Simak Saran Dokter Spesialis Untuk Perawatan Kulit saat Cuaca Panas
15 May 2024 |
11:34 WIB
Cuaca panas yang terjadi beberapa waktu belakangan – tidak bisa dimungkiri – membuat banyak orang khawatir. Selain membuat suhu udara menjadi kering, paparan sinar matahari yang terasa panas di kulit dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius. Dengan begitu, berbagai langkah preventif perlu dijalankan sebelum muncul efek negatif.
Indonesia beberapa waktu belakangan dilanda cuaca panas. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa cuaca panas yang terjadi akibat dari pemanasan permukaan sebagai dampak berkurangnya pembentukan awan dan curah hujan.
Baca juga: Selain Sunscreen, Warna Pakaian Ini Dapat Melindungi Kulit dari Sinar UV
Meskipun bukan karena gelombang panas atau heatwave, beberapa daerah di Indonesia - dalam keterangan BMKG beberapa waktu lalu - suhu udara di sejumlah wilayah di Indonesia tercatat mencapai lebih dari 35 derajat celsius. Di Palu, suhu udara pernah mencapai 37,8 derajat celsius pada 23 April 2024.
Kemudian, pada 21 April 2024 di Medan, Sumatra utara, suhu udara mencapai 37 derajat celsius, dan di Saumlaki, Maluku mencapai suhu maksimum 37.8 derajat celsius, serta pada 23 April di Palu, Sulawesi Tengah mencapai 36,8 derajat celsius.
Spesialis Kulit, Kelamin, dan Estetik dr. Arini Astasari Widodo mengatakan bahwa cuaca panas dapat memengaruhi penyakit kulit atau menyebabkan eksaserbasi terhadap penyakit kulit yang sudah ada. Eksaserbasi adalah istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan peningkatan atau kambuhnya gejala suatu penyakit yang sudah ada sebelumnya.
”Dalam konteks penyakit kulit, seperti dermatitis atopi atau eczema, eksaserbasi berarti bahwa seseorang telah memiliki penyakit kulit ini dalam bentuk bawaannya, dan kemudian gejala penyakit tersebut menjadi lebih parah atau aktif kembali akibat pemicu tertentu,” ujarnya kepada Hypeabis.id.
Arini menuturkan ada beberapa cara cuaca panas dapat berperan memicu atau memperburuk penyakit kulit yang sudah ada. Pertama adalah suhu tinggi itu sendiri. Menurutnya, suhu yang tinggi dapat membuat kulit menjadi kering, sehingga lebih rentan terhadap iritasi - terutama terhadap individu dengan kondisi kulit yang sensitif terhadap suhu.
Kedua adalah keringat. Cairan yang keluar dari dalam tubuh ini merupakan salah satu efek yang terjadi ketika cuaca panas dan dapat berdampak negatif pada kulit.
Saat suhu meningkat, tubuh cenderung menghasilkan lebih banyak keringat sebagai mekanisme pendinginan. Namun, keringat mengandung garam dan bahan kimia lain yang dapat mengiritasi kulit jika dibiarkan mengering di atasnya. Kondisi tersebut dapat memicu eksaserbasi pada penyakit kulit seperti dermatitis atau miliaria (heat rash).
Terakhir, pajanan sinar matahari yang intens adalah faktor lain yang perlu diperhitungkan. Sinar ultraviolet (UV) yang ada dalam sinar matahari dapat merusak kulit dan memicu eksaserbasi terhadap kondisi kulit yang sensitif dengan sinar matahari, seperti lupus eritematosus sistemik atau melasma.
Dengan begitu, guna menghindari dampak buruk cuaca panas, perlu melakukan berbagai langkah untuk perlindungan terhadap kulit.
Pada cuaca panas, kulit menjadi lebih rentan mengalami dehidrasi akibat pajanan sinar matahari dan keringat berlebihan.Pelembap memiliki peran untuk mencegah dehidrasi yang terjadi dengan kulit.
Pelembap akan mengunci kelembaban dan menjaga penghalang alami kulit, dan mengurangi risiko iritasi serta sensitivitas.
Tidak hanya itu, produk ini juga membantu meredakan iritasi atau kemerahan kulit yang disebabkan oleh panas. Selain itu, pelembap dengan formulasi ringan juga dapat menyeimbangkan produksi minyak.
”Kita harus pandai memilih pelembab karena pelembap memainkan peran sentral dalam memperbaiki dan menjaga penghalang pelindung kulit, yang sangat penting untuk mencegah kehilangan air,” katanya.
Dia mengungkapkan bahwa pelembap memiliki beberapa jenis - bergantung dengan mekanismenya, yakni humektan, emolien, dan oklusif. Setiap jenisnya memiliki cara kerja yang berbeda, seperti menarik air ke permukaan kulit, membuat kulit lebih lembut dan halus, serta membentuk lapisan pelindung untuk mengurangi trans-epidermal water loss (kehilangan air melalui kulit).
Perbedaan cara kerja pelembap tersebut membuat penting bagi individu untuk menggunakannya sesuai kebutuhan dan jenis kulit. Tidak hanya sekadar meningkatkan hidrasi terhadap kulit, pengguna juga perlu memikirkan pelembap yang dapat membantu memperbaiki kerusakan kulit ringan.
Kemudian, pelembap yang digunakan oleh seseorang juga harus dapat memberikan memberikan lapisan pelindung, menenangkan dan melindungi yang membantu dalam proses penyembuhan, dan mencegah kerusakan lebih lanjut akibat gesekan atau iritan eksternal.
Selain pelembap, sunscreen juga penting digunakan oleh individu guna menghindari dampak negatif dari cuaca panas. Tabir surya memiliki peran penting untuk melindungi kulit dari dua jenis radiasi matahari yang berbeda, yaitu UVA dan UVB.
Sinar UVA memiliki gelombang elektromagnetik yang lebih panjang dan mampu menembus kulit lebih dalam, yakni mencapai lapisan dermis. Untuk melindungi kulit dari UVA, individu dapat menggunakan sunscreen spektrum luas yang mengandung filter khusus seperti avobenzone, seng oksida, atau titanium dioksida yang membantu menyerap atau menyebarkan sinar UVA, mengurangi kemampuannya merusak kolagen dan elastin, serta mencegah penuaan dini seperti kerutan, garis halus, dan bintik-bintik penuaan.
Di sisi lain, sinar UVB memiliki panjang gelombang yang lebih pendek dari UVA dan memengaruhi lapisan kulit permukaan, yaitu epidermis. Jadi, tabir surya dengan sun protection factor (SPF) dapat membantu melindungi kulit dengan menghalangi sebagian besar sinar UVB yang bisa menyebabkan luka bakar matahari dan kerusakan DNA sel kulit.
”Perlindungan [Dari] UVB yang efektif membantu mencegah luka bakar matahari dan juga mengurangi risiko kanker kulit seperti karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa, dan melanoma,” katanya.
Selain menggunakan pelembap dan tabir surya, perawatan kulit setelah berjemur merupakan hal yang signifikan, terutama di daerah dengan iklim panas. Perawatan usai berjemur penting lantaran untuk mengurangi efek samping paparan sinar matahari.
Luka bakar matahari merupakan konsekuensi umum yang biasanya dialami oleh individu setelah berjemur pada iklim panas. Individu dapat menggunakan produk-produk yang mendinginkan dan menenangkan seperti gel aloe vera atau losion pasca matahari guna mengurangi kemerahan, peradangan, dan ketidaknyamanan.
Selain itu, pajanan sinar matahari dapat menguras kelembaban alami kulit sehingga menyebabkan dehidrasi. Perawatan kulit pasca berjemur yang dapat dilakukan adalah mencakup hidrasi kulit untuk mengembalikan kelembaban yang hilang, mencegah kulit menjadi kering, tegang, dan mengelupas, serta memastikan kulit tetap lembut dan sehat.
Perawatan kulit lain seusai berjemur di bawah terik matahari adalah untuk meminimalkan pengelupasan berlebih dengan menjaga kelembapan kulit dan mengurangi tingkat pengelupasan. ”Pengelupasan yang berlebihan sering kali muncul pada kulit yang terbakar matahari,” ujarnya.
Langkah membersihkan diri dengan pembersih yang tepat juga sangat penting seusai terpapar sinar matahari karena selain untuk menjaga kebersihan, penting untuk membilas minyak dan keringat yang dapat mengiritasi kulit.
Baca juga: Waspada Masalah Kulit Ini Saat Cuaca Panas Ekstrem
Dia menyarankan, pembersih yang digunakan sebaiknya tidak terlalu mengeringkan kulit sehingga menjaga barrier kulit agar tetap sehat.
”Tidak lupa, gunakan perlindungan fisik seperti payung, baju lengan panjang dan menyerap keringat di cuaca panas agar melindungi dari pajanan langsung sinar matahari dan menghindari kelembaban berlebih akibat keringat,” katanya.
Editor: Fajar Sidik
Indonesia beberapa waktu belakangan dilanda cuaca panas. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa cuaca panas yang terjadi akibat dari pemanasan permukaan sebagai dampak berkurangnya pembentukan awan dan curah hujan.
Baca juga: Selain Sunscreen, Warna Pakaian Ini Dapat Melindungi Kulit dari Sinar UV
Meskipun bukan karena gelombang panas atau heatwave, beberapa daerah di Indonesia - dalam keterangan BMKG beberapa waktu lalu - suhu udara di sejumlah wilayah di Indonesia tercatat mencapai lebih dari 35 derajat celsius. Di Palu, suhu udara pernah mencapai 37,8 derajat celsius pada 23 April 2024.
Kemudian, pada 21 April 2024 di Medan, Sumatra utara, suhu udara mencapai 37 derajat celsius, dan di Saumlaki, Maluku mencapai suhu maksimum 37.8 derajat celsius, serta pada 23 April di Palu, Sulawesi Tengah mencapai 36,8 derajat celsius.
Spesialis Kulit, Kelamin, dan Estetik dr. Arini Astasari Widodo mengatakan bahwa cuaca panas dapat memengaruhi penyakit kulit atau menyebabkan eksaserbasi terhadap penyakit kulit yang sudah ada. Eksaserbasi adalah istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan peningkatan atau kambuhnya gejala suatu penyakit yang sudah ada sebelumnya.
”Dalam konteks penyakit kulit, seperti dermatitis atopi atau eczema, eksaserbasi berarti bahwa seseorang telah memiliki penyakit kulit ini dalam bentuk bawaannya, dan kemudian gejala penyakit tersebut menjadi lebih parah atau aktif kembali akibat pemicu tertentu,” ujarnya kepada Hypeabis.id.
Arini menuturkan ada beberapa cara cuaca panas dapat berperan memicu atau memperburuk penyakit kulit yang sudah ada. Pertama adalah suhu tinggi itu sendiri. Menurutnya, suhu yang tinggi dapat membuat kulit menjadi kering, sehingga lebih rentan terhadap iritasi - terutama terhadap individu dengan kondisi kulit yang sensitif terhadap suhu.
Kedua adalah keringat. Cairan yang keluar dari dalam tubuh ini merupakan salah satu efek yang terjadi ketika cuaca panas dan dapat berdampak negatif pada kulit.
Saat suhu meningkat, tubuh cenderung menghasilkan lebih banyak keringat sebagai mekanisme pendinginan. Namun, keringat mengandung garam dan bahan kimia lain yang dapat mengiritasi kulit jika dibiarkan mengering di atasnya. Kondisi tersebut dapat memicu eksaserbasi pada penyakit kulit seperti dermatitis atau miliaria (heat rash).
Terakhir, pajanan sinar matahari yang intens adalah faktor lain yang perlu diperhitungkan. Sinar ultraviolet (UV) yang ada dalam sinar matahari dapat merusak kulit dan memicu eksaserbasi terhadap kondisi kulit yang sensitif dengan sinar matahari, seperti lupus eritematosus sistemik atau melasma.
Dengan begitu, guna menghindari dampak buruk cuaca panas, perlu melakukan berbagai langkah untuk perlindungan terhadap kulit.
Gunakan pelembap dan tabir surya
Pada cuaca panas, kulit menjadi lebih rentan mengalami dehidrasi akibat pajanan sinar matahari dan keringat berlebihan.Pelembap memiliki peran untuk mencegah dehidrasi yang terjadi dengan kulit.Pelembap akan mengunci kelembaban dan menjaga penghalang alami kulit, dan mengurangi risiko iritasi serta sensitivitas.
Tidak hanya itu, produk ini juga membantu meredakan iritasi atau kemerahan kulit yang disebabkan oleh panas. Selain itu, pelembap dengan formulasi ringan juga dapat menyeimbangkan produksi minyak.
”Kita harus pandai memilih pelembab karena pelembap memainkan peran sentral dalam memperbaiki dan menjaga penghalang pelindung kulit, yang sangat penting untuk mencegah kehilangan air,” katanya.
Dia mengungkapkan bahwa pelembap memiliki beberapa jenis - bergantung dengan mekanismenya, yakni humektan, emolien, dan oklusif. Setiap jenisnya memiliki cara kerja yang berbeda, seperti menarik air ke permukaan kulit, membuat kulit lebih lembut dan halus, serta membentuk lapisan pelindung untuk mengurangi trans-epidermal water loss (kehilangan air melalui kulit).
Perbedaan cara kerja pelembap tersebut membuat penting bagi individu untuk menggunakannya sesuai kebutuhan dan jenis kulit. Tidak hanya sekadar meningkatkan hidrasi terhadap kulit, pengguna juga perlu memikirkan pelembap yang dapat membantu memperbaiki kerusakan kulit ringan.
Kemudian, pelembap yang digunakan oleh seseorang juga harus dapat memberikan memberikan lapisan pelindung, menenangkan dan melindungi yang membantu dalam proses penyembuhan, dan mencegah kerusakan lebih lanjut akibat gesekan atau iritan eksternal.
Selain pelembap, sunscreen juga penting digunakan oleh individu guna menghindari dampak negatif dari cuaca panas. Tabir surya memiliki peran penting untuk melindungi kulit dari dua jenis radiasi matahari yang berbeda, yaitu UVA dan UVB.
Sinar UVA memiliki gelombang elektromagnetik yang lebih panjang dan mampu menembus kulit lebih dalam, yakni mencapai lapisan dermis. Untuk melindungi kulit dari UVA, individu dapat menggunakan sunscreen spektrum luas yang mengandung filter khusus seperti avobenzone, seng oksida, atau titanium dioksida yang membantu menyerap atau menyebarkan sinar UVA, mengurangi kemampuannya merusak kolagen dan elastin, serta mencegah penuaan dini seperti kerutan, garis halus, dan bintik-bintik penuaan.
Di sisi lain, sinar UVB memiliki panjang gelombang yang lebih pendek dari UVA dan memengaruhi lapisan kulit permukaan, yaitu epidermis. Jadi, tabir surya dengan sun protection factor (SPF) dapat membantu melindungi kulit dengan menghalangi sebagian besar sinar UVB yang bisa menyebabkan luka bakar matahari dan kerusakan DNA sel kulit.
”Perlindungan [Dari] UVB yang efektif membantu mencegah luka bakar matahari dan juga mengurangi risiko kanker kulit seperti karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa, dan melanoma,” katanya.
Gunakan pembersih kulit
Selain menggunakan pelembap dan tabir surya, perawatan kulit setelah berjemur merupakan hal yang signifikan, terutama di daerah dengan iklim panas. Perawatan usai berjemur penting lantaran untuk mengurangi efek samping paparan sinar matahari.Luka bakar matahari merupakan konsekuensi umum yang biasanya dialami oleh individu setelah berjemur pada iklim panas. Individu dapat menggunakan produk-produk yang mendinginkan dan menenangkan seperti gel aloe vera atau losion pasca matahari guna mengurangi kemerahan, peradangan, dan ketidaknyamanan.
Selain itu, pajanan sinar matahari dapat menguras kelembaban alami kulit sehingga menyebabkan dehidrasi. Perawatan kulit pasca berjemur yang dapat dilakukan adalah mencakup hidrasi kulit untuk mengembalikan kelembaban yang hilang, mencegah kulit menjadi kering, tegang, dan mengelupas, serta memastikan kulit tetap lembut dan sehat.
Perawatan kulit lain seusai berjemur di bawah terik matahari adalah untuk meminimalkan pengelupasan berlebih dengan menjaga kelembapan kulit dan mengurangi tingkat pengelupasan. ”Pengelupasan yang berlebihan sering kali muncul pada kulit yang terbakar matahari,” ujarnya.
Langkah membersihkan diri dengan pembersih yang tepat juga sangat penting seusai terpapar sinar matahari karena selain untuk menjaga kebersihan, penting untuk membilas minyak dan keringat yang dapat mengiritasi kulit.
Baca juga: Waspada Masalah Kulit Ini Saat Cuaca Panas Ekstrem
Dia menyarankan, pembersih yang digunakan sebaiknya tidak terlalu mengeringkan kulit sehingga menjaga barrier kulit agar tetap sehat.
”Tidak lupa, gunakan perlindungan fisik seperti payung, baju lengan panjang dan menyerap keringat di cuaca panas agar melindungi dari pajanan langsung sinar matahari dan menghindari kelembaban berlebih akibat keringat,” katanya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.