Ilustrasi daging steak (Sumber: pexels.com/id-id/@goumbik)

Diet Karnivor, Tren Kesehatan yang Menuai Kontroversi

20 May 2024   |   14:28 WIB
Image
Arindra Fachri Satria Pradana Mahasiswa Mass Communication BINUS University

Belakangan ini, banyak pengguna media sosial yang mulai mencoba diet karnivor, yang diklaim dapat menyembuhkan berbagai masalah kesehatan. Namun sebagian besar akademisi dan praktisioner medis justru melihat bahwa tren ini sama sekali tidak memiliki manfaat bagi kesehatan. 

Menurut Medical News Today, pola makan ini membatasi sesorang untuk hanya memakan daging, susu murni, telur, dan makanan berbasis hewani lainnya. Salah satu tokoh yang pertama mempopulerkan diet ini adalah Mikhaila Fuller, putri dari psikolog dan penulis terkenal asal Kanada, Jordan Peterson.

Mikhaila memulai diet karnivor untuk membantunya mengurangi beberapa masalah kesehatannya, seperti arthritis autoimun, kelelahan kronis, depresi, dan sejumlah gejala lainnya. Setelah melihat kondisinya yang kian membaik, banyak pengguna media sosial, khususnya para influencer fitness dan kesehatan yang terinspirasi untuk mengikuti pola makan ini. 

Baca juga: Resep Salad Sayuran Rendah Lemak dan Kalori, Menu Sehat untuk Diet

Selain Mikhaila, Dr. Shawn Baker adalah figur lain yang mengedepankan diet karnivor serta manfaat kesehatannya. Dia sebelumnya berprofesi sebagai seorang ahli bedah trauma tempur dan kepala ortopedi saat ditugaskan ke Afghanistan bersama Angkatan Udara Amerika Serikat. 

Melansir dari laman Carnivore Diet yang dia dirikan, Dr. Shawn berpendapat bahwa sistem layanan kesehatan sangat tidak efektif dalam mengobati sebagaian besar penyakit kronis. Hal ini menginspirasinya untuk meneliti pola makan optimal bagi siapa saja, melalui pengalaman pribadinya serta interaksi dengan ribuan pasien yang berhasil menyembukan penyakitnya tanpa bantuan medis.
 
 

Namun kredibilitas yang dimilikinya mulai dipertanyakan ketika izin medisnya dicabut pada 2017, meski akhirnya dikembalikan pada 2019. Dia menjelaskan kepada Unfiltered Online, jika lebih banyak orang mengadvokasi gaya hidup ini, akan berdampak pada keuntungan perusahaan. Sebaliknya, rumah sakit akan merugi.”

Lantas apa komentar dunia medis terkait tren kesehatan ini? Menurut BBC Science Focus, tidak ada bukti ilmiah yang memvalidasi bahwa ada dampak positif pada kesehatan dari pola makan produk hewani ini. Satu-satunya sumber informasi yang tersedia adalah laporan anekdot dan testimonial dari beberapa orang saja.

Adapun beberapa efek samping yang mungkin dirasakan oleh orang-orang yang tidak terlalu cocok dengan pola diet ini, seperti sembelit, diare, sakit kepala, dehidrasi, dan gejala lain yang berhubungan dengan keadaan ketosis. Mirip dengan efek samping dari diet ketogenik yang memotong sebagian besar sumber karbohidrat.

Sebagai kesimpulan, diet ini menuai kontroversi antara komunitas kesehatan di media sosial dan para praktisi medis. Bahkan, diet ini pun memicu perdebatan antara orang-orang yang benar-benar percaya pada testimoni personal dari diet karnivor versus kalangan umum yang tetap meyakini bahwa asupan seimbang sayuran hijau, karbohidrat alami, serta protein hewani adalah pola diet yang tepat.

Baca juga: Tip Mengencangkan Kulit Kendur & Bergelambir Pascadiet

Selama belum ada bukti medis, diet karnivor ini tetap menjadi sebuah testimoni personal yang tidak dapat menjadi standar kesehatan umum. Untuk itu, menjaga kesehatan lewat pola diet gizi seimbang tetap menjadi pilihan terbaik dalam memenuhi nutrisi tubuh setiap orang, sesuai dengan kondisi kesehatannya masing-masing.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Hypereport: Berselancar di Platform Webtoon dan Mengintip Ladang Cuan Komikus Digital

BERIKUTNYA

5 Resep Jus Buah untuk Menurunkan Kolesterol dan Darah Tinggi

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: