Ilustrasi cuaca panas ekstrem. (Sumber gambar : Freepik/Jcomp)

Waspada Masalah Kulit Ini Saat Cuaca Panas Ekstrem

01 May 2024   |   08:00 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Suhu panas ekstrem tengah melanda sejumlah negara di Asia dan Asia Tenggara. Tidak terkecuali di Indonesia, dengan beberapa wilayah mencapai suhu lebih dari 35 derajat Celcius. Kondisi ini bisa menimbulkan sejumlah persoalan, salah satunya kesehatan kulit. 

Spesialis Kulit, Kelamin, dan Estetik dr. Arini Astasari Widodo menerangkan iklim panas dan lembap dapat berdampak signifikan pada kualitas kulit, dengan efek jangka pendek dan jangka panjang pada struktur dan fungsi kulit. Efek-efek ini erat hubungannya dengan proses termoregulasi alami tubuh dan kemampuan kulit untuk beradaptasi dengan perubahan suhu.

Sebagai respons terhadap perubahan suhu, tubuh menjalani proses seperti vasodilatasi dan vasokonstriksi untuk menjaga suhu inti tubuh tetap stabil. Ketika proses-proses ini terganggu, integritas kulit dan kemampuannya untuk menahan stres mekanis serta menjaga fungsi imunologisnya dapat terancam. 

Baca juga: Epidemiolog Ungkap Daftar Penyakit yang Bisa Muncul Akibat Suhu Panas Ekstrem

Arini menyebut salah satu efek jangka pendeknya adalah peningkatan suhu kulit, yang telah dikaitkan dengan peningkatan Trans-Epidermal Water Loss (TEWL). Adapun TEWL mengukur jumlah air yang menguap secara pasif melalui permukaan kulit. 

Peningkatan TEWL mengindikasikan kerusakan pada fungsi penghalang epidermis, yang sangat penting untuk melindungi kulit. Dalam kondisi stabil, TEWL berkisar antara 4 hingga 10 g/m2 per jam. “Namun dapat meningkat secara signifikan ketika penghalang kulit terganggu, menyebabkan kulit menjadi kering dan bersisik,” ujarnya kepada Hypeabis.id. 

Selain itu, cuaca panas dapat memengaruhi penyakit kulit atau menyebabkan eksaserbasi pada penyakit kulit yang sudah ada. Eksaserbasi adalah istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan peningkatan atau kambuhnya gejala suatu penyakit yang sudah ada sebelumnya. 

Dalam konteks penyakit kulit, seperti dermatitis atopik atau eczema, Arini menerangkan eksaserbasi berarti bahwa seseorang telah memiliki penyakit kulit ini dalam bentuk bawaannya dan kemudian gejala penyakit tersebut menjadi lebih parah atau aktif kembali akibat pemicu tertentu.

Arini menuturkan ada beberapa cara bagaimana cuaca panas dapat berperan dalam memicu atau memperburuk penyakit kulit yang sudah ada. Pertama, suhu tinggi itu sendiri dapat menjadi faktor. “Suhu tinggi dapat mengeringkan kulit dan membuatnya lebih rentan terhadap iritasi, terutama pada individu dengan kondisi kulit yang sensitif terhadap suhu,” jelasnya.

Selanjutnya, keringat adalah salah satu efek cuaca panas yang dapat berdampak negatif pada kulit. Saat suhu meningkat, tubuh cenderung menghasilkan lebih banyak keringat sebagai mekanisme pendinginan. Namun, keringat mengandung garam dan bahan kimia lain yang dapat mengiritasi kulit jika dibiarkan mengering di atasnya. Hal ini dapat memicu eksaserbasi pada penyakit kulit seperti dermatitis atau miliaria (heat rash). 

Terakhir, pajanan sinar matahari yang intens adalah faktor lain yang perlu diperhitungkan. Sinar UV dalam cuaca panas dapat merusak kulit dan memicu eksaserbasi pada kondisi kulit yang sensitif terhadap sinar matahari, seperti lupus eritematosus sistemik atau melasma. 

Baca juga: Jakarta Makin Panas, Waspadai Kondisi Heatstroke dengan Mengenal Gejala Sampai Penanganannya

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Intip Karier Maarten Paes di Sepak Bola yang Resmi Jadi Warga Negara Indonesia

BERIKUTNYA

Mendorong Kuliner Asia Sesuai Selera Lokal, Apa Tantangannya?

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: