Windy Ariestanty (Sumber gambar: Instagram/windy_ariestanty)

Cerita Windy Ariestanty Menjaga Api Literasi Masa Kini

23 April 2024   |   21:42 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Di era modern, langkah kaum perempuan kian terang mempelopori dan menjadi garda terdepan dalam berbagai bidang. Dalam sektor pendidikan dan seni misalnya, di mana keterlibatan perempuan makin terdorong pada era modern dibuktikan dengan banyaknya perempuan yang tak hanya menjadi partisipan, tetapi juga sukses menginspirasi banyak orang.
 
Founder Patjarmerah Windy Ariestanty contohnya, salah satu pemrakarsa gerakan literasi dari kalangan perempuan. Wanita yang sempat menghabiskan masa kecilnya di Manado ini bercerita bagaimana kebiasaan keluarga membawanya pada prinsip dan karier yang dijajakinya sekarang. Windy menyebut habit literasi dalam keluarganya sebagai privilege. Berada dalam lingkungan rumah dengan keluarga gemar membaca membuat aktivitas menatap buku itu terasa menyenangkan.
 
“Saya ingat sekali, untuk diizinkan bermain saja saya sempat diharuskan membaca buku. Saya sudah dibiasakan membaca buku sejak usia 5 tahun. Bahkan saya sudah diminta bisa membaca dan menulis, saat itu diajari nenek saya,” katanya.

Baca juga: Hypereport: Kartini Masa Kini Pejuang Kuliner Ibu Rumah Tangga dan UMKM

Menurut Windy, figur nenek menjadi segala sumber dan dasar berpijaknya saat ini. Sejak kecil, Windy dimintakan neneknya membacakan koran dan buku setiap hari untuk mengetahui informasi yang terjadi pada hari itu. “Nenek saya buta aksara, tugas saya tiap sore membacakan berita-berita dari koran halaman awal sampai akhir untuknya. Saya menjadi mata dia untuk membaca. Karena itu, nenek punya peran penting dalam hidup saya hingga saat ini,” katanya.
 
Sebagai sosok anak kecil kala itu, Windy melihat menulis dan membaca sebagai ‘mata uang’ atau alat transaksi untuk bisa diperbolehkan bermain bersama teman-temannya. Siapa sangka, menulis dan membaca menjadi fondasi hidupnya hingga beranjak remaja dan dewasa.
 

Windy Ariestanty  (Sumber gambar: Instagram/windy_ariestanty)

Windy Ariestanty (Sumber gambar: Instagram/windy_ariestanty)

 
Bagi Windy, buku menjadi medium sederhana yang memperlakukan manusia secara setara. Lewat buku, Windy melihat orang-orang berada pada posisi yang sama, merayakan literasi dengan membaca, dan terhubung dengan cara paling humanis. “Membaca itu sesuatu yang menjadi hak semua orang. Buku bisa diwariskan, tidak terbatas kelas-kelas, tidak bersekat, dan tidak terbatas waktu. Pun tidak ada pembaca yang lebih mulia dari pembaca yang lain,” kata Windy.
 
Dengan ambisi besarnya dalam dunia literasi, Windy mempelopori Patjarmerah, sebuah festival literasi dan pasar buku keliling Indonesia demi melancarkan misi meratakan akses literasi yang setara di seluruh pelosok negeri. Sebagai perintis literasi, Windy bersama timnya menemui banyak tantangan mengenai pemerataan, keterjangkauan, hingga distribusi buku yang mereka kerjakan secara mandiri.
 
Sebagai seorang traveller juga, Windy kerap membawa buku ke daerah sembari pelesir. Sebagian sisi koper sengaja disahkannya untuk menempatkan buku-buku yang kemudian akan diletakkannya di rumah baca atau perpustakaan di tempat-tempat yang disinggahinya. Windy juga melihat sendiri bagaimana antusiasme warga desa, utamanya anak-anak dalam menyambut buku bacaan. Peran seperti ini, disebut Windy tak bisa dijalani sendiri.

Windy meyakini jika literasi tak memandang gender. Baik perempuan atau laki-laki memiliki akses yang sama setara dan harus diperjuangkan bersama. Sebagai salah satu langkah kecil untuk menghadirkan peran yang setara dalam dunia literasi, Windy sedang menggerakan Patjarmerah Kecil, sebuah gerakan literasi yang menyasar pembaca belia dan keluarga. Lewat proyek ini, Windy ingin menegaskan pentingnya peran orang tua dari sudut ibu dan ayah untuk meliterasi anak. Namun sayangnya, sejauh ini perempuan masih mendominasi peran yang lebih memperjuangkan ini dibanding laki-laki.
 
“Padahal ini bukan hanya tugas perempuan. Sejauh ini untuk terhubung dengan komunitas literasi anak, justru perempuan yang selalu menjadi garda terdepan dan aktif ambil peran,” kata Windy.

Baca juga: Hypereport: Mendorong Keterwakilan Perempuan & Menghapus Stigma Lewat Karya Film

Menurut Windy, perempuan bahkan banyak terlibat tak hanya untuk meliterasi anak, tetapi juga menambah pengetahuannya sendiri untuk mengokohkan literasi keluarga. Jika berbicara soal kesetaraan, bagi Windy baik perempuan dan laki-laki harus berkolaborasi, terlibat, dan salin belajar.

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Film Harta Tahta Raisa Diharapkan Bisa Cetak Box Office

BERIKUTNYA

Rustic Market Rock Riverside, Panorama Sungai Bebatuan di Tengah Pasar Tradisional Mojokerto

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: