Menilik Performa Siksa Kubur vs Badarawuhi, Tertatih Menuju 4 Juta Penonton
13 May 2024 |
16:10 WIB
1
Like
Like
Like
Satu bulan telah berlalu sejak dua film Lebaran paling ditunggu tahun ini, yakni Siksa Kubur dan Badarawuhi di Desa Penari, tayang serentak di bioskop. Sejak tayang bersamaan pada 11 April 2024, dua film ini telah menciptakan rivalitas yang menarik dalam lanskap sinema Indonesia.
Tak sedikit yang mengaitkan pemecahan dua kubu penonton ini dengan fenomena Barbenheimer, yakni ketika film Barbie yang disutradarai oleh Greta Gerwig dan film Oppenheimer yang disutradarai Christopher Nolan juga tayang dalam periode yang sama.
Baca juga: Tayang di Amerika Serikat, Badarawuhi di Desa Penari Dapat Skor Segini di Rotten Tomatoes
Namun, kalau ditilik lebih jauh, dua film tersebut bersaing dalam ceruk penonton dan genre yang cukup berbeda. Sebaliknya, di Indonesia, Siksa Kubur dan Badarawuhi justru berada dalam satu ceruk penonton yang sama, yakni pencinta horor.
Film Siksa Kubur datang dengan tawaran tema horor religi dan digarap oleh sutradara yang punya branding kuat, Joko Anwar. Sementara itu, Badarawuhi di Desa Penari menawarkan daya tarik dari prekuel cerita film paling laris sepanjang masa Indonesia, yakni KKN di Desa Penari. Seri adaptasi yang juga punya branding kuat.
Persaingan dua film ini pun jadi hal yang menarik. Dua film ini sama-sama berhasil bertahan hingga berminggu-minggu setelah Lebaran berkat kesuksesannya masing-masing.
Melalui akun resmi KKN Movie, mereka mengumumkan pada hari ke-28 tayang di bioskop, film Badarawuhi resmi meraih 3.911.024 penonton. Lalu, Joko Anwar juga mengabarkan bahwa setelah hari ke-23 penayangan di bioskop, film Siksa Kubur mampu meraih 3.900.317 penonton.
Dua film ini masih sangat mungkin menambah jumlah penontonnya. Sebab, masih tayang di bioskop, meski saat ini jumlah showtimes mereka telah jauh berkurang dibanding saat minggu-minggu awal perilisan.
Pengamat perfilman Hikmat Darmawan mengatakan sebagai sebuah film yang tayang pada periode emas, yakni saat Lebaran, dua judul ini telah menunjukkan perfomarma yang menarik.
Hikmat menyebut film Siksa Kubur cukup oke, sesuai prediksi awal, dan mungkin lebih bagus dibanding proyeksi saat sebelum film ini ketahuan bentuknya. Adapun Badarawuhi, performanya juga tak kalah memuaskan, meski ada sejumlah sentimen negatif di beberapa sisinya.
Menurutnya, jumlah penonton film ini masih mungkin akan bertambah. Namun, peluang untuk mengerek jumlah angka secara signifikan tampaknya sudah cukup sulit dilakukan.
Sebab, dalam periode setelah dua film ini tayang, ada banyak judul baru yang muncul. Film-film baru itu pun juga menarik atensi publik. Namun, ada fenomena unik yang terjadi di mata Hikmat.
Salah satu yang jadi sorotan ialah pemandi jenazah yang laju jumlah penontonnya cukup cepat, terutama saat menuju 1,5 juta penonton. Akan tetapi, tiba-tiba film itu justru seperti berhenti di angka sekitar 1,6 juta saja.
Selain itu, film-film lain juga bermunculan dan juga memiliki raihan penonton yang positif. Tentu, ini membuat film-film lama perlu mengatur strategi agar terus bertahan.
Dalam satu bulan terakhir, rivalitas Siksa Kubur dan Badarawuhi memang menarik untuk disimak. Hikmat menyebut sebagai dua film horor, tentu saja dua karya ini memiliki ceruk penonton yang mirip.
“Dua film ini beredar di waktu Lebaran bukan karena ingin bekerja sama, tetapi sebetulnya head to head. Kalau maunya masing-masing sih kayaknya satu film aja sih. Jadi, ini masih mencoba mengejar dominasi slot tayang. Sehingga yang dialami penonton hanyalah dua pilihan itu, terutama saat benar-benar Lebaran,” kata Hikmat kepada Hypeabis.id
Padahal, menurut Hikmat, Lebaran harusnya menjadi momen sukacita sinema juga. Dalam artian, pada periode tersebut, bisa untuk menampung 3-4 film, bukan malah dua saja.
Terkait rivalitas film ini yang dikaitkan dengan Barbenheimner pun menurut dia tak benar-benar terjadi. Sebab, di Indonesia filmnya sama-sama berada di genre yang sama. Hikmat menyebut fenomena itu bisa terjadi kalau head to head-nya adalah Siksa Kubur vs Dua Hati Biru atau Badarawuhi vs Dua Hati Biru.
Nyatanya, film Dua Hati Biru justru tayang seminggu setelah Lebaran. Hal ini tampaknya yang juga berpengaruh pada film tersebut karena tampak jadi tidak semeledak yang diperkirakan sebagai sebuah sekuel.
Pengamat film nasional Shandy Gasella mengatakan performa film Siksa Kubur dan Badarawuhi sudah memuaskan atau belum, itu adalah relatif. Namun, jika perbandingannya adalah periode lebaran-lebaran sebelumnya, apalagi pada 2022, tentu masih jauh.
Apa yang dilakukan oleh film KKN di Desa Penari masih belum tertandingi, bahkan ketika dua film Lebaran tahun ini digabungkan. Shandy mengatakan ada beberapa alasan yang mendasari hal tersebut.
Selain persoalan momentum kebangkitan setelah pandemi, film KKN di Desa Penari itu tayang bahkan sebelum Lebaran dimulai. Namun, tahun ini, Badarawuhi dan Siksa Kubur justru tayang sehari setelah Lebaran.
Menurutnya, pilihan tanggal penayangan ini bisa jadi punya pengaruh juga. Selain itu, dua film yang sama-sama menggarap horor juga membuat demografi penonton saling bertubrukan.
“Ini mengakibatkan performa keduanya menjadi tidak maksimal, untuk tidak menyebutnya saling bunuh,” ujar Shandy.
Menurut, Festival Director Jakarta World Cinema Week tersebut, fenomena Siksa Kubur dan Badarawuhi mesti bisa jadi pelajaran besar bagi programming bioskop untuk lebih selektif dalam menduelkan dua film dengan genre yang sama secara bersamaan.
Selain itu, film periode Lebaran juga mesti dimanfaatkan potensinya, alias tidak ditayangkan sehari setelah hari H. “Menayangkan film Lebaran sehari setelah Lebaran jelas itu kesalahan fatal. Sebab, libur Lebaran dimulai sebelum hari Lebaran itu sendiri,” imbuhnya.
Baca juga: 6 Film Terlaris Indonesia Sampai April 2024, Ada Badarawuhi di Desa Penari & Siksa Kubur
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Tak sedikit yang mengaitkan pemecahan dua kubu penonton ini dengan fenomena Barbenheimer, yakni ketika film Barbie yang disutradarai oleh Greta Gerwig dan film Oppenheimer yang disutradarai Christopher Nolan juga tayang dalam periode yang sama.
Baca juga: Tayang di Amerika Serikat, Badarawuhi di Desa Penari Dapat Skor Segini di Rotten Tomatoes
Namun, kalau ditilik lebih jauh, dua film tersebut bersaing dalam ceruk penonton dan genre yang cukup berbeda. Sebaliknya, di Indonesia, Siksa Kubur dan Badarawuhi justru berada dalam satu ceruk penonton yang sama, yakni pencinta horor.
Film Siksa Kubur datang dengan tawaran tema horor religi dan digarap oleh sutradara yang punya branding kuat, Joko Anwar. Sementara itu, Badarawuhi di Desa Penari menawarkan daya tarik dari prekuel cerita film paling laris sepanjang masa Indonesia, yakni KKN di Desa Penari. Seri adaptasi yang juga punya branding kuat.
Persaingan dua film ini pun jadi hal yang menarik. Dua film ini sama-sama berhasil bertahan hingga berminggu-minggu setelah Lebaran berkat kesuksesannya masing-masing.
Melalui akun resmi KKN Movie, mereka mengumumkan pada hari ke-28 tayang di bioskop, film Badarawuhi resmi meraih 3.911.024 penonton. Lalu, Joko Anwar juga mengabarkan bahwa setelah hari ke-23 penayangan di bioskop, film Siksa Kubur mampu meraih 3.900.317 penonton.
Dua film ini masih sangat mungkin menambah jumlah penontonnya. Sebab, masih tayang di bioskop, meski saat ini jumlah showtimes mereka telah jauh berkurang dibanding saat minggu-minggu awal perilisan.
Pengamat perfilman Hikmat Darmawan mengatakan sebagai sebuah film yang tayang pada periode emas, yakni saat Lebaran, dua judul ini telah menunjukkan perfomarma yang menarik.
Hikmat menyebut film Siksa Kubur cukup oke, sesuai prediksi awal, dan mungkin lebih bagus dibanding proyeksi saat sebelum film ini ketahuan bentuknya. Adapun Badarawuhi, performanya juga tak kalah memuaskan, meski ada sejumlah sentimen negatif di beberapa sisinya.
Menurutnya, jumlah penonton film ini masih mungkin akan bertambah. Namun, peluang untuk mengerek jumlah angka secara signifikan tampaknya sudah cukup sulit dilakukan.
Sebab, dalam periode setelah dua film ini tayang, ada banyak judul baru yang muncul. Film-film baru itu pun juga menarik atensi publik. Namun, ada fenomena unik yang terjadi di mata Hikmat.
Salah satu yang jadi sorotan ialah pemandi jenazah yang laju jumlah penontonnya cukup cepat, terutama saat menuju 1,5 juta penonton. Akan tetapi, tiba-tiba film itu justru seperti berhenti di angka sekitar 1,6 juta saja.
Selain itu, film-film lain juga bermunculan dan juga memiliki raihan penonton yang positif. Tentu, ini membuat film-film lama perlu mengatur strategi agar terus bertahan.
Dalam satu bulan terakhir, rivalitas Siksa Kubur dan Badarawuhi memang menarik untuk disimak. Hikmat menyebut sebagai dua film horor, tentu saja dua karya ini memiliki ceruk penonton yang mirip.
“Dua film ini beredar di waktu Lebaran bukan karena ingin bekerja sama, tetapi sebetulnya head to head. Kalau maunya masing-masing sih kayaknya satu film aja sih. Jadi, ini masih mencoba mengejar dominasi slot tayang. Sehingga yang dialami penonton hanyalah dua pilihan itu, terutama saat benar-benar Lebaran,” kata Hikmat kepada Hypeabis.id
Padahal, menurut Hikmat, Lebaran harusnya menjadi momen sukacita sinema juga. Dalam artian, pada periode tersebut, bisa untuk menampung 3-4 film, bukan malah dua saja.
Terkait rivalitas film ini yang dikaitkan dengan Barbenheimner pun menurut dia tak benar-benar terjadi. Sebab, di Indonesia filmnya sama-sama berada di genre yang sama. Hikmat menyebut fenomena itu bisa terjadi kalau head to head-nya adalah Siksa Kubur vs Dua Hati Biru atau Badarawuhi vs Dua Hati Biru.
Nyatanya, film Dua Hati Biru justru tayang seminggu setelah Lebaran. Hal ini tampaknya yang juga berpengaruh pada film tersebut karena tampak jadi tidak semeledak yang diperkirakan sebagai sebuah sekuel.
Dualitas Film Untung atau Rugi?
Pengamat film nasional Shandy Gasella mengatakan performa film Siksa Kubur dan Badarawuhi sudah memuaskan atau belum, itu adalah relatif. Namun, jika perbandingannya adalah periode lebaran-lebaran sebelumnya, apalagi pada 2022, tentu masih jauh.Apa yang dilakukan oleh film KKN di Desa Penari masih belum tertandingi, bahkan ketika dua film Lebaran tahun ini digabungkan. Shandy mengatakan ada beberapa alasan yang mendasari hal tersebut.
Selain persoalan momentum kebangkitan setelah pandemi, film KKN di Desa Penari itu tayang bahkan sebelum Lebaran dimulai. Namun, tahun ini, Badarawuhi dan Siksa Kubur justru tayang sehari setelah Lebaran.
Menurutnya, pilihan tanggal penayangan ini bisa jadi punya pengaruh juga. Selain itu, dua film yang sama-sama menggarap horor juga membuat demografi penonton saling bertubrukan.
“Ini mengakibatkan performa keduanya menjadi tidak maksimal, untuk tidak menyebutnya saling bunuh,” ujar Shandy.
Menurut, Festival Director Jakarta World Cinema Week tersebut, fenomena Siksa Kubur dan Badarawuhi mesti bisa jadi pelajaran besar bagi programming bioskop untuk lebih selektif dalam menduelkan dua film dengan genre yang sama secara bersamaan.
Selain itu, film periode Lebaran juga mesti dimanfaatkan potensinya, alias tidak ditayangkan sehari setelah hari H. “Menayangkan film Lebaran sehari setelah Lebaran jelas itu kesalahan fatal. Sebab, libur Lebaran dimulai sebelum hari Lebaran itu sendiri,” imbuhnya.
Baca juga: 6 Film Terlaris Indonesia Sampai April 2024, Ada Badarawuhi di Desa Penari & Siksa Kubur
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.