Luxury Crime Sigit D Pratama, Instalasi Bak Mandi Kontemplatif di Art Jakarta Gardens 2024
24 April 2024 |
15:37 WIB
1
Like
Like
Like
Inspirasi dalam berkarya bisa datang dari mana saja, bahkan dari sesuatu yang mungkin tak pernah terbayangkan sebelumnya. Di mata seniman Sigit D Pratama, aktivitas mandi di bathtub, yang sehari-hari dilakukan sebagian orang, rupanya bisa jadi bahasa visual yang kontemplatif untuk merespons kondisi sosial yang ada saat ini.
Di tengah taman hijau Hutan Kota Plataran, Senayan, Jakarta, instalasi bak mandi dari Sigit ini menjadi salah satu karya yang cukup menyita perhatian publik. Terletak di paviliun berukuran 4x3 meter milik Roca, instalasi yang diberi tajuk Luxury Crime (After Agus Suwage) ini merupakan bagian dari Special Presentations Art Jakarta Gardens 2024.
Siang itu, ketika gelaran Art Jakarta Gardens 2024 baru saja dibuka, puluhan muda-mudi tampak dibuat penasaran dengan antrean di paviliun milik Roca tersebut. Ketika satu per satu dari mereka masuk dan menyibak gorden instalasi bak mandinya, hampir seluruhnya menunjukkan ekspresi yang senada: terbelalak.
Baca juga: Menyibak Representasi Patung & Instalasi di Art Jakarta Gardens 2024
Di balik gorden itu, sang seniman menempatkan bak mandi mewah berwarna putih yang telah terisi penuh dengan cairan. Air dari bathtub tersebut bahkan sampai berceceran di lantai. Namun, ini bukanlah air keran biasa. Air untuk mandi itu berwarna merah.
Di dalam bathtub, terdapat manekin yang setengah badannya tenggelam dan hanya menyisakan kaki dan tangan bagian kanannya, serta kepala yang mencuat ke atas. Manekin tersebut tampak sedang asyik berendam dengan cairan berwarna merahnya sembari membaca sebuah buku.
Ketika diperhatikan, foto sampul dari buku tersebut menampilkan satu foto karya dari Agus Suwage, berupa instalasi tengkorak berwarna emas yang juga sedang berendam di bak mandi.
Dengan gambaran visual seperti ini, tak mengherankan kalau siapa saja yang menyibak gorden instalasi tersebut, ekspresinya akan langsung terbelalak. Lewat visual yang dipresentasikan, Sigit sedang berusaha kembali mempertentangkan kenyamanan dan kemewahan kesendirian, sesuatu yang dalam beberapa dekade terakhir selalu tak bisa didapat secara bersama.
Sigit mengatakan instalasi ini terinspirasi dari hal yang sangat sederhana. Dia merasa kehidupan masyarakat modern hari ini berjalan begitu cepat. Setiap orang kerap kali selalu dipaksa untuk produktif sepanjang waktu tanpa jeda. Pada satu sisi, itu bisa melahirkan kemewahan berupa materi, tetapi di sisi yang lain juga mendegradasi kenyamanan hidupnya.
“Rasanya susah banget sekarang untuk orang punya kesempatan sekadar sendiri, menyendiri, berpikir, dan merefleksikan yang sudah lewat. Sering kali, hal-hal itu hanya didapat ketika kita sedang mandi saja,” terang Sigit di Art Jakarta Gardens, Selasa (23/4/2024).
Baca juga: Kemegahan Instalasi Gigantik Gold is King Naufal Abshar di Art Jakarta Gardens 2024
Bagi Sigit, kehidupan seperti terus memaksa banyak orang untuk bergerak selalu, tanpa pernah memberi jeda. Kalau pun jeda itu coba diambil, akan ada konsekuensi yang didapat, entah apa pun itu bentuknya.
Itulah yang membuat aktivitas mandi di bathtub, ketika seseorang benar-benar sendiri dan mungkin sedikit melambatkan diri, menjadi sesuatu yang kontemplatif bagi Sigit belakangan ini.
Dalam merancang instalasi ini, Sigit juga sengaja memakai cairan berwarna merah untuk mengisi penuh bak mandinya. Elemen ini sengaja dipilihnya sebagai titik kontemplatif bersama dan ruang interpretasi yang berbeda-beda bagi pengunjung yang melihat karyanya.
Mengingat ada kemungkinan visual ini bisa memberi intensi tertentu kepada beberapa orang, di bagian depan paviliun, dirinya juga telah memasang ‘papan peringatan’ sebelum seseorang memutuskan untuk masuk dan melihat karya. “Namun, sebenarnya inspirasi warna merah itu datang dari tradisi mandi wine yang ada di beberapa negara,” imbuhnya.
Selain itu, karya commision yang mencoba menyajikan secuplik pengalaman multisensori ini juga terinspirasi dari “The Death of Marat” by Jacques-Louis David (1973), “Fountain” by Marcel Duchamp (1917), and “The Art of Painting” by Johannes Vermeer (1668).
Dalam menggarap karya ini, Sigit juga bekerja sama dengan this/PLAY Studio. Kemudian, desain suaranya dirancang oleh Nabil Swara. Puisi bisikannya diambil dari The Book of Forbidden Feelings karya Lala Bohang. Adapun, pencahayaannya digarap oleh Azhar Magentalangit (PARA Studio).
Baca juga: Art Jakarta Gardens 2024 Resmi Dibuka, Hadirkan Puluhan Karya Patung & Instalasi
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Di tengah taman hijau Hutan Kota Plataran, Senayan, Jakarta, instalasi bak mandi dari Sigit ini menjadi salah satu karya yang cukup menyita perhatian publik. Terletak di paviliun berukuran 4x3 meter milik Roca, instalasi yang diberi tajuk Luxury Crime (After Agus Suwage) ini merupakan bagian dari Special Presentations Art Jakarta Gardens 2024.
Siang itu, ketika gelaran Art Jakarta Gardens 2024 baru saja dibuka, puluhan muda-mudi tampak dibuat penasaran dengan antrean di paviliun milik Roca tersebut. Ketika satu per satu dari mereka masuk dan menyibak gorden instalasi bak mandinya, hampir seluruhnya menunjukkan ekspresi yang senada: terbelalak.
Baca juga: Menyibak Representasi Patung & Instalasi di Art Jakarta Gardens 2024
Karya Seniman Sigit D. Pratama/thisPLAY berjudul Luxury Crime (After Agus Suwage) dipamerkan pada Art Jakarta Gardens 2024 di Hutan Kota by Plataran, Jakarta, Selasa (23/4/2024). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Arief Hermawan P)
Di dalam bathtub, terdapat manekin yang setengah badannya tenggelam dan hanya menyisakan kaki dan tangan bagian kanannya, serta kepala yang mencuat ke atas. Manekin tersebut tampak sedang asyik berendam dengan cairan berwarna merahnya sembari membaca sebuah buku.
Ketika diperhatikan, foto sampul dari buku tersebut menampilkan satu foto karya dari Agus Suwage, berupa instalasi tengkorak berwarna emas yang juga sedang berendam di bak mandi.
Dengan gambaran visual seperti ini, tak mengherankan kalau siapa saja yang menyibak gorden instalasi tersebut, ekspresinya akan langsung terbelalak. Lewat visual yang dipresentasikan, Sigit sedang berusaha kembali mempertentangkan kenyamanan dan kemewahan kesendirian, sesuatu yang dalam beberapa dekade terakhir selalu tak bisa didapat secara bersama.
Sigit mengatakan instalasi ini terinspirasi dari hal yang sangat sederhana. Dia merasa kehidupan masyarakat modern hari ini berjalan begitu cepat. Setiap orang kerap kali selalu dipaksa untuk produktif sepanjang waktu tanpa jeda. Pada satu sisi, itu bisa melahirkan kemewahan berupa materi, tetapi di sisi yang lain juga mendegradasi kenyamanan hidupnya.
“Rasanya susah banget sekarang untuk orang punya kesempatan sekadar sendiri, menyendiri, berpikir, dan merefleksikan yang sudah lewat. Sering kali, hal-hal itu hanya didapat ketika kita sedang mandi saja,” terang Sigit di Art Jakarta Gardens, Selasa (23/4/2024).
Baca juga: Kemegahan Instalasi Gigantik Gold is King Naufal Abshar di Art Jakarta Gardens 2024
Karya Seniman Sigit D. Pratama/thisPLAY berjudul Luxury Crime (After Agus Suwage) dipamerkan pada Art Jakarta Gardens 2024 di Hutan Kota by Plataran, Jakarta, Selasa (23/4/2024). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Arief Hermawan P)
Itulah yang membuat aktivitas mandi di bathtub, ketika seseorang benar-benar sendiri dan mungkin sedikit melambatkan diri, menjadi sesuatu yang kontemplatif bagi Sigit belakangan ini.
Dalam merancang instalasi ini, Sigit juga sengaja memakai cairan berwarna merah untuk mengisi penuh bak mandinya. Elemen ini sengaja dipilihnya sebagai titik kontemplatif bersama dan ruang interpretasi yang berbeda-beda bagi pengunjung yang melihat karyanya.
Mengingat ada kemungkinan visual ini bisa memberi intensi tertentu kepada beberapa orang, di bagian depan paviliun, dirinya juga telah memasang ‘papan peringatan’ sebelum seseorang memutuskan untuk masuk dan melihat karya. “Namun, sebenarnya inspirasi warna merah itu datang dari tradisi mandi wine yang ada di beberapa negara,” imbuhnya.
Selain itu, karya commision yang mencoba menyajikan secuplik pengalaman multisensori ini juga terinspirasi dari “The Death of Marat” by Jacques-Louis David (1973), “Fountain” by Marcel Duchamp (1917), and “The Art of Painting” by Johannes Vermeer (1668).
Dalam menggarap karya ini, Sigit juga bekerja sama dengan this/PLAY Studio. Kemudian, desain suaranya dirancang oleh Nabil Swara. Puisi bisikannya diambil dari The Book of Forbidden Feelings karya Lala Bohang. Adapun, pencahayaannya digarap oleh Azhar Magentalangit (PARA Studio).
Baca juga: Art Jakarta Gardens 2024 Resmi Dibuka, Hadirkan Puluhan Karya Patung & Instalasi
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.