Ilustrasi digitalisasi (Sumber gambar: Headway/ Unsplash)

Media Sosial dan E-commerce Jadi Ladang Subur Bisnis UMKM

30 April 2024   |   16:52 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Digitalisasi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM terus dipacu. Menghadapi perkembangan zaman yang penuh tantangan, UMKM memang dihadapkan pada kebutuhan untuk beradaptasi dan bertranformasi untuk masuk ke ekosistem digital.

Usaha ini setiap tahun terus mengalami perbaikan dan terus didorong lebih jauh. Sebab, hanya dengan digitalisasi UMKM diharapkan bisa terus menjadi jantung pertumbuhan yang menstabilkan dan memajukan perekonomian nasional.

Baca juga: Hore, Akses Kredit UMKM Makin Mudah dan Bisa Tanpa Agunan

Plt Ketum BPP Hipmi Muhammad Aaron Annar Sampetoding mengatakan, di tengah pertumbuhan ekonomi digital, para pelaku UMKM kini sudah makin sadar dengan pentingnya digitalisasi dalam bisnis mereka.

Dalam data yang dibagikan Aaron, sebanyak 33,86 persen UMKM yang awalnya hanya berjualan secara offline, kini sudah memutuskan untuk memperluas bisnisnya secara online.

Kemudian, sebanyak 61,02 persen UMKM memanfaatkan kanal offline dan online secara bersamaan sebagai media promosi sejak awal membangun usaha.

Lalu, saat ini ada sekitar 5,12 persen pelaku UMKM yang benar-benar hanya memanfaatkan platform digital sebagai satu-satunya sarana dalam berjualan.

“Sebanyak 56,30 persen berjualan di aplikasi media sosial dan 47,64 persen di aplikasi e-commerce. Dua platform online ini yang paling banyak digunakan UMKM untuk berjualan,” ucap Aaron dalam Bisnis Indonesia BUMN Forum 2024 bertema Penguatan Kontribusi BUMN untuk Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan di Hotel Raffles Jakarta, Selasa (30/4/2024).


Potensi Ekonomi Akselerasi Digitalisasi UMKM

Aaron mengatakan digitalisasi bagi UMKM merupakan langkah yang penting dan mesti terus diperhatikan. Angka-angka capaian yang muncul bahkan masih harus terus didorong lagi menjadi lebih baik.

Menurutnya, salah satu tantangan UMKM dalam mengembangkan bisnisnya ialah keterbatasan kemampuan pada teknologi, termasuk digitalisasi ini.

Namun, digitalisasi ini juga tidak bisa hanya disederhanakan menjadi sekadar soal perpindahan bisnis dari luring ke daring. Lebih dari itu, digitalisasi adalah perubahan sistem yang bersifat menyeluruh, termasuk soal pencatatan transaksi yang perlu jadi perhatian serius di kalangan UMKM.

Pasalnya, saat ini pencatatan memang masih jadi kelemahan UMKM. Padahal, pencatatan berperan penting dalam pengembangan bisnis mereka. Ketika UMKM memiliki pencatatan yang baik, mereka akan cenderung lebih mudah mendapatkan pendanaan, karena validasi dari bank akan jauh lebih mudah.

Aaron berharap dengan dukungan berbagai stakeholder, UMKM bisa lebih cepat melakukan transformasi ke ekosistem digital. Sebab, hingga hari ini, Indonesia masih begitu mengandalkan perputaran ekonomi dari UMKM.

Baca juga: Hypereport: Kartini Masa Kini Pejuang Kuliner Ibu Rumah Tangga dan UMKM

Dia mengatakan UMKM masih memiliki potensi yang sangat besar. Jumlah UMKM di Indonesia saat ini adalah sebanyak 65,4 juta unit atau 99,99 persen dari total usaha di Indonesia. Jumlah tersebut dapat menyerap tenaga kerja hingga 123,3 juta atau sekitar 97 persen total tenaga kerja.

“Sekitar 60 persen dari total PDB Indonesia setiap tahunnya disumbang UMKM. Bahkan, UMKM juga mampu menghimpun 60,7 persen dari total investasi di Indonesia,” imbuhnya.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Mendorong Edukasi Kesehatan Preventif Melalui Layanan Vaksinasi

BERIKUTNYA

5 Negara dengan Luas Wilayah Terkecil di Dunia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: