Ilustrasi toko rilisan fisik (Sumber gambar: Unsplash/Mick Haupt)

Hypereport: Perjalanan Record Store Day Indonesia, Pesta Rilisan Fisik Album Musik Paling Dinanti Kolektor

20 April 2024   |   16:51 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Di Amerika Serikat, Record Store Day sudah dimulai sejak 2007. Saat itu, industri musik di negeri Paman Sam sedang berada di titik nadir. Penjualan rilisan fisik, dari kaset, CD, hingga piringan hitam merosot drastis dan berefek pada banyaknya toko musik yang gulung tikar.

Pada era tersebut, digitalisasi memang tengah merebak. Banyak orang mulai melirik situs-situs free download MP3, alih-alih membeli barang fisik lagi. Kondisi yang mulai memprihatinkan ini kemudian direspons oleh para pemilik toko, musisi, sekaligus penikmat musik. 

Baca juga: Hypereport: SORE Rilis Album Piringan Hitam di Record Store Day Indonesia

Mereka berkumpul dan bersepakat untuk kembali menghidupkan budaya menikmati rilisan fisik lagi. Caranya adalah dengan membuat hari, semacam perayaan besar yang dilakukan setiap tahun, yang bisa jadi momentum bersama untuk merawat skena musik rilisan fisik tersebut.

Hari itu bernama Record Store Day. Momen ini lalu mulai rutin digelar setiap tahunnya pada pekan ketiga bulan April. Umumnya, dilakukan setiap tanggal 20-an.

 
Penggagas Record Store Day Indonesia Mayo Ramandho berpose seusai wawancara dengan Bisnis Indonesia di Jakarta, Kamis (18/4/2024). (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Abdurachman)
Gerakan yang diinisiasi Michael Kurtz dan Carrie Colliton tersebut lantas merembet dan diikuti berbagai negara lain, termasuk Indonesia. Di Indonesia, Record Store Day baru dimulai pada 2012 atau lima tahun sejak gerakan ini pertama kali diadakan di Amerika Serikat.

Salah satu penggagas Record Store Day Indonesia (RSDI) Mayo Ramandho mengatakan gelaran RSD di Indonesia punya cita-cita yang sama dengan negara-negara lain. Yakni, untuk kembali menggeliatkan skena rilisan fisik, baik di kalangan musisi maupun para penggemarnya, dan yang lebih penting juga menjaga eksistensi toko musiknya sekaligus.

Mayo mengatakan pada 2012 lalu, dirinya melihat banyak negara mulai mengapresiasi rilisan fisik, utamanya piringan hitam. Namun, saat itu, kondisi di Indonesia justru berkebalikan. Rilisan fisik masih dianggap sebagai barang kuno yang sudah seharusnya ditinggalkan dan beralih ke digital.

Mayo yang saat itu memiliki toko musik bernama Monka Magic itu pun gusar. Suatu ketika, dia membaca informasi kalau salah satu penyebab hype rilisan fisik mulai naik lagi di luar negeri adalah karena komunitasnya masih terjaga.

Para pencinta rilisan fisik tersebut juga rutin setiap tahun merayakan Record Store Day. Berbekal informasi itu, Mayo akhirnya ingin menerapkan konsep serupa di Indonesia.

“Tahun pertama itu ekspektasinya cukup bagus. Orang mulai senang lagi datang ke toko musik karena menawarkan banyak hal, tidak hanya mencari karya yang lagi diburu, tetapi juga bisa bertemu dengan banyak orang yang punya kesukaan yang sama,” ungkap Mayo kepada Hypeabis.id di sela-sela persiapan gelaran Record Store Day Indonesia, di bilangan Senayan, Kamis (18/4/2024).

Record Store Day Indonesia pertama kali diadakan di Monka Magic (Aksara Kemang) pada 2012. Setahun setelahnya, kembali diadakan di tempat yang sama. Pada 2014, acara ini mulai melebar dan diadakan juga di toko musik Heyfolks!.

Pada 2015, Record Store Day Indonesia melakukan pendekatan berbeda. Acara tidak lagi digelar di toko musik, tetapi di lokasi lain untuk menampung lebih banyak beserta dalam konsep bazar. Format ini bertahan hingga 2023.

Pada 2024, gelaran Record Store Day Indonesia kembali ke konsep awal, yakni perayaannya digelar di toko rilisan fisik secara langsung. Perubahan format ke konsep awal ini dilakukan agar acara peringatan penting bagi insan musik ini tidak keluar dari jalur.
 

Ilustrasi toko rilisan fisik (Sumber gambar: Unsplash/Mick Haupt)

Ilustrasi toko rilisan fisik (Sumber gambar: Unsplash/Mick Haupt)


Konsep bazar yang diadakan sejak 2015-2023 itu rupanya bertolak belakang dari inisiatif para pendiri Record Store Day di Amerika Serikat. Oleh karena itu, untuk kesamaan visi, pihaknya akhirnya mengubah format perayaan untuk tahun ini.

Mayo mengatakan perubahan format ini juga sudah didiskusikan dengan pihak global. Menurut Mayo, salah satu koordinator RSD Indonesia, yakni Satria, telah berdialog dengan Michael dan Carrie dari RSD Global.
Dari dialog tersebut, mereka sepakat kalau ide Record Store Day berawal dari para pemilik toko rilisan fisik independen di Amerika dan di tempat itulah seharusnya perayaan berlangsung.

“Secara budaya, kita lagi mencoba untuk membangun itu di Indonesia. Ya, memang ini masih dalam transisi, tetapi ke depan semoga lebih baik. Kalau di luar negeri, karena sudah terbangun, itu dari pagi-pagi pasti sudah ada banyak orang yang mengantre di depan toko rilisan fisik saat momen Record Store Day,” imbuhnya.


Warna Baru Record Store Day Indonesia 2024

RSD Indonesia 2024 akan melibatkan 20 toko rilisan fisik dari berbagai daerah yang telah terdaftar. Mayo menyebut angka partisipasi ini terbilang masih kecil. Dia berharap ke depan makin banyak toko yang bergabung.

Toko-toko yang berpartisipasi tahun ini di antaranya Atlas Records (Jakarta), Heyfolks! (Bekasi) Lokananta Record Store (Solo), Elbuba Store (Pekalongan), Locasoul Records (Banjarmasin), Millers Records Bali hingga MMC Record Store (Makassar).

"Namun, secara representasi sudah cukup baik karena toko-toko tersebut tersebar di banyak daerah. Ada di Jakarta, tetapi juga ada di Pekalongan, Bekasi, Tangerang, Banjarmasin, Sulawesi Selatan, Solo, dan Bali,”

Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, perayaan tahunan Record Store Day di Indonesia selalu diwarnai dengan perilisan karya spesial dari para musisi. Tahun ini total terdapat 43 musisi atau band yang akan melepas karya spesial dan eksklusif pada ajang ini.

Dari 43 rilisan ekslusif yang akan dikeluarkan tahun ini, 20 di antaranya dalam bentuk kaset, 13 adalah CD, dan 10 lainnya berformat vinyl. Seluruh rilisan eksklusif tersebut hanya bisa didapatkan di 20 toko terdaftar saja.
 

Mayo optimistis meski ada perubahan konsep, RSD di Indonesia akan berjalan meriah. Dia juga berharap perubahan ini makin membuat toko-toko rilisan fisik kembali dikenal dan dikunjungi. Dalam artian, orang tidak hanya mengandalkan bazar untuk berburu vinyl.

Terlebih, kalau berbicara pasar, peminat vinyl dan rilisan fisik lain di Indonesia masih sangat tinggi. Secara demografi, penikmat vinyl juga makin melebar, tidak hanya generasi tua, anak-anak muda kini juga mulai menikmati medium ini.

Sementara itu, secara ekosistem, saat ini makin banyak musisi, baik luar negeri maupun Indonesia, yang mulai rajin merilis karya dalam bentuk vinyl. Bertumbuhnya pabrik vinyl baru, termasuk yang ada di Indonesia baru-baru ini juga makin memancing skena ini berkembang ke arah yang positif.

Di sisi lain, meski sudah tidak menerapkan konsep bazar saat perayaan RSD, pihaknya tak benar-benar menghapus format tersebut. Konsep bazar masih akan dipakai dan akan berlangsung beberapa hari setelah perayaan RSD worldwide berlangsung. 

Baca juga: Hypereport: Record Store Day Indonesia Luncurkan 43 Rilisan Album Fisik Eksklusif, Cek Daftarnya

Format bazar dengan nama Record Store Day Indonesia Market akan digelar pada 27-28 April. Untuk bazar nanti, ada sekitar 48 toko rilisan fisik, baik offline maupun online yang akan tergabung.

Namun, dalam event bazar ini, yang dijual hanyalah rilisan fisik koleksi dari masing-masing toko, bukan rilisan Eksklusif RSD Indonesia. 

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Hypereport: Cerita Jay Subyakto Jadi Kolektor Vinyl & Kekagumannya pada Album Guruh Gipsy

BERIKUTNYA

Sekilas Mirip, Cek Perbedaan Penyakit Anemia Aplastik & Leukemia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: