pasar dan kegiatannya sehari-hari.
Agar lebih bersifat personal dan dapat membangun kedekatan dengan konsumen, founder juga akan terlibat aktif dan berpartisipasi dalam pembuatan asset kampanye, membalas feedback langsung dari konsumen dari berbagai platform. Bahkan sampai ada juga konsumen yang sudah menjadi teman dekat Nyonya Piama.
“Kami juga menerapkan ulasan jujur dengan berusaha tidak berbohong dalam campaign hanya untuk sekedar mendapatkan gimmick,” jelasnya.
Karena itulah, saat menggunakan jasa influencer dalam strategi pemasarannya, Nyonya Piyama tidak melihat seberapa besar angka pengikutnya tetapi lebih memilih dari sisi persona KOL itu sendiri, seberapa relatable dia dengan Nyonya Piama sehingga bisa menyampaikan value atau cerita di balik campaign yang sedang dijalankan.
Baca juga: Dibanding Review Influencer, Skincare Aman Lebih dicari Konsumen
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Pasalnya, para KOL memiliki kekuatan yang cukup besar mempengaruhi para pengikutnya untuk memilih atau menggunakan produk yang mereka tampilkan. Hal ini pada akhirnya akan berdampak pada popularitas dan penjulan produk dari brand tersebut.
Baca juga: Brand Kecantikan Perkuat Strategi Pemasaran dengan Beauty Influencer
Ada berbagai macam jenis tingkatan influencer yang dapat diajak kerjasama oleh brand mulai dari nano influencer dan mikro influencer yang jumlah pengikutnya di bawah 100.000, kemudian makro influencer yang memiliki ratusan hingga 1 juta followers, mega influencer dengan jumlah penikuti di atas 1 juta, hingga celebrity influencer.
Achmad Alkatiri, CEO dan Founder Hypefast mengatakan cara pemasaran dengan menjalin kerja sama dengan influencer saat ini terbilang sangat efektif selama dilakukan dengan pertimbangan yang baik.
Menurutnya, pemilihan influencer harus dilakukan sesuai dengan strategi, target market dan hasil yang diinginkan. Bukan semata-mata dilihat hanya dari jumlah followers saja. Misalnya saja jika proses pemasaran yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan penjualan atau mendapatkan review produk yang lebih jujur maka bisa menggunakan nano atau mikro influencer.
Sementara itu, jika ingin menjangkau pasar yang lebih besar sekaligus ingin meningkatkan brand awareness untuk aktivitas pemasaran yang bertujuan sebagai komunikasi masif, maka influencer makro dan selebritas.
“Nano maupun micro-influencers ini meskipun memiliki pengikut yang lebih kecil, tetapi mereka terlibat secara mendalam dengan audiensnya dan membawa tingkat relasi komunikasi yang lebih efektif serta relevan dengan para konsumen,” terangnya.
Menurutnya, para pemilik brand harus mampu menyesuaikan relevansi influencer marketing ini terhadap pasar yang dituju sehingga proses pemasarannya bisa berjalan lebih efektif, bukan hanya sebatas meningkatkan budget pemasaran saja.
Sebab, saat ini konsumen jauh lebih bijak dalam memilih brand ataupun barang yang mereka mau beli. Biasanya mereka akan jauh lebih tertarik terhadap brand yang berhasil menjalin hubungan yang baik dengan konsumennya, karena brand tersebut akan terlihat lebih genuine dan relatable.
Dengan menggunakan jasa influencer yang memberikan ulasan yang lebih otentik maka akan menciptakan pengalaman yang nyata. Bahkan tak jarang para influencer ini ‘meracuni’ para pengikutnya untuk dapat mengunakan produk yang sama dengan miliknya.
Tak heran bila makin banyak brand yang menggunakan strategi influencer marketing. Salah satunya seperti disampaikan oleh Achmad Nurul Fajri, Brand Founder Luxcrime yang menyebutkan bahwa pihaknya aktif menjalin kolaborasi dengan influencer, baik mikro maupun makro.
“Ini merupakan salah satu stratei pemasaran online kami. Saat menggunakan jasa influencer, kami sudah menyiapkan secara detail mengenai tujuan, target audiens, hingga anggaran yang akan digunakan,” tuturnya.
Fajri mengakui bahwa ada perbedaan dalam proses pemilihan influencer. Misalnya, untuk macro, pihaknya akan memilih KOL dengan engagement rate di atas 4% yang memiliki jumlah pengikut besar dan cakupan yang luas sehingga dapat meningkatkan awareness terhadap produk baru atau campaign baru yang ingin kami angkat.
“Untuk micro-influencer, kami memilih KOL yang fokus pada niche tertentu, dan memiliki keterlibatan tinggi dan keterikatan emosional tinggi dengan audiens atau konsumen,” jelasnya.
Selain menggunakan jasa influencer, pihaknya juga aktif menggunakan strategi content marketing dan storytelling untuk menciptakan hubungan emosional dengan calon konsumen. Selain itu juga terus memberikan penawaran khusus bagi konsumen, termasuk memberikan promosi eksklusif terhadap konsumen dan pengikut setia berupa voucher di E-commerce.
Senada disampaikan oleh Denis Yonathan, CEO Cessa dengan berusaha menghasilkan produk yang selalu relevan dengan kebutuhan konsumen sehingga iklan yang ditampilkan akan sedekat mungkin dengan target konsumen.
Untuk lebih dekat dengan konsumen, Cessa secara aktif melaksanakan brand activation dengan toko peralatan bayi dan anak. Serta memberikan personal experience kepada pengguna melalui berbagai kegiatan seperti community gathering, kuliah WA, konsultasi dokter anak, dan lain sebagainya.
Selain itu, dalam memasarkan produknya, Cessa juga aktif menggunakan jasa influencer baik makro, mikro, bahkan mega karena diyakini para influencer tersebut tetap memiliki pengaruh besar dalam meningkatkan penjualan.
Lusy Gunawan, Founder of Nyonya Piyama menjelaskan untuk bisa tetap hadir di benak masyarakat di tengah banyaknya brand piyama yang bermunculan, maka Nyonya Piyama membangun brand value bahwa produk ini bukan sekadar piyama tidur saja tetapi juga nyaman digunakan untuk keseharian.
Maka, dalam proses marketingnya, Lusy berusaha menyampaikan brand value dengan cara bercerita, pemilihan visual asset dengan model yang lebih beragam dan lebih relate dengan pasar dan kegiatannya sehari-hari.
Agar lebih bersifat personal dan dapat membangun kedekatan dengan konsumen, founder juga akan terlibat aktif dan berpartisipasi dalam pembuatan asset kampanye, membalas feedback langsung dari konsumen dari berbagai platform. Bahkan sampai ada juga konsumen yang sudah menjadi teman dekat Nyonya Piama.
“Kami juga menerapkan ulasan jujur dengan berusaha tidak berbohong dalam campaign hanya untuk sekedar mendapatkan gimmick,” jelasnya.
Karena itulah, saat menggunakan jasa influencer dalam strategi pemasarannya, Nyonya Piyama tidak melihat seberapa besar angka pengikutnya tetapi lebih memilih dari sisi persona KOL itu sendiri, seberapa relatable dia dengan Nyonya Piama sehingga bisa menyampaikan value atau cerita di balik campaign yang sedang dijalankan.
Baca juga: Dibanding Review Influencer, Skincare Aman Lebih dicari Konsumen
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.